Chapter 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PEEK A BOO

Chapter 13

Ronde 10

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]

Genre

Romance, Drama, Slice of Life

.

.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

.

.

--- Ronde 10 ---

.

.

Apa Ino korbankan Hinata saja? apalagi saat Hinata yang memintanya tadi.

"Pertanyaan?" Ino mengernyit, pura pura lupa.

"Hyuuga Hinata. Benarkah dia menerima uangmu dan bekerja sama denganmu untuk menjebak putraku?"

Ino diam sebentar, melirik sang putra yang sedang bermain kubus alfabet.

Yah.... Mau bagaimana lagi?

Ino menyeringai senang.

Maaf Hinata. Batin Ino.

"Tentu saja......

.

.

......dia menerima uangku dan bekerja sama untuk menjatuhkan putramu. Semua yang dikatakan Hinata adalah benar"

Hening sejenak. Mikoto berusaha meneliti mata aquamarine milik Ino, mencoba mencari kebenaran disana. Saat mulut Mikoto hampir membuka, Ino mengintrupsinya.

"Apa kau berharap aku menjawabnya seperti itu?" Ino tersenyum ramah, namun tak tulus sama sekali. "jika kau berharap begitu, maka maafkan aku,.... Karena kenyataannya tak sesuai harapanmu"

Mikoto memandang Ino dengan tatapan tajam, menelisik lagi dan mencoba mengartikan ucapan Ino yang menurutnya berbelit-belit.

"kenyataannya, aku lah dalang yang sesungguhnya. Ibu dari cucumu, hanyalah seorang korban atas kelicikanku" wajah Ino mendongkak angkuh, menekan kata cucu terhadap Mikoto. Ino menghormati Mikoto, tapi dalam kasus yang sekarang ini, Ino tak boleh terlihat seperti kelinci penurut dihadapan srigala betina, dia harus terlihat sama kuatnya.

Ino yakin. dia dan Hinata akan baik-baik saja setelah ini.

"begitukah?" lirih tapi mendesis. Tatapan Mikoto sama sekali tak teralihkan dari wajah Ino. Khas dari seorang Uchiha, selalu berusaha menekan lawan bicara dengan sebuah tatapan. Mata adalah senjata terkuat untuk membuat lawanmu gugup, dan saat kegugupan itu muncul, maka sebuah celah akan datang bersamanya.

Tapi kali ini sulit.

Nyonya Shimura ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang juga cukup menakutkan.

"Aku sama sekali tak mengerti apa tujuanmu dengan mendatangiku seperti ini" kata-kata 'mu' ditunjukan untuk Mikoto. Mikoto sedikit meringis sedih mendengarnya. Bagaimana pun Mikoto dan Ino sempat sangat dekat bagai menantu dan mertua. Ino selalu memanggilnya dengan 'Kaasan' tapi sekarang,... ah tentu Mikoto mengerti dengan situasi yang sekarang mereka hadapi. Keduanya perang dingin. "tidak Uchiha sekali, biasanya mereka akan bergerak senyap hingga orang yang di incar akan hancur dengan sendirinya" itu adalah sindiran keras Ino kepada Uchiha. Yang dengan mudah menghancurkan beberapa orang yang dianggap menghalangi jalan mereka. Dulu juga Ino cukup takut dengan itu, namun semenjak dia berteman dengan Hinata, Ino mulai menghargai kehidupannya sendiri.

Mikoto diam, meskipun itu adalah kalimat sarkasme, namun Mikoto sama sekali tak merasa tersindir. Lebih kepada dirinya sendiri.

Mikoto tak pernah melakukan itu. karena hanya laki-laki di klan Uchiha lah yang bekerja demikian. Mikoto bukannya menyalahkan suami atau anak-anaknya ataupun keluarga pria Uchiha yang lain. Hanya saja itulah kebenarannya. Mereka kejam hanya untuk menunjukan kepada orang lain untuk tidak macam-macam dengan keluarga Uchiha.

Mikoto hanyalah ibu rumah tangga yang kebetulan mendapat anugrah untuk menjadi seorang nyonya Uchiha yang bijaksana. Jika tidak di usik, Mikoto yakin Uchiha tak akan melakukan hal-hal yang melanggar batas kemanusiaan.

"tunggu,! Mungkinkah Himeka berhasil menarik perhatianmu, Nyonya Uchiha? Membuatmu menjadi lebih lembut daripada biasanya?" Ino tersenyum menang, suatu prestasi untuknya karena bisa menyudutkan seorang Uchiha sejauh ini. Ino sudah siap dengan panah yang keluar dari mulut wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibunya ini.

Mari anggap pertengkaran mereka seperti pertengkaran antara seorang ibu dan putrinya.

Meski begitu, Mikoto sama sekali tak merasa tersudutkan.

Kali ini Mikoto tersenyum. Dia memang luar biasa, masih menjaga ekspresi dan gerakannya meski sudah dipojokan dengan kata-kata yang cukup pedas. Hidup di keluarga Uchiha yang kebanyakan minim ekspresi benar-benar sudah melatihnya.

"kau terlalu banyak bicara, Shimura-san" kali ini giliran Mikoto "padahal aku sama sekali tak mendesakmu. Kenapa? Apa kau sedang ketakutan" kali ini, Ino mengeratkan tangannya sendiri, sedikit meremas roknya.

"Apa?"

"Siapa yang bicara berbelit-belit sekarang? Padahal kau sama sekali tak tau tujuanku" bibirnya tersenyum memandang Ino.

Tak tau tujuannya? Jangan bercanda! Tentu Ino tau.... untuk menekan Hinata.

Ino tak bisa lagi menahannya.

"dengar Mikoto-san! Jangan mencoba untuk mencari gara-gara" Ino mendesis, berharap ucapan geramannya bisa membuat Mikoto sedikit takut. Tapi tidak! Perempuan itu justru terkekeh geli.

Dan jijik.

Mikoto-san? Apa mereka benar-benar menjadi asing sekarang?

"Gara-gara? Kau hampir menghancurkan keluargaku" mata Mikoto beralih pada seorang bocah berambut kuning pucat. Bocah yang asik bermain dengan kubus alfabetnya. -Shimura Inojin-. "bagaimana perasaanmu jika putramu di tendang dari keluargamu?"

Ino diam, itu adalah balasan telak yang mengenai titik terlemah dari Ino.

Tentu saja jawabannya adalah sakit. Ino tak mau itu terjadi. Dia mulai paham apa yang dirasakan oleh Mikoto. Karena kini, dirinya juga adalah seorang ibu. Ino tak bisa memperkirakan lagi seberapa tegarnya seorang Hinata. Bahkan dia sudah siap jika dipisahkan dari putrinya, asal putrinya selamat.

Beban Hinata, sudah terlalu banyak.

Ino bersumpah, Hinata akan baik-baik saja bersama putrinya.

"aku tak membicarakan tentang diriku, Mikoto-san" Mikoto mengerti ucapan dari Ino. Bukan dirinya sendiri yang dikhawatirkan Ino, melainkan si ibu Himeka, calon besannya.

Mikoto terkikik, disana ada nada sarat akan kekesalannya. Matanya melihat pantulan dirinya di cankir tehnya. Lalu, siluet Hinata dengan wajah seriusnya muncul disana. "maksudmu, gadis yang tak jelas asal-usulnya itu?" yang dimaksud Mikoto adalah Hinata.

Ino kesal, dan marah. apalagi saat Mikoto mengatakan jika Hinata adalah perempuan dengan asal usul tak jelas. Ino bisa merasakan sarkasmenya dari ucapan si nyonya Uchiha. Asal usul yang tak jelas. Yang artinya, Hinata tak layak disandingkan dengan keluarga Uchiha.

"terserah kau mau menyebutnya apa, tapi jangan pernah menganggu mereka. Hinata ataupun putrinya" ini adalah sebuah ancaman. Ino tak menyangka, perasaannya pada Hinata membuatnya seberani ini! oh ayolah... siapa yang berani menantang Uchiha?

Ino akui, dia berani juga karena memiliki suaminya sebagai tamengnya. Maksudnya adalah..... keluarga Shimura.

"sadari posisimu karena berani mengancamku, Yamanaka!" suara lembutnya berubah menjadi dingin dan menusuk. Bahkan Mikoto membawa marga lamanya. Yamanaka? Apa itu tandanya bahwa Mikoto akan melakukan sesuatu pada keluarganya?

Cih! Ino tak takut!

"posisi? Kau harus tau siapa aku sekarang!" Ino tak kalah dingin. Oh! Sekarang Ino merasa amat sangat berdosa karena dia terlihat seperti membangkang ibunya sendiri. "aku adalah menantu dari keluarga Shimura. Tentunya, kau kenal dengan danzo Shimura kan?"

Danzo. Mikoto tau. jika Uchiha berkuasa atas harta dan kekayaan, maka danzo berkuasa di dunia gelap. Meski hanya desas-desus, tapi Mikoto tentu percaya, jika danzo adalah salah satu orang yang bergerak di kalangan yakuza.

Yakuza adalah organisasi yang di dalamnya berisi orang-orang yang tak takut dengan kematian, dan tak segan-segan membunuh siapapun yang menghalanginya.

Apa Mikoto takut? Tidak! Tentu saja tidak. Mikoto bisa menebak, Uchiha tetap akan menang. Hanya saja..... akan ada korban jiwa. Satu atau dua orang? Mikoto sangat peduli terhadap itu. apalagi untuk putra-putranya. Ataupun kerabat keluarga yang lainnya.

"segerombolan tikus, tak akan pernah menang melawan srigala"

"siapa bilang aku mengincar kemenangan, Mikoto-san? Aku hanya menginginkan sebuah kerusakan" sesuai dengan dugaan Mikoto. Ino hanya akan mencari korban jiwa.

Tanpa sadar bibirnya tertarik keatas. Mikoto tersenyum. Ino berubah menjadi wanita yang mengerikan namun pantas dihormati. Andai itachi belum menikah, Mikoto ingin menjodohkannya dengan Ino. Dengan tampilannya seperti itu, Ino cocok menjadi salah satu keluarga Uchiha.

Mikoto mendengus. Tak menyangka Ino akan berbuat sejauh ini. "kupikir seseorang seperti dirimu tak terlalu mempedulikan orang lain. Ada apa ini? kenapa kau sangat ingin melindunginya?"

Ino tertawa sarkas saat mendengarnya.

"Orang lain? Jangan salah paham! Dia bukan orang lain untukku" lalu Ino melirik anaknya yang masih asik bermain balok alfabet. Sudah setinggi apa anaknya menyusun itu?

Mikoto mengikuti arah pandang Ino, melihat bocah yang kecil yang bermain dengan polosnya. Lalu, saat matanya mencoba memandang Ino, ketika itu keduanya bertemu.

Onyx dan aquamarine.

"Mikoto-san, dia adalah calon besanku"

.

.

.

...

.

.

.

Hinata kelimpungan, pagi-pagi Himeka sudah menjerit menangis. Yah! Hinata sudah menebaknya. Meski Himeka adalah seorang penyayang binatang, tapi usianya masih terlalu kecil untuk bisa dengan benar mengurus binatang.

Kelincinya sakit.

Hinata menghela nafas. Lalu berusaha menenangkan kesedihan putrinya.

"Kita ke dokter Inuzuka ya?" Hinata membujuk. Inilah kesulitan saat menghadapi anak yang merengek. Diabaikan akan tetap menjerit, tapi saat dipedulikan tambah menjerit.

Oh ya ampun!

"ayolah sayang, jika ditunda nanti sakitnya akan tambah parah" Hinata lagi-lagi membujuk. Dia berusaha untuk tak mengeraskan suaranya. Kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan tindakan dari orang tua.

Karenanya Hinata selalu berhati-hati.

Himeka masih asik sesenggukan.

Hinata bernafas lega, saat Himeka mau mengangguk dengan bibir yang tetap mengerucut. "nah sekarang, ayo mandi dengan kaasan" dan putrinya hanya patuh dengan mata berair yang lucu.

.

.

.

...

.

.

.

"Aku sudah menyuntiknya, lebih baik biarkan menginap untuk beberapa hari agar benar-benar sembuh total" Inuzuka Kiba. Dokter hewan yang cukup terkenal di daerah ini. selain kemahirannya, dia juga memiliki tampang yang lumayan. Sebelum kelinci, Hinata dan Himeka pernah kesini juga,... saat ikan koi milik putrinya itu terlihat hampir mati.

Saat itu Hinata malu sekali, faktanya,... Kiba bukanlah spesialis ikan, dia hanya bisa pada hewan mamalia. Oh! Jika mengingatnya, Hinata rasanya ingin menguburkan kepalanya seperti burung onta. Tentu saja! dia datang dengan panik bersama putrinya yang menangis, meminta Kiba untuk segera mengobati ikan yang berenangnya sudah terbalik itu.

Semoga Kiba mau memaklumi kebodohannya. Hinata kan hanya lulusan smp saja.

Ada hal yang akhir-akhir ini membuatnya tak nyaman. Tentang gossip yang beredar.

Gossip tentang Kiba yang menyukai dirinya.

Ini gila! masa iya? Dia itu janda dengan seorang putri! Ah! Maksudnya adalah itu yang mereka tau. meski Hinata bukanlah janda, tapi Hinata itu sudah tidak perawan! Mana mungkin Kiba mau kan? Terkadang Hinata juga merasakan itu. tentang perlakuan Kiba yang terlihat spesial padanya. Bukannya percaya diri, namun itu dengan jelas bisa Hinata rasakan, apalagi saat dirinya membandingkannya dengan pelanggan lain.

Oh! Sungguh sangat berbeda!

Seperti mengratiskan pengobatan peliharaan sang putri. Tentu Hinata senang. Gratis adalah kata-kata mukzijat untuk Hinata. Dia bisa berhemat masalah uang.

"jadi berapa biaya pengobatannya" kata-kata biaya adalah kata-kata terberat dalam hidup Hinata.

Oh uangnya yang malang!

"tidak perlu" ujaran Kiba yang sudah diduga Hinata.

"kau selalu memberikan keringanan biaya untukku. Aku ini orang mampu, tau?" Hinata membuat seolah dirinya tersinggung. meski Hinata suka dengan gratisan, namun Hinata tetaplah memiliki hati dan otak untuk berfikir. Karena kabar yang sudah beredar tentang perasaan si dokter hewan ini, membuat Hinata tidak enak.

Hinata tak mau berhutang budi jika nantinya akan ada maksud dibaliknya. Meski Hinata tau, Kiba melakukannya dengan sangat tulus. Apalagi sifat bawaan Hinata yang selalu tak enakan. Hinata bisa menebak suatu saat mungkin dia tak enak jika menolak lamaran Kiba.

Pipinya tanpa sadar memerah. Hinata merutuki dirinya sendiri. Dia terlalu berfikiran halu.

Kiba diam dan menimbang, pada akhirnya dia memilih menyerah. Karena dia cukup mengenal janda menawan didepannya ini. sifat yang terkadang keras kepala dan tak bisa dibantah.

Meski begitu, Kiba jatuh cinta padanya.

"nah! Sekarang adalah pengobatan untuk si gadis cantik!" Hinata hampir mengomel saat Kiba memberikan permen lollipop pada putrinya. Obat? Permen justru merusak kesehatan putrinya. Hinata ingin protes, tapi tak jadi saat seorang wanita dewasa menyapanya.

Dia keluar dari pintu yang bertuliskan 'khusus karyawan, yang tak berkepentingan dilarang masuk'

"Hinata-chan!" senyumnya secerah milik Kiba. Bahkan gingsulnya yang menawan membuatnya tambah memesona.

"ah, selamat pagi... hana-san" Inuzuka hana, kakak perempuan dari Kiba. Gayanya memang terlihat seperti preman, tapi Hinata tau, hatinya seputih hello kitty. Saking menghormati kakaknya Kiba, Hinata sampai lupa untuk memprotes anaknya yang mulai memakan permen lollipop pemberian Kiba.

"jadi kau menyakiti hewan apalagi, bocah nakal!" hana berjongkok didepan Himeka, lalu membuat wajahnya seolah menyeramkan nan memnggoda.

Himeka berhenti menjilati lolipopnya, bibirnya langsung cemberut, lalu mengadu pada Hinata jika si nenek sihir berlaku nakal padanya.

Adegan lucu itu membuat mereka tertawa. Himeka masa bodoh dengan itu. dia langsung asik menikmati lolipopnya kembali.

Hinata merasakan kehangatan disini. Mereka semua membuka tangannya untuk Hinata. Terkadang Hinata ingin berada di keluarga Inuzuka. Tapi Hinata tidak bisa. karena dia benar-benar tak memiliki perasaan lebih kepada dokter hewan yang baik ini.

Apalagi saat ini hatinya sedang dibingungkan dengan seorang pria dari Uchiha. Bahkan otaknya susah menghilangkan bayangan tampan itu. Hinata ingin menepuk jidatnya! Bisa-bisanya dia tertarik dengan pria yang tak sepantaran dengannya.

Hinata harus sadar diri. Meski Sasuke seperti memberikan tanda-tanda jika pria itu menyukai Hinata, tapi Hinata selalu menahan pikirannya itu. dia tak bisa berfikir seperti di negri dongeng. Bagaimana jika faktanya kalau Uchiha Sasuke sedang bermain-main dengannya? Tentu Hinata harus antisipasi dengan hal itu.

Pria sekaliber Uchiha Sasuke menyukai janda beranak satu dengan asal usul tak jelas seperti dirinya? Oh yang benar saja!

"ah iya, Kiba! Aku dapat voucher makan nih!" suara hana membuat Hinata memandang keduanya penasaran. Hinata belum pamit, dia masih duduk manis dengan Himeka untuk menunggu kembalian uangnya. Meski kembalian uangnya tak seberapa, tapi Hinata tetap menginginkannya. Mata amethisnya melihat dua voucher makan direstoran yang Hinata tau sangat mahal.

"kenapa diberikan padaku? makan sama Takuya-nii sana" takuya adalah seseorang yang Hinata ketahui sebagai suaminya hana. Meski Hinata belum pernah bertemu dengannya. Tentu saja, pria kantoran itu digadang-gadang sebagai pria tersibuk di distrik ini. jadi wajar saja Hinata tak pernah bertatap wajah dengannya.

"suamiku sedang sibuk! Gunakanlah!" Hana mengatakannya sambil mendekat kearah adiknya itu. lalu menyikut pinggang sang adik hingga Kiba mengaduh kesakitan. "kau bisa mengajak Hinata-chan!" ujarnya sambil berkedip.

Hinata bisa melihat, wajah Kiba mulai memerah. "a-apa? Dasar kakak bodoh! Hinata itu sibut tau?!"

Hinata tidak mungkin menerima itu, karena itu adalah tindakan pemberian harapan. Hana-san memang terlihat menyukai Hinata. Apakah kakaknya Kiba juga berharap padanya?

Oh ya ampun! Hinata semakin tak enak saja.

"Ayolah Hinata-chan! Luangkanlah waktumu sebentar, ya? Temani si bujang lapuk ini!" Hinata semakin tidak enak. Apalagi saat melihat Kiba yang marah pada kakaknya dengan wajah memerah. Kakaknya Kiba memang sering menggoda Kiba untuknya. Interaksi itu membuat Hinata yakin, keluarga Inuzuka sedang berusaha menariknya untuk bergabung dalam keluarga pecinta anjing itu.

Hinata bisa menangkapnya, lirikan harapan dari Kiba untuknya.

Apakah Hinata harus mulai mencoba membuka hatinya? Tapi......

Uchiha Sasuke. lagi-lagi bayang-bayang itu memenuhi kepalanya.

Hinata tak bisa. apalagi sekarang kebenaran dirinya dan putrinya sudah diketahui oleh nyonya besar Uchiha. Hinata harus fokus pada masalahnya sendiri. Yang menyangkut masa depan sang putri. Hinata berharap dirinya juga masih punya masa depan.

Hinata mendongkak, akan menolak permintaan duo Inuzuka itu.

Namun, saat ametisnya menangkap senyum tulus dari keduanya, Hinata tak sanggup untuk tak mengangguk.

.

.

.

...

.

.

.

"Ino-sama, terlihat sangat berbeda, ya?" Kakashi berujar, dirinya masih tetap fokus menyetir untuk mengantar sang nyonya menuju ke hotel yang sudah dipesankan. Mereka di amerika sekarang, dan Mikoto tak memiliki rumah disini.

Mungkin dia akan membeli satu nanti.

Mikoto hanya bergumam seadanya membalas basa-basi dari Kakashi.

"kupikir ini semua karena nona Hinata" Kakashi melanjutkan lagi, masih berusaha menarik atensi sang nyonya. Mikoto tak tau maksudnya. Apakah si bawahannya ini berusaha menggodanya?

"hm~" lagi Mikoto bergumam malas menjawabnya.

"nona Hinata seperti memiliki sesuatu yang bisa membuat orang lain tertarik padanya"

"kenapa begitu?" Mikoto bertanya malas, dia tetap menghargai orang yang mengajaknya bicara.

"karena aku juga sepertinya tertarik padanya" Kakashi mengatakan itu bukan berarti dia menyukai Hinata, tertarik disini berbeda artian dengan suka ataupun cinta. tapi lebih kearah, seperti Kakashi tak bisa membencinya, dan ingin tau tentangnya.

Hening sebentar. Sampai akhirnya Kakashi mendengar Mikoto mendengus untuknya. "jangan berani untuk menyukainya!, dia akan menjadi menantuku"

"ah, maafkan sa-" kalimat Kakashi terhenti. Tunggu dulu, Nyonya nya bilang apa barusan? Menantunya? Apakah itu berarti, nyonyanya....

Sudah merestui?

"nyonya, anda...." Kakashi ragu-ragu dan Mikoto hanya tersenyum kecil.

"yah.... Mau bagaimana lagi?" ujarnya dengan senyum kecil yang tak lepas dari wajahnya. Seperti kata Kakashi, Hinata memiliki daya tariknya sendiri. "lagipula, ada gadis manis yang harus bahagia dengan keluarga lengkap, kan?" onyxnya memandang jalanan, beberapa orang lalu Lalang disana. Dan ada segelintir keluarga yang sedang berjalan santai disana. Ayah, ibu dan seorang anak.

Ini aneh untuk Kakashi, kenapa dia jadi sangat bersemangat dan senang saat nyonyanya merestui hubungan si penjual bunga dan tuan mudanya? Padahal dia bukanlah siapa-siapa disini.

Tunggu dulu,? Mungkinkah ini karena dia yang sangat menantikan video season dua tanpa sensor?

"kalau begitu... tak perlu ada yang dikhawatirkan lagi kan?" Kakashi melirik dari spion depannya, entah kenapa, nyonyanya kembali menyendu.

Apa Kakashi mengatakan hal yang salah?

Khawatir? Banyak hal. Seperti bagaimana perasaan Hinata pada putranya, ataupun yang paling penting adalah tanggapan suaminya nanti.

Sekarang yang perlu Mikoto lakukan adalah menyembunyikan Himeka dari Fugaku hingga Mikoto siap untuk mengungkapkannya.

Mungkin dirinya akan bersekongkol dengan Sasuke setelah ini.

Meski begitu.......

Mikoto berfikir keras. Apa yang bisa meluluhkan hati es milik suaminya? Tentu saja Mikoto bisa menebaknya.

100 persen! Fugaku pasti menolak Hinata menjadi menantunya. Mikoto akui Hinata memang punya daya tariknya sendiri. Namun itu tak akan cukup membuat Fugaku menyukainya...... karena kelemahan terbesar Hinata adalah, asal usul keluarganya yang tak jelas.

Dia gadis yatim piatu dengan hidup yang melarat.

Kepala Mikoto pusing memikirkannya.

Apa dia mengancam untuk bunuh diri saja agar Fugaku bisa luluh? Ah! Lupakan. Itu pemikiran gila.

Yah, terserahlah.... Masalah Fugaku, akan Mikoto serahkan pada putranya. Jika putranya benar-benar menginginkan Hinata, maka seharusnya Sasuke bisa mengalahkan kekeras kepalaan ayahnya.

Ah! Ngomong-ngomong tentang Sasuke, Mikoto jadi kepikiran........ perihal shion dan Hinata yang ternyata adalah orang yang sama.

Apa Mikoto perlu memberitahukannya?

Tanpa sadar, sudut bibir Mikoto terangkat. Tidak perlu.

Biarkan saja. terkadang, melihat seorang putra delima karena cinta, adalah hiburan tersendiri bagi orang tua.

Petak umpetnya harus tetap berjalan. Meski begitu,.....

Hinata tetap sudah kalah.

.

.

.

...

.

.

.

"Dan mereka pun hidup bahagia, selamanya" Hinata diam, ingin menghela nafas saat melihat putrinya akhirnya mulai mengantuk. Ini adalah cerita ketiga.

Tentang putri salju yang hidup bahagia dengan pangeran.

"Hi-hime juga ingin menikah dengan pangelan" Hinata tersenyum saat Himeka mengatakannya sambil menguap lucu.

"nah sayang, bagaimana wujud pangeran di dunia nyata?" Hinata bertanya, berusaha memancing kecerdasan putrinya.

Himeka diam, kaasannya sering memberi tau padanya tentang perwujudan pangeran di dunia nyata. Mata onyx lebarnya menatap Hinata lucu.

"eum.... Yang banyak uang?" ujarnya polos. Dan Hinata tersenyum sumringah.

"pintar!" Hinata mengatakannya sambil mengelus surai raven putrinya. Ya! Hinata memang sudah melatih Himeka untuk mencari yang kaya. Hinata tak mau suatu saat nanti menjadi seperti ibu kejam yang memaksa putrinya menikah dengan pria kaya.

Biarkan Himeka yang memilihnya nanti. Dan sekarang adalah kesempatan Hinata untuk meracuni pemikiran si putri.

Ah! Meski begitu, Hinata masih tetap tenang. Putrinya itu sangat cantik! Seharusnya mudah saja membuat pria mapan jatuh cinta pada putrinya. Lagipula, Ada Inojin yang bisa dijadikan ban serep nantinya.

Hinata jadi merasa bersalah. Dirinya seperti terlihat memanfaatkan Ino. Namun, masa bodohlah! Toh Ino juga senang jika Himeka menjadi menantunya. Bukankah Ino sangat menggebu-gebu terhadap putrinya itu?

Aah! Anugrah darah Uchiha! Terimakasih.... Uchiha Sasuke!

"sekarang, tidur ya....." Hinata mengecup kening sang putri, lalu pindah ke pipi gembilnya. Mata Hinata terasa panas sekarang. Dia mulai berfikir, mungkinkah Hinata masih bisa melihat putrinya menikah suatu hari nanti? Apalagi sekarang Uchiha Mikoto belum memberi keputusan apapun padanya.

"Tapi, hime mau menikah dengan paman tampan!" lamunan Hinata buyar. Kesedihan yang baru dirasakannya barusan, luntur entah kemana.

Apa katanya? Paman tampan? Siapa itu? Kiba? Tidak mungkin. Himeka memanggil Kiba dengan sebutan paman peri.

Apa ini? mungkinkah putrinya menjadi target dari seorang pedofil? Hinata merinding memikirkannya.

"sayang, siapa itu paman tampan?" Hinata bertanya, lalu berjengit saat Himeka bangun dari tidurnya. Berdiri dan turun dari kasurnya. Yang Hinata lihat adalah Himeka membuka lacinya dan mengeluarkan boneka barbie yang Hinata yakin harganya mahal.

Hinata mengetahui harganya karena dulu Himeka pernah memintanya, namun Hinata tak bisa menurutinya karena harga bonekanya tak lazim. Lebih baik Hinata membelikan boneka yang mirip dengan harga yang beda.

Tak masalah jika KW, toh Himeka masih kecil dan tak mengerti apapun perihal asli dan palsu.

Hemat tanpa batas, adalah slogan Hinata.

Bukannya Hinata pelit, tapi memanjakan anak dengan membelikannya ini itu adalah hal yang kurang baik menurut Hinata. Himeka haruslah menjadi perempuan yang pintar dalam mengurus keuangan. Terlepas nantinya dia akan menikahi pria kaya ataupun tidak.

Sederhana adalah hal yang Hinata tanamkan pertama kali.

"siapa yang memberikan itu, sayang?" Hinata mulai takut. Tak mungkin Ayame, mengingat keuangan Ayame juga setara dengannya.

"Paman tampan!" balasnya lagi. Siapa paman tampannya? Entah darimana datangnya, bayangan Sasuke muncul dikepalanya.

Hinata menggeleng cepat. Tak boleh! Lebih baik Himeka menikah dengan orang miskin dan melarat dibanding harus menikah dengan ayahnya sendiri.

Meski bukan Sasuke sekali pun, Hinata tetap tak rela jika anaknya menikah dengan om-om pedofil. Ah! Hinata rasanya ingin menjerit dan menangis!

Hinata bangkit, "apa pamannya memiliki rambut hitam?" Hinata bertanya. Lalu gelengan Himeka membuat Hinata bernafas lega. Syukurlah. Hinata rasanya ingin menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia berfikir jika itu adalah Sasuke? dasar Hinata baka.

"Jadi apa warna rambutnya?"

"eum, walna..." Himeka berjalan, lalu menunjuk kearah hiasan bunga tulip milik Hinata.

Amethisnya menatap dalam bunga tersebut.

Kuning.

Siapa itu? satu-satunya yang Hinata tau pria berambut kuning adalah naruto, tapi tak mungkin naruto kan? Apa motifnya jika dia adalah si paman tampan itu? jangan bilang naruto tau tentang identitas putrinya? Namun, disamping itu Hinata agak lega jika itu memang naruto.... Artinya, tak ada niatan jahat untuk sang putri.

Coba bayangkan jika itu bukan naruto?

Hinata takut itu adalah pedofil atau semacamnya. Mulai besok, mungkin Hinata akan meminta Ayame untuk lebih meningkatkan pengawasannya. Hinata semakin berat untuk pergi makan dengan Kiba besok. Dia harus meninggalkan Himeka....

Apa Himeka akan baik-baik saja?

.

.

.

...

.

.

.

Kepercayaan diri akan selalu muncul untuk mereka yang memang memiliki kelebihan. Itu juga berlaku pada seorang Uchiha Sasuke. kelebihan? Tidak perlu ditanya apa kelebihan seorang Uchiha Sasuke.

Satu kelebihannya diantara manusia yang lain.

Dia sempurna.

Jadi bukanlah hal yang menjemukan lagi jika seorang Uchiha Sasuke memiliki rasa percaya diri setinggi langit ke tujuh. Tak ada yang bisa menampik bagaimana caranya berbicara ataupun bersikap.

Semua hal yang dilakukannya selalu memanjakan mata. Rata-rata, orang yang memiliki kepercayaan diri akan selalu terlihat menarik di mata orang lain. Begitu juga dalam bidang pekerjaan.

Jika kau kikuk dan dungu, jangan berharap kau akan mendapatkan tempat yang layak dalam dunia kerjaan. Ah! Beda jika kau memiliki koneksi disana dan disini. Sasuke memang terlahir di keluarga yang memiliki kekuasaan, tapi terlepas itu, Sasuke yakin akan tetap sukses dengan usahanya sendiri.

Taka adalah contoh nyatanya.

Sasuke tak pernah mengecewakan para insvestornya. Sasuke selalu bisa menarik mereka hanya dengan kemampuan komunikasinya dan dengan tatapan meyakinkannya. Sasuke selalu merasa bisa mendapatkan kepercayaan dari para kolegaya.

Namun kali ini, Sasuke merasa tak yakin jika dirinya bisa mendapat simpati dari para koleganya.

Ini murni kesalahan Sasuke.

Dan juga wanita 'itu'.

Sasuke tak bisa fokus, bahkan saat membicarakan rencana proyek perusahaannya, otakya melalang buana ke tempat lain.

D'Pasta. Salah satu restoran yang menawarkan makanan dengan harga yang cukup tinggi. Ini juga adalah salah satu tempat favoritnya untuk mengajak para kolega berdiskusi. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan Sasuke.

Kenapa si janda itu ada disini? Di restoran dengan harga yang tak cocok dengan kondisi hidupnya? Dan yang membuat darah Sasuke semakin mendidih adalah fakta jika si janda itu tidak sendiri. Bahkan si janda terlihat nyaman dengan kondisinya itu! berbeda sekali saat makan bersama Sasuke.

Sasuke merasa sedikit terhina.

Pria berambut coklat yang terlihat seperti pecundang di mata Sasuke. pasti dia yang mengajak si janda makan ditempat berkelas seperti ini. tak perlu mencari tau, karena Sasuke tau,... si janda itu tak mungkin bisa makan di tempat ini, meski dia punya uang yang cukup, pastinya dia lebih memilih untuk menghabiskannya untuk keperluan yang lain.

Bukan untuk makan makanan mahal.

Sasuke sedikit melirik kearah si janda. Lokasinya tak terlalu jauh dengan tempatnya,...hanya berjarak 4 meja yang kebetulan sedang kosong.

Janda itu tertawa renyah.

Cantik.

'brengsek!' Sasuke memaki dalam hati.

"Sasuke-san?" pria dengan rambut yang sudah beruban itu menyadarkan Sasuke sekali lagi. Sialan! Dia benar-benar tak fokus.

Sekarang yang ada di otaknya hanyalah perkataan sakura padanya.

"Jangan terlalu lama! Bagaimana jika Hinata akan di ambil orang lain? Kuakui dia itu cukup manis!"

Hati Sasuke semakin panas. Proyek milyarannya.....

Tanpa sadar, tangannya terkepal.

Siapa sih pria jelek yang bersama dengan janda-nya? Dari cara berpakaiannya, Sasuke yakin dia tak sekaya Uchiha,.... Satu yang membuat Sasuke was-was, si janda yang terlihat hanyut dan nyaman dalam situasinya.

Apa tipe si janda itu memang yang dibawah standar?

Badannya bergetar. Bagaimanapun tipe idealnya si janda, Sasuke tetap tak peduli. Sasuke sudah menandainya, dan jangan harap ada orang lain yang akan mengambilnya!

Proyek milyarannya? Entahlah, Sasuke sepertinya sudah merasa gila. bahkan otaknya tak bisa menghentikan badannya.

Terutama kaki sialannya yang membawanya ke arah si janda. Kemarahan Sasuke berada di puncaknya saat melihat pria jelek itu dengan seenaknya mengelap saus di bibir sang janda! Dan kakinya reflek berdiri saat melihat wajah si janda yang merona.

Brengsek! Sialan! Keparat!

Sasuke bahkan sudah mengabaikan koleganya yang menyerukan namanya. Persetan dengan kerugian perusahaanya. Ini adalah kedua kalinya Sasuke merasakan amarah yang amat sangat besar.

Pertama, karena shion yang mempermainkannya, kedua.... Karena si janda yang pergi dengan pria lain.

Dalam hatinya terus memberontak. Dan ada rasa takut saat si janda hidup Bahagia dengan pria lain.

Sasuke mulai bisa mengakuinya.

Dia jatuh cinta. pada dua wanita secara bersamaan. Katakan dia brengsek! Tapi hati tak bisa di kendalikan. Jika memang bisa, Sasuke lebih memilih mencintai perempuan dengan kasta yang sama seperti dirinya, itu akan berjalan mudah.

Sasuke tau, saat dia memilih si janda, maka Sasuke sudah siap berhadapan dengan ayahnya. Terutama sang ibunda yang sekarang masih teguh untuk menjodohkannya.

Bagaimana dengan shion? Entahlah..... Sasuke tak mau memikirkan itu sekarang. Poligami bukanlah hal yang buruk. Sasuke hanya berharap, dengan adanya Hinata.... Dia bisa melupakan shion. Bisakah? Entahlah, Sasuke tak yakin.... karena sudah bertahun-tahun.... Sampai sekarang, Sasuke terkadang memikirkan shion.

"Uc-Uchiha san?"

Mata onyxnya memandang tajam pria yang juga menampilkan wajah tak Sukanya. Sasuke sudah menarik tangan si janda untuk berdiri.

"Uchiha Sasuke" itu adalah ucapan pria yang mengenalkan dirinya sebagai Kiba Inuzuka.

Kiba? Nama yang buruk!

Huh! Bahkan pria ini mengenal dirinya. Yah, Sasuke memang tak bisa menampik akan popularitasnya.

"apa yang Uchiha Sasuke lakukan disini?" Sasuke tau, pria ini mulai marah, apalagi saat pandangan Kiba yang jatuh pada tangan Sasuke yang menggenggam tangan Hinata. "kau mengganggu acara kencanku"

Wajah Sasuke mengeras mendengarnya. Kencan? Jangan bercanda!

"kencan? Dengan istri orang?" Sasuke sedikit mengeratkan genggamannya, bahkan telinganya bisa mendengar sedikit ringisan dari si wanita.

Wajah Kiba terkejut. Istri orang? Tentu Kiba tau jika Hinata pernah berumah tangga. Tapi yang Kiba tau sekarang adalah Hinata single.

"istri orang?" sesungguhnya Kiba masih terkejut, apalagi saat melihat Uchiha Sasuke yang seperti sedang mengklaim perihal hak milik.

Kiba baru menyadarinya, jika Himeka sangat mirip dengan Uchiha Sasuke. tapi, itu tidak mungkin! Hinata sendiri yang bilang jika suaminya sudah meninggal, Kiba juga melihat fotonya. Namanya utakata, dan dari penampilan fisik, memang Himeka mirip dengan utakata.

Tapi sekarang, kenyataan berhasil menampar sanubarinya. Mungkin Himeka memang mirip dengan utakata, tapi..... jika dibandingkan dengan Uchiha Sasuke, Himeka lebih mirip dengannya.

Kiba memandang Hinata, dan dia hanya melihat wajah kaget dan pucat.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. seperti Hinata yang berbohong padanya. Kiba yakin, sangat yakin.... jika pria didepannya ini adalah ayah biologis dari gadis lucu yang sering datang ke tokonya.

"Ya! Dia adalah istriku!"

Setelahnya, Uchiha Sasuke menarik Hinata menjauh. Kiba menatapnya dengan wajah yang sedih. Jika memang benar demikian, Kiba yakin, kesempatannya untuk mendapatkan hati pujaannya adalah nol.

Kiba memberikan senyuman saat Hinata berbalik padanya, memasang wajah tak enaknya pada Kiba. Yah, perempuan itu bisa apa? Dia masih ditarik paksa oleh si bungsu Uchiha.

.

.

.

...

.

.

.

"A-apa yang anda la-lakukan?" suara cicitan itu membuat Sasuke tambah marah. mereka sudah berada di mobil Sasuke. Sasuke sudah mengunci pintunya, jadi si janda tak akan bisa pergi dari sini. Sasuke mendorong keras punggungnya kesandara kursi. Lalu memandang si janda yang masih menunduk sambil megusap pergelangan tangannya.

"Apa yang kulakukan? Justru itu yang ingin kutanyakan padamu" Sasuke mendekatkan dirinya pada si janda, membuat wanita itu menunduk malu. Wajah mereka terlalu dekat! Bahkan hidung Sasuke bisa mencium wangi yang entah kenapa membuat dirinya membuncah gila. "apa yang kau lakukan padaku?" Sasuke tulus menanyakan itu. Sasuke sendiri juga bingung dengan tindakannya pada si janda. Makanya, Sasukelah yang bertanya itu pada si janda.

Bahkan harum rambutnya membuatku tambah gila! teriak Sasuke dalam hati.

Hening sejenak, Sasuke masih intens memandangi wajah ayu yang menunduk itu.

"a-anda pernah mencium saya, la-lalu kejadian di apartemen anda...." Hinata mengatakan itu dengan perasaan amat malu, bahkan dia tak bisa melanjutkan kata-kata yang menurutnya agak lebih vulgar lagi. Saat Sasuke menggigitnya. "dan sekarang.... Anda bilang jika sa-saya istri anda" wajahnya sudah sangat merah padam. "bukankah seharusnya an-anda yang lebih mengetahuinya di-dibanding saya?"

"sakura bilang, aku jatuh cinta padamu" perkataan itu sukses membuat Hinata mendongkak, lalu kedua mata itu bertemu. "aku tidak tau. ini asing untukku" bisiknya, dada Hinata mulai bergemuruh, ini adalah pertama kalinya Hinata mendapat ungakapan seperti itu, dari orang yang bahkan tak pernah Hinata impikan. "jadi, bagaimana menurutmu,... apakah perlakuanku adalah karena aku jatuh cinta padamu?"

Sama-sama tak mau berkedip. Keduanya masih asik saling melempar pesona jernihnya mata mereka.

Lalu, Hinata memutuskan kontaknya. Dia kembali menunduk. Rasa panas menjulur kesemua tubuhnya, bahkan detakan jantungnya bisa dia rasakan di ujung kuku-kukunya. "a-aku juga tidak tau" cicitnya kecil. Mana bisa Hinata menjadi sangat percaya diri atas apa yang dikatakan oleh Sasuke. jatuh cinta ataupun tidak, hanya Sasuke saja yang tau... kenapa harus menanyakan itu?

Memalukan.

Sasuke merasa gemas, harumnya sudah tak bisa ditolerir. Sasuke menjadi lapar bahkan masalah kerugian perusahaannya sudah tak ada lagi dibenaknya. Saat wajahnya ingin meraup leher sang janda, Sasuke terhenti.

"aku sudah tak bisa menahannya!" Menjauhkan dirinya, membanting punggungnya sendiri dan menyalakan mobilnya.

Sasuke tak bisa memikirkan apapun. Hanya satu yang menjadi pusat pikiran di otak Sasuke. yaitu perihal perkataan naruto dan segala rencananya. Sasuke tak mau jika si janda berakhir dengan pria lain.

Tak ada waktu yang lain, karena ini adalah timing yang paling tepat.

"Anda akan membawa saya kemana?" matanya sedikit melirik kearah si janda dengan wajah syok dan bingung.

Kemana? Tentu jawabannya sudah jelas kan?

"Kita ke hotel"

deg

"A-apa?!"

.

.

.

TBC

.

.

Maafkeun Sasuke dengan segala ke-sange-annya ya~~

dan maafkan diriku yang tak bisa update kilat. boro2 kilat, normal aja enggak... 

.

oke bye~~

.

Signature,

Lavendark (18 Agustus 2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro