Chapter 36

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk pertama kalinya Naren mengajak Jani menghabiskan akhir pekan bersama di luar.

Mereka memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan nasional. Dengan hadirnya perpustakaan nasional sejak tahun 1989 diharapkan generasi muda dari tahun ke tahun memiliki minat baca yang tinggi dengan fasilitas yang menunjang. 

Jani dan Naren memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan nasional menggunakan TransJakarta agar dapat mengurangi kemacetan Ibu Kota Jakarta. Mereka menuju halte Pondok Pinang untuk dapat naik TransJakarta koridor 8. Dari halte Harmoni mereka harus melanjutkan perjalanan dengan naik TransJakarta koridor 1A dan turun di halte Balai Kota 1. 

"Capek juga ya," keluh Jani saat berada di depan pintu masuk perpustakaan nasional setelah berjalan sejauh 130 meter dari halte Balai Kota 1.

"Mau minum dulu?" tanya Naren menawarkan air mineral yang ia bawa dari rumah. 

Jani mengangguk, tentu saja ia haus. Cuaca Jakarta jika sedang tidak hujan panasnya seperti neraka bocor. Jani meneguk air mineral yang diberikan Naren hingga tandas tak tersisa.

"Lu ada minum lagi, 'kan?" tanya Jani tanpa rasa bersalah.

Naren memaklumi cara kerja otak Jani yang telat menjamin dirinya membawa dua botol air mineral setelah gadis itu menghabiskan minum yang ia bawa sendirian.

"Bawa kok. Gua sudah menduga hal ini akan terjadi. Enggak papa dihabiskan, sebisa mungkin masuk ke perpustakaan nasional jangan bawa makanan dan minuman."

"Kalau lapar sama haus gimana?" 

"Di lantai 4 ada kantin. Nanti makan siang di sini aja."

Perpustakaan nasional memiliki fasilitas yang lengkap untuk para pengunjung. Di awal Naren dan Jani disuguhkan dengan pameran. Setelah itu mereka akan mengunjungi tempat untuk membuat kartu keanggotaan yang akan berlaku seumur hidup. Setiap mengunjungi perpustakaan nasional kartu itu harus dibawa. Proses untuk membuat kartu keanggotaan cukup memakan waktu karena antrean yang panjang.

"Ini nanti kita foto?" tanya Jani melihat beberapa orang yang sudah dipanggil berpose untuk mengambil foto yang akan tertera di kartu keanggotaan perpustakaan.

Naren mengangguk. Seharusnya mereka datang lebih pagi jika ingin membuat kartu keanggotaan karena semakin siang, maka akan semakin ramai. 

"Habis ini makan aja ya?" pinta Jani sudah kelaparan karena tenaganya habis di perjalanan.

Naren lagi-lagi mengangguk karena tenaganya juga sudah tersedot saat di perjalanan dan menunggu antrean yang begitu melelahkan. Dengan menghabiskan akhir pekan mereka bersama, Naren berharap mereka akan dapat menciptakan suasana manis, tetapi realitas memang tak seindah ekspektasi.

***

Mengunjungi gulai tikungan di kawasan blok M menjadi tujuan terakhir Naren dan Jani setelah melihat monumen nasional dari gedung perpustakaan nasional. Gulai tikungan memiliki bahan dan cara pengolahan yang sama seperti gulai pada umumnya, tetapi gulai tikungan ini sangat khas di daerah blok M. 

Seperti namanya gulai tikungan biasanya ditemukan di sebuah tikungan. Namun, saat ini gulai tikungan tidak hanya dapat ditemukan di sebuah tikungan saja, di sepanjang jalan depan pusat perbelanjaan plaza blok M dapat ditemukan penjual gulai dan berbagai kuliner kaki lima lainnya.

Naren memutuskan memesan 2 porsi gulai dan 3 piring nasi. Ukuran seporsi nasi di sini sama dengan seporsi nasi kucing, Naren pastikan mereka berdua tidak akan kenyang hanya dengan porsi normal. 

"Ren tawaran itu masih berlaku?" tanya Jani memulai obrolan saat mereka menunggu gulai yang mereka pesan.

Naren menatap Jani dengan tatapan bingung. Otaknya masih mencari tahu ke mana topik obrolan ini mengarah.

Tumben sekali otak Naren merespons Jani sedikit lama. Dengan terpaksa gadis itu langsung menyebutkan tawaran yang dimaksud tanpa pikir panjang.

"Mau jadian sama gua enggak?" tanya Jani tanpa basa-basi.

"Tawaran di kafe itu?" 

"Telat Ren. Daripada tanya balik, lebih baik lu jawab pertanyaan gua." 

Naren tak bisa menahan luapan kebahagiaan. Sudah susah payah ia menahan bibirnya untuk tidak tersenyum lebar, tetapi tawa kebahagiaan meluncur tak tertahankan dengan wajah salah tingkah.

Melihat tingkah Naren, mau tak mau Jani ikut-ikutan gugup dan suasana di antara mereka berubah canggung hingga penjual gulai tikungan datang membawa pesanan mereka.

"Habis ini mau pulang?" tanya Jani berusaha untuk mencairkan suasana.

Naren mengangguk. Mereka lebih sering menghabiskan akhir pekan di rumah, saat diajak keliling Ibu Kota Jakarta ia merasa badannya pretel. 

"Besok sekolah, 'kan? Malam ini harus istirahat dan jangan tidur terlalu malam. Besok pagi jangan sampai terlambat ke sekolah. Gua tunggu kayak biasa biar bisa berangkat bareng."

***

Tak dapat diungkapkan, Jani sangat merindukan ruang siaran radio. Ia sangat merindukan siaran radio saat jam istirahat berlangsung. 

"Halo teman-teman seperjuangan, kembali lagi sama gua Narapati Dwi Renjani. Sebelum gua memulai siaran, gua mau mengucapkan terima kasih banyak untuk warga SMA Nusa Pelita yang masih mau mendengarkan suara gua melalui siaran radio. Kita buka siaran kali ini dengan Story of My Life dari One Direction."

Kabar menyenangkan kembali hadir karena penyiar untuk siaran radio akan dibuatkan jadwal. Itu tandanya Jani memiliki partner untuk bekerja sama dan tanggung jawabnya lebih diringankan. Ia bisa fokus dengan KSN atau Kompetisi Sains Nasional di bidang Biologi mendatang. 

Jani mendapatkan kesempatan untuk mewakilkan SMA Nusa Pelita dalam Kompetisi Sains Nasional tahun ini dan kabar ini sudah sampai ke telinga kakek dan neneknya. Jangan ditanya seberapa bahagianya mereka mendengar cucunya kembali mengikuti lomba.

"Halo teman-teman. Kalian pasti sudah pernah dengar suara gua sebelumnya. Yap! Gua Alisa Syahla Salsabilla yang akan menjadi partner kak Jani ke depannya. Di hari pertama siaran radio kembali aktif, kita akan menjelaskan bagaimana siaran radio akan berjalan ke depannya. Bisa dibantu Kak?" 

"Baik, gua bantu ya. Jadi siaran radio dengan secara resmi akan dipegang Jurnalistik dan OSIS. Namun, OSIS hanya berhak mengatur jalannya siaran saat siaran berlangsung, perihal mention confess tetap akan dipegang Jurnalistik karena program tersebut secara sah milik Jurnalistik. Untuk penyusunan naskah siaran akan disusun oleh penyiar yang bertugas, saat ini penyiar SMA Nusa Pelita ada gua yang mewakilkan Jurnalistik dan Alisa sebagai perwakilan dari OSIS."

Jani mengangguk memberikan tanda kepada Alisa untuk mengambil alih. "Kami menjelaskan agar tidak ada lagi terjadinya pertikaian di antara Jurnalistik dan OSIS. Terima kasih atas kesempatannya untuk dapat bekerja sama dalam membangun siaran radio SMA Nusa Pelita, Kak Jani."

"Terima kasih kembali Alisa. Gua harap kita dapat bekerja sama dengan baik, ya! Selanjutnya ada lagu Start Over dari Gaho!"

Alisa dengan cekatan mengotak-atik software untuk memutarkan lagu Start Over dari Gaho.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro