Bab 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah pertengkaran di rumah Merry yang terjadi antara Tania dan Gema, hubungan keduanya secara perlahan mendingin dan akhirnya menjauh satu sama lain. Keteledoran Tania membuat Diandra mengurangi satu musuh tanpa perlu menggunakan tangannya sendiri. Ia tidak bermasalah dengan Gema seandainya gadis itu tidak bermulut culas dan kejam. Dengan begini Gema mengerti kenyataan yang sesungguhnya kalau Merry hanya menganggap sebagai kerabat, bukan gadis yang ingin dinikahkan dengan anak laki-lakinya.

Perbuatan adu domba Diandra membuat kebencian Merry makin memuncak, begitu pula Tania dan Tantri. Mereka seolah menunggu waktu yang tepat untuk memukul Diandra dan bila perlu mengusirnya dari rumah Tommy. Sayangnya tidak mudah melakukan itu karean Diandra dilindungi oleh suaminya sendiri. Makin hari Tommy merasa makin cinta pada istrinya dan rela melakukan apa pun untuk membuat Diandra bertekuk lutut. Terlebih saat istrinya berhasil lulus ujian pengacara dengan nilai terbaik, kebanggan besar dirasakan oleh Tommy.

"Istriku, sudah cantik, pintar lagi. Dia adalah lulusan terbaik di angkatannya dan berhasil menyelesaikan pendidikan sambil memomong anak kami!"

Tommy tidak segan memuja dan memuji Diandra di hadapan teman-teman dan keluarganya. Fakri dan Lestari bertepuk tangan bangga, sedangkan Merry hanya tertunduk penuh kebencian.

Keyano menginjak umur empat tahun saat Diandra mendapatkan ijin pengacara. Hazel menepati perkataannya dengan pulang ke tanah air dan membuka kantor pengacara. Tanpa basa basi mengajak Diandra bergabung dan menawarkan gaji yang tidak sedikit.

"Istriku nggak punya pengalaman mumpuni. Kenapa mengajaknya?" tanya Tommy pada sahabatnya.

Hazel mengangguk. "Memang, tapi Diandra punya insting kuat untuk jadi pengacara kriminal. Apa kamu tahu kasus mahasiswa yang diduga bunuh diri? Kejadiannya di kampus Helena."

Tommy mengernyit. "Aku kurang paham, tapi sepertinya ingat samar-samar. Tahun lalu bukan kejadiannya?"

"Benar, tahu lalu dan kamu tahu nggak Diandra berhasil memecahkan kasus itu? Helena mengatakan padaku, Diandra datang ke kampus dan ingin melihat TKP. Saat itu sudah seminggu dari kasus bunuh diri terjadi. Diandra mengamati tempat di mana mahasiswa itu melompat, lalu menemukan sobekan kain dan ada tetesan darah di sana. Dengan bantuan Helena, mereka membawa tetesan darah ke laboratorium dan mengujinya, ternyata bukan darah mahasiswa yang bunuh diri. Kamu pasti nggak percaya tapi adikku dan Diandra bertindak seolah detektif kriminal, merunut CCTV, mewancarai teman-teman korban secara diam-diam dan mengumpulkan bukti setelah itu memberikan pada polisi."

Tommy ternganga dan bertanya tidak sabar pada sahabatnya. "Lalu? Apa yang terjadi?"

Hazel tersenyum. "Bukan bunuh diri melainkan tidak sengaja terdorong oleh temannya. Kebetulan CCTV sedang mati saat itu tapi Diandra berhasil melacak dari arah lorong. Hal yang terlewatkan oleh polisi gara-gara ditemukan wasiat korban di rumah kos. Memang sebelumnya korban sempat ingin bunuh diri beberapa kali, dan saat itu terjadi tidak ada yang curiga kalau itu kejatahan."

"Diandra dan Helena yang melakukannya?"

"Benar, kebetulan korban adalah adik dari Anika, teman lama Diandra. Anika tahu kemampuan Diandra dalam menyelidiki karena itu sengaja meminta tolong. Apa kubilang, istrimu hebat bukan?"

Keterangan Hazel benar-benar membuat Tommy kagum sampai tidak bisa bicara.Tidak menyangka sepak terjang istrinya dalam menuntaskan kasus. Ia tahu kalau Diandra itu pintar dan cerdas, tapi tidak ada pengalaman apa pun, dan ternyata salah. Ia tidak tahu apa pun soal istrinya, justru Hazel yang orang lain dan tinggal jauh, lebih mengerti dan paham. Tommy merasa sebagai suami tidak berguna.

Diandra sendiri menjalani hari dengan sangat sibuk, membagi waktu antara ujian, mengurus Keyano dan merawat neneknya. Suatu hari Kamirah terjatuh di kamar mandi dan setelah itu tidak dapat berjalan. Kondisinya makin hari makin memburuk. Diandra yang memerlukan banyak uang, menerima tawaran kerja dari Hazel. Kini dirinya berprofesi sebagai pengacara sekaligus ibu rumah tangga.

Di umur empat tahun lebih, Keyano makin manja. Ingin setiap saat dekat dengan Diandra dan enggan ditinggal. Nana memerlukan banyak bujukan untuk membuat anak kecil itu melepaskan pelukan dari Diandra.

"Maaa, mau sama Maaa."

"Iya, Sayang. Mama kerja dulu, nanti malam mama pulang kita bobo bareng."

Seiring berjalannya waktu, perasaan sayang dan cinta Diandra pada Keyano makin besar. Ia bahkan menganggapnya seperti darah daging sendiri. Keyano yang manja dan menggemaskan adalah kesayangan bagi Diandra. Namun, perasaannya pada Tommy tidak berubah. Meskipun selama tiga tahun belakangan Tommy menunjukkan sikap baik dan kesetiaan, hati Diandra tidak tergerak. Seperti mati rasa, ia menganggap Tommy tidak ubahnya teman serumah dan bukan suami.

Suatu hari ia pernah menyarankan pada Tommy untuk bercerai dengan begitu suaminya bisa menikah dengan perempuan lain tapi ditolak.

"Diandra, aku hanya ingin kamu memberiku kesempatan untuk membuktikan kalau aku bisa setia. Sampai kapanpun aku menunggu pintu hatimu terbuka."

Rasa cinta Tommy pada Diandra membuat jengkel keluarganya, tapi Merry tidak dapat berbuat banyak seperti dulu. Setelah bisnisnya hancur karena banyaknya orang yang berutang, maka Fakri tidak mengijinkannya lagi membuka usaha. Dengan begitu Merry praktis hanya menjadi ibu rumah tangga pada umumnya.

Tania memutuskan untuk menyerah pada Hazel. Tidak lagi berharap pada laki-laki itu setelah kabar pernikahan Hazel merebak. Entah terpaksa atau memang cinta, Tania kini menjalin hubungan dengan manajer di sebuah perusahaan kosmetik. Seorang laki-laki tampan dan cukup kaya. Semua orang setuju dengan hubungan itu meskipun Tania justru tidak terlihat antusias.

Gema yang merasa dikhinati dan dibohongi, memutuskan untuk berkarir di luar negeri. Sebelum pergi ia menyatakan perasaan pada Tommy, dan ditolak secara halus tapi tegas. Tommy mengatakan menganggap Gema tidak lebih dari adiknya saja. Patah hati dan kecewa membuat Gema menjauh. Setelah itu hubungan dua keluarga antara orang tua Gema dan Merry mulai memanas. Persaingan dan pertikaian memang tidak tampak secara besar tapi menggerus keutuhan sebagai keluarga.

"Semua gara-gara perempuan miskin itu!"

Kebencian Merry pada Diandra tidak pernah berkurang, hanya saja tidak berani menunjukkan secara terang-terangan apalagi memprovokasi permusuhan secara langsung. Kedudukan Diandra sebagai pengacara membuat Merry berpikir seribu kali sebelum menantang Diandra. Ia tidak ingin terlibat lebih dalam dengan menatunya meskipun rasa benci berkobar dalam dada.

"Coba kamu kuliah yang benar dan jadi pengacara juga. Pasti mama nggak akan tunduk seperti sekarang!"

Merry melampiaskan kemarahannya pada Tantri. Anak bungsunya itu sangat malas kuliah, dan tidak lulus meskipun rentang waktu menempuh pendidikan cukup lama. Tantri lebih banyak bermain dan bersenang-senang di klub. Pergi malam pulang pagi dalam keadaan mabuk, tidak kapok mekipun Fakri yang marah mengurungnya. Tantri selalu punya cara untuk melarikan diri dari rumah dan pergi bersenang-senang.

Diandra sendiri membatasi interaksi dengan Merry dan dua anaknya. Kalau tidak diundang Lestari atau Fakri, ia tidak akan datang ke rumah itu. Semua dilakukannya demi ketentraman hidupnya sendiri. Setelah bersusah payah membangun karir, ia tidak ingin fokusnya terpecah karena Merry. Di saat yang lain, ia juga kesulitan menghadapi kondisi neneknya yang naik turun. Untunglah di tengah masalah yang dihadapi, Hazel mengulurkan bantuan dengan membantu memberikan perawatan terbaik serta dokter yang kompeten.

"Kamu adalah pengacara hebat dan aset dari kantorku. Sudah semestinya kalau aku membantumu, Diandra."

Awalnya Diandra menolak uluran tangan Hazel karena tidak ingin merepotkan tapi saat kondisi Kamirah memburuk, mau tidak mau ia meminta pertolongan atasannya itu. Kamirah dibawa ke rumah sakit yang besar dan bagus, setelah kondisinya stabil kembali ke rumah dan dirawat oleh Sonya.

Perhatian dan pertolongan Hazel membuat Tommy merasa tersingkirkan. "Harusnya kamu bilang kalau butuh bantuan dan bukannya malah diam lalu menerima bantuan orang lain."

"Orang lain itu sahabatmu sendiri."

"Tetap saja dia orang lain. Meskipun dia sahabatku dan atasannya, seharusnya kalau kamu ada masalah penting, aku tahu lebih dulu."

Kemarahan dan sikap posesif Tommy tidak membuat hati Diandra tergerak. Meskipun di saat-saat tertentu, ia merasa Tommy sudah berubah banyak dan menunjukkan itikad sebagai suami serta pasangan yang baik, tapi masih sulit untuk Diandra mencintainya. Dengan Keyano berada dalam pelukannya, membuat luka karena pengkhianatan Tommy selalu teringang. Rasa sakit yang dialaminya saat itu, masih meninggalkan bekas cukup dalam. Diandra bahkan tidak tahu cara menutup luka yang menganga itu.

"Hazel sudah punya kekasih, niatnya hanya membantu sebagai teman. Ada baiknya kamu lupakan rasa marahmu itu. Bagaimanapun Hazel sudah menyelamatkan nyawa nenekku."

Entah siapa yang memulai, tapi semenjak itu hubungan antara Hazel dan Tommy meregang. Persahabatan bertahun-tahun retak karena kecemburuan Tommmy yang dirasa tidak pada tempatnya. Tommy bahkan terang-terangan meminta Diandra resign dari kantor Hazel tapi ditolak mentah-mentah.

"Aku nggak akan ngikutin sikapmu yang kenak-kanakan itu Tommy."

Kemarahan Tommy memuncak saat Diandra dengan sengaja menentangnya. Ia mengatakan dengan tegas akan bertindak brutal kalau Diandra tidak menuruti perintahnya. Puncak dari konflik rumah tangga mereka terjadi, saat suatu malam Diandra yang sedang menemani Keyano menonton televisi, menerima tamu.

Seorang perempuan sangat cantik dan sexy, berdiri anggun di depan pintu. Perempuan bergaun hijau dengan bentuk kemben itu tersenyum saat melihatnya.

"Halo, kamu Diandra? Kenalkan, aku Reena."
.
.
Tersedia di google playbook.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro