0. Sambutan Untuk Kalian, Para Calon Siswa Edan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat datang di Sekolah Asrama Circian.

Mumpung masih di pintu depan, belum terlambat kalau kalian mau berbalik pulang. Berlarilah kembali ke pelabuhan, naik lagi ke kapal sambil menjerit dan memohon pada orang tua kalian, bahwa kalian tidak mau sekolah di sini. Mumpung kapal itu belum pergi. Kalau bisa, menangislah yang kencang agar Mommy dan Daddy tak punya pilihan selain menggotong kalian pulang. Jika gagal, aku sangat merekomendasikan untuk melompat ke laut dan berenang mengekori kapal.

Tentu saja ini hanya saran, bukan peringatan. Maksudku, tiap sekolah pasti melakukan ini, 'kan? Semacam tawaran untuk mundur bagi para calon murid yang kemungkinan takkan sanggup mengikuti kelas atau punya referensi sekolah lain? Ya, 'kan? Sekolah Asrama Circian juga demikian karena ini hanya sekolah normal biasa pada umumnya. Bukan berarti sekolah ini banyak hantunya atau pernah jadi tempat pembantaian massal. Sungguh.

Kalian masih di sini?

Kalian yakin?

Baiklah ....

Selamat datang, para siswa dan siswi baru! Silakan ambil langkah pertama kalian lewat pintu depan lobi sekolah yang megah. Tetap angkat kepala kalian dan pandang lurus ke depan karena kami punya meja lobi yang mahal dan amat bagus! Atau, kalian boleh mengagumi lampu gantung besar nan mewah di langit-langit. Jangan lihat ke bawah! Tidak—tidak usah mengagumi keset kakinya!

Oh, noda merah di keset kaki putih itu? Itu ... uhm, hanya sisa cat. Bukan noda darah sama sekali.

Dan itu juga bukan bekas darahku.

Maksudku, aku hanya siswi normal yang menyambut kalian di sini. Aku bukan korban pembunuhan yang masih gentayangan karena dikubur di bawah lantai lobi. Bukan sama sekali. Ihihi.

Nah, di sisi kanan—kananku, bukan kanan kalian!—merupakan koridor yang terhubung ke bangunan utama sekolah. Ada kelas-kelas untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA, laboratorium, perpustakaan, ruangan-ruangan ekstrakurikuler, kantin sekolah dan kafetaria, ruang guru dan para staf, auditorium, aula besar yang luasnya setara lapangan sepak bola, dan lapangan sepak bola sungguhan yang kadang bisa alih fungsi jadi lapangan basket atau padang hukuman.

Di sisi kiri lobi (kiriku!), ada koridor menuju halaman besar nan asri yang terhubung ke bangunan-bangunan asrama. Totalnya ada 2 bangunan asrama, masing-masing untuk asrama pria dan asrama wanita setinggi 7 lantai.

Ini sekolah elit. Sekolah elit normal biasa pada umumnya—bangunan yang catnya seolah selalu tampak baru, fasilitas berkualitas tinggi, pasokan listrik dan air mengalir yang berlimpah.

Lihat pintu ganda yang baru kita lewati itu! Kayu jati berukiran cantik dan masih sangat baru. Yah, pintunya memang masih sangat baru, tetapi itu karena para staf begitu peduli dengan tempat ini. Pintunya diganti bukan karena pintu lama jebol habis perkelahian besar, kok.

Lihat ubin-ubin di koridor serta cat dinding dan batu-batu pilarnya! Sangat bersih, cemerlang, dan elegan! Ada beberapa unit yang terdiri dari ratusan tenaga kerja khusus tukang bersih-bersih di sini. Kalian tentu tahu kata-kata "Kebersihan adalah sebagian dari iman". Ratusan staf tukang bersih-bersih itu diperlukan karena semua orang di sini beriman, bukan karena lantainya sering kotor gara-gara tawuran.

Ah, pukul berapa ini? Kapalnya sudah berangkat? Tampaknya sudah terlambat kalau mau merengek minta pulang ke wali kalian. Kapal-kapal itu berlabuh sebulan sekali untuk mengantar suplai barang. Jadi, kalau kalian mau kabur—ehem, maksudku, pulang ke rumah, kalian harus menunggu sampai bulan depan.

Wah, sudah ada yang mulai menangis? Aduhai, malang nian. Circian ini pulau terpencil, jadi sulit sekali kalau mau melarikan diri. Sekolah Asrama Circian adalah peradaban terbesar di pulau ini. Tentu saja ada desa-desa kecil yang populasinya hanya beberapa puluh sampai dua ratusan orang, tetapi kalian mesti berjalan ratusan kilometer membelah belantara dan menyeberangi sungai-sungai berarus deras untuk menemukan desa terdekat.

Lagi pula, kalau bisa mencapai desa-desa itu, kalian mau apa? Mayoritas penghuni desa sudah lanjut usia. Mereka tak bisa melakukan apa pun untuk kalian selain memberi segelas teh hangat dan secuil nasihat, "Kembalilah ke sekolahmu, belajar yang benar."

Hei, berhentilah gemetaran. Lampu gantung itu bergoyang karena angin, bukan karena energi gaib.

Jejak kaki yang mendadak muncul di ujung koridor itu ...? Oh, itu mungkin anak-anak yang bolos ... habis main di lumpur atau, entahlah, semen basah barang kali.

Nah, mari kita mulai tur sekolahnya dari ujung. Kita akan ke halaman belakang asrama!

Betul, halaman belakang asrama. Sudahkah aku menyebutkannya? Bangunan asrama punya dua halaman: halaman asri yang terhubung ke koridor lobi ini, dan halaman belakangnya yang berfungsi sebagai lahan pembuangan sampah serta pekuburan.

Mengapa ada pekuburan di sekolah, kalian bertanya? Ehm ... tentu saja buat mengubur orang yang sudah mati. Duh.

Kapal-kapal itu, kuberi tahu sekali lagi, cuma datang sebulan sekali. Tidak sopan kalau jasadnya disuruh menunggu sampai bulan depan hanya untuk dimakamkan. Dan mayat tidak bisa berenang. Jadi, pihak sekolah tidak mungkin mengirim pulang jasad, 'kan?

Tentu saja pihak sekolah akan menghubungi pihak keluarga kalau ada murid yang meninggal, tetapi jarang sekali ada pihak keluarga yang peduli. Kalau mereka datang melayat, wah, itu langka sekali. Seringnya mereka hanya mengiyakan dan menyerahkan prosesi pemakaman sepenuhnya pada pihak sekolah, membayar biaya SPP terakhir, lalu tak ada kabarnya lagi. Tentu kalian tahu kalau mayoritas anak yang dikirim sekolah ke sini adalah anak buangan yang tidak begitu diinginkan, bukan?

Oh, kalian belum tahu? Ya, ampun, malang nian.

Nah, sekarang kalian sudah tahu.

Yuk, sekarang kita lanjutkan tur sekolah menyenangkan ini!

(*゚ー゚*) Thanks for reading

Secuil jejak Anda means a lot

Vote, comment, kritik & saran = support = penulis semangat = cerita lancar berjalan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro