PATROLI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini kami dapat tugas patroli dari danton (komandan pleton). Sebenarnya sih cuma kegiatan biasa. Yang namanya pasukan pasti ada tugas patroli, tugas bla, bla, bla ... intinya yang namanya bawahan ya dapat tugas kayak gitu.

Saya sebagai danru (komandan regu), ya sekelas bintara lah. Sekelas sersan, serius tapi santai hehe.

Kebetulan kami patroli agak masuk ke dalam kolam, istilahnya kolam itu masuk dalam hutan.

Kami sepuluh orang jalan dalam hutan. Tanpa sadar itu hutan lama-lama semakin gelap karena rimbunnya daun. Kami tetap jalan, lambat laun makin rimbun sampai akhirnya pionir saya, tim depan, personel yang terdepan itu bilang, "Danru mohon izin, nih semakin gelap. Kita nggak salah jalur ini?"

Akhirnya saya perintahkan untuk rest.  Kami berhenti. Kami istirahat sambil memulihkan tenaga dan cek logistik. Lantas kami cek peta. Ternyata syukur alhamdulillah, kami nggak salah jalur.

Tapi yang bikin saya pusing, setelah kami mau selesai, jadi kami kan mau berdiri, kami sudah prepare, kami juga sudah siapkan semua untuk lanjutin patroli, itu ternyata tuh sama semua jalannya.

Lho, hilang itu jalan tuh. Tertutup semua. Nah, saya akhirnya bingung sendiri. Nih tadi jalan ada ya, di peta juga ada, tapi begitu kami mau putusin untuk lanjut ternyata jalan pada hilang.

Ini jalan ke mana nih? Tertutup pohon semua. Jadi sekeliling kami ini pohon kayak tadi, jalan yang sudah ada tadi itu sudah hilang semua. Seolah-olah kami di tengah hutan tapi kami nggak tahu ini jalan.

Ini bukan malam. Waktu masih menunjukkan jam 1 siang. Posisinya harusnya masih terang.

Saya sebagai danru bingung. Nah ini kami kalau mau jalan, jalannya hilang. Tapi di peta ada. Kami potong kompas pun nggak bisa, tembak kompas juga nggak bisa, karena posisi matahari sudah nggak kelihatan. Tertutup rimbunnya pohon.

Akhirnya, kami coba untuk pakai kompas buta atau kompas malam. Begitu kami lihat peta, tuh kompas muter terus. Wah, ini nggak jelas nih. Nggak beres. Muter terus ini.

Karena pengalaman saya, jauh sebelum bergabung dengan resimen, saya sering naik gunung dan jangan-jangan kami lagi disesatkan, tak tahu arah jalan, kalau kata orang jawa bilang kena oyot mimang.

Saya tetap jaga moral pasukan. Walaupun saya cuma komandan regu, tapi saya punya tanggung jawab moral sama pasukan yang saya bawa. Untuk saya pribadi juga, mereka bukan bawahan saya, tapi keluarga saya.

Saya perlu jaga mental sama moral mereka. Karena dalam posisi seperti ini, sekuat apa pun seorang serdadu pasti akan down sebab yang dihadapi bukan lagi musuh nyata melainkan musuh yang nggak jelas!

Jadi, saya harus tetap jaga mental dan moral mereka karena diapa-apakan mereka juga manusia biasa. Dan mereka sedikit goblok sih itu sebenarnya, karena mereka dari tadi cuma ceria saja. Nggak tahu danrunya pusing tujuh keliling, mereka malah ceria tanpa beban!

Saya coba kontak pakai radio komunikasi lapangan yang dibawa oleh salah satu anggota dari regu. Saya coba kontak ke markas, ternyata no signal. Lalu saya putuskan kami stay kurang lebih satu jam. Kalau belum ada perubahan kami akan ambil tindakan.

Tindakan ini maksudnya tindakan dari saya yang kebetulan otoritas tertinggi di sini.

Satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda. Begitu juga kegiatan masih tetap, masih stay. Karena takutnya kalau misal ada purpa di sini—purpa itu pertempuran jumpa—maka, saya perintahkan pionir yang ada di depan untuk tetap waspada.

Apapun kondisi kami, kami tetap stay. Dalam posisi sekarang, saya putuskan untuk statis.

Selang satu jam, kondisi masih tetap stagnan, tidak ada perubahan apa pun. Saya sebagai danru putuskan, kasih perintah sama personel untuk buka baju.

"Nih danru sehat nggak, ya?"

"Nih danru kumat, nih."

Itu beberapa yang sedang berbisik-bisik terdengar di telinga saya. Bahkan ada salah satu dari tim bilang, "Mohon izin danru, nih perintah model apa ini?"

"Sekali lagi bicara, saya ledakkan kepala kamu!" Saya cuma bilang gitu, sambil saya kokang tuh senjata.

Mau nggak mau akhirnya dia buka itu baju. Terus saya tunggu, ya memang agak usil sih saya. Saya tunggu setelah mereka semua lepas baju sampai dalam-dalamnya kelihatan tuh dada-dadanya, nah saya kerjain hingga 15 menit lamanya.

Saya sendiri sudah lepas baju juga, cuma langsung saya pakai dalam posisi terbalik. Saya balik itu baju.

Saya tunggu sambil lihat mereka itu responsnya gimana. Mereka kedinginan semua. Kan, rasain tuh, siapa suruh kalian kurang ajar sama danru. Itu enaknya kalau kita jadi komandan, kita pakai buat kerjain mereka, hahahahaha....

15 menit berselang, mereka juga pakai acara menggigil segala. Saya perintahkan mereka untuk pakai itu seragam tapi dalam posisi terbalik. Setelah mereka pakai, pioner terdepan saya suruh kokang dengan kondisi siap tembak.

Settt!

Saya suruh buka jalur. Syukur alhamdulillah, jalur terbuka sesuai kompas dan kompas tidak berputar lagi.

Memang tetap rimbun, karena pohonnya di sini tinggi-tinggi. Tapi ternyata selang beberapa meter, pioner nemuin dan bilang, "Danru, jalan terang."

"Oke, lanjut!"

Nah sudah, kami temuin jalan lagi. Seperti itu dan damai.

Banyak pertanyaan dari anggota tapi disimpan sampai kami kembali ke pos. Sampai kami kembali ke markas.

Mereka waktu mau rehat, malamnya mereka tanya, "Sebenarnya ada apa tadi?"

"Karena ada orang tolol ketika kita tadi patroli, mereka itu ... pertama, lupa keramas. Keramas mandi besar." Saya cuma bilang gitu saja.

"Wah, ngaco ini siapa? Hahahahaha...."

"Palingan si Brentet, dia tiap malam kan ngimpi nggak jelas."

"Hayoo, Bren, ngaku! Hahaha."

"Enak saja. Malam kemarin nggak ada ngimpi gitu."

"Tapi sering, kan?"

"Ya ... iya juga, sih."

"HAHAHAHAHAHAHA!"

Seperti biasa mereka tertawa-tawa. Ya, akhirnya terjadi sebelum malam-malam sebelumnya, kami bercanda dan nggak ada yang paling ceria kecuali regu kami.

Itu tetap saya keep sebagai danru untuk menjaga moral anggota. Nggak akan saya buka. Walaupun saya tahu menurut pengalaman ini sebenarnya kondisi kami memasuki mental spiritual yang sedang down, karena bersinggungan dengan dimensi lain.

Dan itu harus saya keep. Moral anggota itu akan tetap tumbuh selama komandannya tidak lemah. Sepuluh orang terbaik kalau komandannya bodoh, maka mereka akan ikut bodoh. Tapi jika sepuluh orang anggotanya tolol, kalau komandannya pinter mereka akan ikut pinter. Itu yang tetap saya pegang!

..........................***..........................
Yang suka cerita ini, jangan lupa Vomment dan Follow ya. Ini karena campurannya mistis dan tugas, jadi humornya cuma dikit. Mhon dimaklumi aja ya hehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro