BAB 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Penerimaan mahasiswa baru entah kenapa membuat Adyssa superkhawatir. Sejak hari pertama para mahasiswa baru itu menginjakkan kakinya di gedung jurusan, Adyssa sudah khawatir tak henti-hentinya. Ditambah lagi, tahun ini angkatannya yang tengah menjabat himpunan mahasiswa. Pasti, angkatannya dengan angkatan baru akan memiliki kedekatan ekstra ketimbang dengan angkatan lainnya.

Kalau ditanya kenapa, sebab Adyssa curiga tak tertahankan pada Rendra.

"Dyss, kayaknya hubungan lo mulai enggak sehat deh sama Rendra," komentar Raya sambil terus menikmati kentang goreng yang dipesannya bersama-sama sejak tiga puluh menit lalu. Yang mana artinya, sudah tiga puluh menit pula Adyssa mengoceh soal kekhawatirannya terhadap mahasiswa baru dan Rendra. "Masa cuma karena ada mahasiswa baru, which is happening every year, lo udah curigaan begitu?"

Mendengar tanggapan Raya, Adyssa lantas merasa lesu. Dalam hati, ia mau membela dirinya sendiri, tapi, kenyataannya yang tahu betul bagaimana hubungannya bersama Rendra hanya Zara di sini.

Dan, gadis itu tersenyum pada Adyssa, "Dyss, ini pilihan lo untuk membangun lagi kepercayaan sama dia atau enggak. Gue enggak tau sih, gimana rasanya pernah diselingkuhin, tapi gue yakin lo kuat," tutur Zara.

"Hah?! Selingkuh?!" hampir sukses membuat seisi McDonald's Salemba menoleh, Raya memekik dengan begitu kerasnya. "Sumpah demi apa lo, Ra? Rendra selingkuhin Adyss?!"

Adyssa menampakkan cengir lebar yang begitu kikuk di wajahnya. "Yaaa ... sedikit," katanya. "Udah berlalu sih tapi. I think he is now understand that it is a mistake, dan bakal berubah."

Zara dan Raya saling tatap. Zara dengan senyum tipis di wajahnya, sementara Raya masih pasang wajah tidak percaya dengan fakta ini.

"Tapi, lo beneran nerima dia lagi, Dyss? Even after storm kayak gitu?" tanya Raya. Adyssa mengangguk, diiringi senyum kecil di wajahnya. "If I were you, I better not, sumpah."

Senyum kecil Adyssa surut dari wajahnya. Gadis itu tidak serta-merta merespons opini Raya. Toh itu hanya opininya. Adyssa ingat kata Makaio, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya tidak bisa dipukul rata. Jika ada orang-orang yang tidak pernah sembuh dari tabiat selingkuhnya, maka belum tentu Rendra akan jadi orang yang sama, kan?

Lagi pula Adyssa benar-benar mau percaya kepada Rendra. Hatinya sudah terlalu jatuh untuk nama laki-laki itu. Narendra Satya Adhiputera. Raja yang setia, artinya. Dan, nama adalah sebuah doa dari orang tua.

Adyssa yakin, kelak suatu saat nanti, ia akan memercayai Rendra dengan sepenuh hatinya. Perlahan-lahan, meski dengan langkah yang gontai, meski dengan perjuangan ekstra. Adyssa mau cita-citanya bersama Rendra terwujud. Mencapai titik di mana keduanya akan mengutarakan janji untuk sehidup semati.

Adyssa, yakin....

Rendra akan menghargai semua usaha yang Adyssa kerahkan. Mungkin bukan kemarin sore, tapi nanti. Suatu saat Rendra akan sadar, bahwa hanya Adyssa yang akan mencintainya seperti ini, yang sampai kapan pun bisa berjanji untuk tidak meninggalkannya.

+ + +

Atau, ternyata Rendra tidak akan belajar sama sekali.

Siang ini, tepat ketika di perjalanan menuju ke kampus, Adyssa melihat Rendra mengunggah satu foto ke akun Instagramnya. Fotonya bersama Joseph, tampak bak anak kembar yang begitu mirip. Keduanya tengah duduk di kursi bar yang tinggi, dengan latar belakang counter dan lemari penuh botol minuman-minuman beralkohol yang tidak Adyssa ketahui jenis-jenisnya.

Kembara kembar nakal, tulis Rendra pada kolom caption. Unggahan tersebut sukses menyita perhatian banyak orang. Adyssa bisa melihat ada puluhan teman-teman Rendra yang meninggalkan komentar. Satu per satu, Adyssa melihatnya sambil tertawa-tawa pelan pada komentar-komentar yang lucu.

Dan, ibu jarinya berhenti mengusap layar kala kedua bola matanya menangkap satu komentar yang menyita perhatiannya.

Belum ada komentar mana pun yang Rendra tanggapi, termasuk pula komentar Nadea. Akan tetapi, ibu jari Adyssa terdorong keras untuk menekan username yang asing tersebut. Ia yakin, ini Nadea yang dulu berselingkuh dengan pacarnya.

Jackpot, akun Instagram milik Nadea tidak private. Ada enam foto yang tersedia di profilnya. Satu per satu Adyssa memandanginya. Foto paling baru, diunggah dua minggu yang lalu. Foto seorang perempuan dengan rambut panjang lurus sepunggung, dengan flower crown yang mengelilingi kepalanya. "Cantik," gumam Adyssa sambil memerhatikannya.

Matanya kemudian tertuju ke kolom komentar. Tanpa perlu Adyssa menyelam di dalamnya, sudah bisa ia lihat, ada komentar dari Rendra. Kurang lebih satu minggu lalu.

Loh?

Adyssa mematung. Bahkan ketika kernet TransJakarta yang ditumpanginya meneriakkan nama halte yang mana mesti jadi tujuan Adyssa, gadis itu tak berkutik. Tubuhnya masih tersandar pada pintu yang tertutup, sampai bus melaju lagi, meninggalkan halte tujuan Adyssa.

Jantungnya berdegup kencang sekali. Tangan dan kakinya gemetar. Tenggorokan Adyssa serta-merta terasa begitu mencekam. Dadanya sesak sekali. Apa yang baru saja Adyssa lihat di layar ponselnya?

Ibu jari Adyssa secara otomat mengusap layar ponselnya, melihat lima foto lainnya yang pernah Nadea unggah. Dan yang dicarinya selalu ketemu. Rendra selalu berkomentar pada unggahan Nadea. Segala jenis rayuan dikeluarkan untuk Nadea. Tak jarang pula perempuan itu memberikan tanggapan, entah merayu balik, entah hanya tertawa dan bilang jijik pada rayuan Rendra.

Adyssa mendadak linglung kini. Gadis itu memutuskan untuk segera menyakukan ponselnya, kemudian turun di halte selanjutnya. Entah sudah berapa halte ia lewati. Sekarang Adyssa berdiri di Halte Bundaran HI. Ia sudah melewati daerah kampusnya terlalu jauh.

Masih ada lima belas menit sebelum kelasnya dimulai, tapi Adyssa sudah kehilangan minat. Alhasil, guna menenangkan dirinya, Adyssa mendekat pada kursi yang kosong. Ia diam, memandangi mobil yang lalu lalang di depan Plaza Indonesia.

Menit demi menit berlalu. Adyssa belum bisa menenangkan dirinya. Jantungnya masih berdegup-degup tak keruan. Tangannya masih gemetar. Hatinya masih sakit sekali. Akan tetapi ia berusaha semaksimalnya untuk tegar. Adyssa tidak boleh menangis. Adyssa tidak boleh menangis. Ia terus membisikkan pada dirinya sendiri, Adyssa tidak boleh menangis.

Perlahan, gadis itu beranjak dari kursi yang didudukinya. Ia keluar dari halte, lalu menyeberang ke arah Plaza Indonesia. Dengan impulsif Adyssa memutuskan, ia akan jalan seharian ini di Plaza Indonesia. Persetan dengan kuliah yang hari ini berlangsung sampai pukul lima nanti. Adyssa mau menenangkan dirinya sendiri.

Tempat pertama yang dihampirinya di Plaza Indonesia ialah toilet. Adyssa masuk ke salah satu bilik yang kosong, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku. Layarnya masih menampilkan profil Instagram Nadea.

Gegas, Adyssa beralih ke aplikasi WhatsApp. Gadis itu menekan nama Rendra yang berada di jajaran teratas. Ada satu pesan yang belum Adyssa balas. Tapi ia tidak peduli. Sambil seribu persen meyakinkan diri, Adyssa menelepon Rendra, dan tidak butuh waktu lama bagi Rendra untuk menerima telepon tersebut dan bertanya:

"Kamu di mana, Sayang? Aku baru sampai kampus."

Adyssa menghela napas. Tidak digubris pertanyaan tersebut. Justru, Adyssa lantas bermonolog panjang, bak tengah story telling, "Halo, Rendra. Sebelumnya, aku minta maaf. Maaf kalau aku punya salah ke kamu, atau aku punya banyak kekurangan, atau bahkan aku enggak pernah memenuhi kriteria sebagai pacar kamu. Semua orang, enggak ada yang sempurna. Begitu pula aku, begitu pula kamu, dan begitu pula kita walaupun disatukan."

"Kamu kenapa, Sayang?" Rendra berusaha menginterupsi sebab bingung bukan main. "Sayang, kamu di mana? Mau aku jemput?"

"Ren, maaf aku udah lancang. Aku tau aku enggak seharusnya nemuin ini. Jujur, aku enggak pernah cari tau apapun, tapi Tuhan selalu menunjukkan ke aku. Ren, maaf sekali lagi. Maaf karena aku belum bisa percaya sama kamu."

"Sayang, enggak apa-apa loh, aku ngerti kalau kamu belum bisa percaya sama aku, kan ini juga awalnya gara-gara a—"

"Aku rasa, cukup sampai sini aja. Sampai kapan pun aku berani taruhan kalau aku enggak akan kuat lihat kamu yang masih suka komen-komen ngerayu cewek lain, apalagi sampai komunikasi intens sama cewek lain."

"Sayang...," suara Rendra melemas. Ia sepertinya sudah tahu arah obrolan Adyssa. "Kamu lihat Instagram Nadea, ya?"

"Maaf buat segala ekspektasi kamu yang enggak pernah bisa aku penuhi. Aku udah berusaha yang terbaik buat kasih kamu segalanya, tapi balik lagi, emang pilihan kamu untuk menghargai atau enggak."

"Astaga, maaf, Sayang. Kamu cukup, kok. Kamu selalu cukup buat aku."

"Let's break up, barangkali kamu akan lebih nyaman sama dia. Aku di sini enggak apa-apa. Aku enggak tau besok aku bakal sehancur apa, tapi enggak apa-apa. Toh kamu enggak akan keberatan lihat aku hancur. Aku sayang kamu, tapi sayangnya kamu enggak sayang aku."

"Sa—"

Dan, detik selanjutnya, Adyssa tidak bisa menahan dirinya lagi. Air matanya menetes. Adyssa sakit hati sekali. Seperti hubungannya, sambungan telepon segera Adyssa putus. selanjutnya Rendra terus-menerus menelepon, tapi Adyssa memilih untuk tidak menggubrisnya.

+

author note:

hello! nggak kerasa udah bab 20. sebentar lagi ending, jadi, sepertinya kansa bakal update nggak teratur lagi, alias, bakal lebih cepet supaya cepet ending! <3

btw, pas baca ulang bab ini, kok jadi nggak tega ya sama adyss :,) ada ya orang kayak rendra di dunia ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro