Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PEEK A BOO

Chapter 5

Ronde 2

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]

Genre

Romance, Drama, Slice of Life

.

.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

--- Ronde 2 ---

.

.

"Bibi Ayame!" Ayame tersenyum menatap dua perempuan yang membuka pintu dan masuk kedalam. Si gadis cilik yang di genggam oleh wanita dewasa segera melepaskan tangannya dan berlari kearah Ayame. Ayame menghentikan kegiatan merangkai bunganya. Lalu menghampiri gadis cilik yang berlari riang dan merentangkan tangannya, minta di peluk.

"Ah hime! Lucu seperti biasa ya" Ayame mencubit gemas pipi temben si gadis cilik yang berumur tiga tahun itu. rambut raven dan mata onxynya membuat si cilik semakin manis dan cantik.

Mendengar pujian lucu membuat gadis cilik yang bernama Himeka itu langsung menunduk malu. Perempuan berambut coklat Panjang itu hanya terkekeh. Mirip seperti ibunya.

"Kau datang pagi sekali, Ayame...." Hinata menghampiri meja kasir, lalu melihat bunga hasil karangan sang pegawai. Yah, Ayame bekerja membantu Hinata. Toko bunga yang di namakan sunnyplace ini cukup besar dan terkenal.

"iya, Hinata.... Ada pesanan khusus yang harus kubuat pagi ini" ujar Ayame. Hinata hanya mengangguk. Mata amethis itu beralih pada bocah cilik yang asik menciumi bunga lily. Lalu Hinata tersenyum. Keputusannya empat tahun lalu sama sekali tak membuatnya menyesal.

Hal yang membuat Hinata sampai sekarang menyesal adalah pernah berfikir untuk menggugurkan Himeka. Jujur saja, sebagai korban pemerkosaan dan sedang dalam masa bersembunyi, tentu Hinata di hadapkan pada pilihan yang sulit. Saat itu menggugurkan kandungannya adalah opsi yang terbaik, itu agar Hinata tetap aman dalam bersembunyi, apalagi yang mencari dirinya adalah orang-orang besar seperti Uchiha. Oh tentu saja Hinata sangat takut jika berjumpa dengannya. Dan pada akhirnya Hinata memutuskan untuk melakukan aborsi. Oh... dan saat berada di depan rumah sakit, kakinya gemetaran,... merasa takut jika harus melangkah lebih jauh lagi/ katakan Hinata sebagai wanita penakut, tapi entah kenapa.... hatinya menolak keras untuk melakukan hal berdosa tersebut.

Pada akhirnya Hinata memilih untuk tetap mempertahankan bayi dikandungannya. Dengan harapan besar jika bayi itu lahir, semoga tidak ada gen Uchiha yang melekat pada si jabang bayi. Tentu hal yang fatal jika si bayi akan mirip dengan ayahnya,... persembunyiannya akan terungkap dengan mudahnya. Dan saat itu Hinata bersumpah, jika anaknya lahir kelak dan memiliki gen sang ayah, maka Hinata akan menitipkannya di panti asuhan.... Menelantarkannya layaknya anak-anak yang malang. Dan hal yang ditakutkan terjadi. Himeka lahir dengan 80 persen fisik yang mirip sang ayah... hanya pipi gembil yang Hinata wariskan.

Melihat bayi kecil tak berdosa yang cantik, akhrinya membuat Hinata rela untuk menjilat ludahnya sendiri, melanggar beberapa sumpah yang pernah terucap dari mulutnya. Pada kenyataanya... Himeka adalah hadiah terindah selama Hinata hidup. Dan sekarang lihatlah.... Pilihan yang diambilnya sama sekali tidak salah... Hinata bahagia sampai sekarang, hal yang ditakutinya tak pernah terjadi. Mereka tidak pernah ditemukan. Hinata berterimakasih pada Ino karena berhasil menyusun lokasi persembunyian yang tepat. Keluarga Uchiha tidak bisa menemukannya bahkan hingga empat tahun berlalu.

"Kaachan.... Eumm" Hinata tersenyum melihat tingkah ragu-ragu dan malu-malu sang putri. Mungkin Uchiha Sasuke mengambil semua gen fisik Himeka, tapi Hinata menguasai seluruh sifat Himeka. Himeka memiliki pribadi santun, ramah dan pemalu.... tidak seperti Uchiha yang terkesan dingin dan arogan.

"Ada apa?" ucapnya sambil mengelus sayang surai raven sang anak.

"bo-bolehcah hime meminta catu lily untuk mainan?" Hinata tersenyum.untungnya otak Himeka turunan dari sang ayah, jadi Hinata sedikit lega jika sang anak tidak akan bodoh sepertinya. Hinata bahkan sudah merencanakan untuk memasukan Himeka kedalam beberapa kursus... namun semua diserahkan lagi kepada kemauan Himeka.

Sungguh Himeka adalah perpaduan tanpa cacat antara dirinya dan Uchiha Sasuke.

"Apapun untuk malaikat kecil kaasan" ucapan Hinata yang membuat Himeka langsung berlari dan mengambil satu tangkai lili putih dari tempatnya.

Hinata rasa, Himeka merupakan mukzijat dan sumber berkah untuknya, selama mengandung... Himeka pengertian untuk membuat Hinata tak ngidam, lalu.... Himeka juga selalu sehat dalam kandungannya,.. padahal Hinata tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin... hanya sebatas memakan buah-sayuran dan susu ibu hamil, saat itu Hinata juga sempat mengkonsumsi obat penggugur kandungan.... Untunglah Himeka tidak cacat sedikitpun. Bahkan Hinata rasa, rezeki yang lancar diterimanya karena kehadiran Himeka, lihat saja... hidup Hinata sekarang lebih tertata..... tak seperti dulu yang harus bekerja di tiga tempat sekaligus layaknya kuli. Hinata berhasil mengembangkan usaha bunganya menjadi toko yang lumayan besar. Bahkan Hinata sampai sanggup memperkerjakan satu pegawai -Ayame.

"kau sudah mau pergi?" Hinata melihat Ayame yang mengeluarkan sepeda motor khusus untuk mengantar bunga.

Ayame mengangguk. "ya... ada yang memesan bunga pagi ini..." Hinata tersenyum lembut. Sungguh bersyukur memiliki pegawai yang cekatan seperti Ayame. Meski dalam hati Hinata selalu merasa bersalah pada perempuan itu, pun dengan orang-orang sekitaran kompleknya.

Hinata berbohong. Serta merta untuk melindungi sang putri. Hinata bukanlah gadis bodoh yang akan memberikan celah pada siapapun untuk mengungkap kebenaran tentang putrinya, oleh karena itu,.. Hinata mencoba berfikir pintar layaknya Ino yamanaka. Menggunakan beberapa taktik yang sudah digunakan oleh ino.

Memanfaatkan nama orang yang sudah meninggal.

Jika ino mengambil nama dan identitas shion menjadi dirinya, maka Hinata juga melakukan hal yang sama.

Hinata mengaku sebagai seorang janda. Janda yang hamil dan ditinggal mati oleh suaminya.

Mohon ampun dan maaf Hinata panjatkan kepada utakata nii-san yang sudah tenang di alam sana.

Utakata adalah kakak angkatnya di panti asuhan. Saat Hinata berumur 19 tahun.. laki-laki tampan itu harus meninggal karena penyakit jantung. Tak bisa mengobati karena pada dasarnya mereka hanyalah anak panti yang tak memiliki uang lebih. Saat itu Hinata hanya menangis tersedu-sedu dan bersumpah untuk tetap membantu panti asuhannya apapun yang terjadi.

Dan sebuah kebetulan yang indah ketika ukataka memiliki rambut dan bola mata yang sama seperti keluarga Uchiha. Oh... tentunya semua orang percaya jika Himeka adalah putri dari utakata... mereka tidak akan peduli terhadap sesuatu hal yang kecil seperti hidung ataupun bentuk bibir... karena pada kenyataannya keluarga Uchiha memiliki paras sepuluh kali lebih tampan dibandingkan dengan utakata.

Mata Hinata menatap foto dirinya dengan utakata yang sengaja di pajang di meja kasir tokonya. Ingat.... Ini bentuk pertahanan untuk tetap menjaga Himeka. Untunglah Himeka adalah putrinya yang penurut, tanpa bertanya ataupun mengeluh... Himeka selalu menerima segala bentuk penjelasan tentang sang ayah dari Hinata.

Hinata melirik kearah majalah yang tergeletak di salah satu bangku berwarna putih. Pastilah majalah itu milik Ayame, perempuan itu memang senang sekali membaca majalah-majalah terbaru untuk mengetahui kehidupan orang-orang terkenal. Mengambil majalahnya sambil melihat sang putri yang dengan antengnya bermain bunga lily dan barbie kesukaannya.

Hinata terkekeh saat melihat Himeka kecil yang sedang bermain. Sungguh sangat cantik anaknya itu. terimakasih kepada gen Uchiha yang diberikan secara cuma-cuma pada putrinya. Dengan wajah cantik seperti itu, Himeka bisa mendapatkan laki-laki keturunan orang kaya, mungkin setelah ini Hinata harus mengajari anaknya cara menggoda laki-laki tampan dan kaya,... tentu saja ini demi memperbaiki silsilah Hyuuga yang sepertinya miskin turun temurun. Dan Hinata haruslah jadi yang terakhir. Himeka harus hidup layak dan mudah.

Mata Hinata beralih ke majalah saat Himeka masih asik bermain barbienya. Lalu amethis itu mebelalak.

Uchiha Sasuke, menjadi sampul depan majalah. Selalu seperti ini, sesuatu yang menyinggung nama Uchiha, akan membuat jantungnya ingin meloncat keluar.

Hinata mulai was-was membaca kata perkata di majalah itu..... dan Hinata rasanya hampir pingsan saat itu juga.

Taka Group membuka cabang di kirigakure. Sejak tiga hari yang lalu. Tentu saja Hinata tau siapa pemilik taka group. Kata ino, perusahaan itu adalah perusahan kecil yang diberikan pada Sasuke karena skandalnya bersamanya dulu..... ughh... Sasuke memang pada dasarnya sempurna, mau semiskin apapun kondisinya, pastilah dia dengan mudah bisa menjulang kesuksesan.

Dalam hati Hinata berharap Himeka mewarisi otak sang ayah.

"ke-kenapa dari sekian banyak tempat, dia memilih kirigakure?? Tempat terpencil?" lirihnya. Tidak mungkin! Apa kami-sama masih mau memainkan takdir Hinata? Oh sungguh... Hinata sudah hidup tenang disini bersama sang putri. Bagaimana jika mereka tau Himeka memiliki darah Uchiha? Apakah mereka akan mengambil Himeka darinya? Atau lebih parah membunuh Himeka yang dinilai akan menghancurkan nama baik Uchiha? Tidak! Ini sudah empat tahun berlalu.... Pasti mereka sudah melupakannya, ya! Uchiha Sasuke pasti telah melupakannya.

.

.

.

...

.

.

.

"Kau masih memikirkan shion?" Shikamaru bertanya dengan malas. Shikamaru harus rela mengikuti Sasuke ke kirigakure hanya untuk membantu si Uchiha bangsat itu memajukan cabang Uchiha. Melihat respon diam Uchiha Sasuke yang masih asik memijit dahinya, membuat Shikamaru mendengus kesal. "sudahlah! Lupakan shion!... ini sudah empat tahun! Kau tidak kasihan dengan Naruto yang sudah ingin menikahi Sakura?!" Sasuke mendelik kearah Shikamaru. Tidak suka dengan bahasan yang diangkat.

Sasuke hanya pusing masalah pekerjaan saja. Memikirkan shion hanya membuatnya gila. Sasuke tidak mengerti dengan jalan pemikiran wanita itu, sungguh! Sasuke pikir wanita itu akan datang mengancamnya... tapi ternyata? Oh bahkan dia tidak ada sampai empat tahun ini. Mungkinkah shion tidak hamil? Entah kenapa kenyataan itu membuat Sasuke sedikit kecewa.

Eh? Kecewa? Sasuke buru-buru menggelengkan pemikiran anehnya.

"sudahlah Sasuke, mungkin saja shion itu tidak berniat jahat padamu... kau lihat sendirikan, kupikir shion itu dijebak juga" Sasuke membenarkan ucapan Shikamaru. "nah, sekarang kau lupakan masa lalu, bukankah lebih baik kau mencari pasangan hidup... kau sudah berkepala tiga sekarang" Sasuke lagi-lagi mendelik kearah Shikamaru, laki-laki itu tidak setia kawan seperti Naruto. Shikamaru berkhianat dan menikah duluan dengan putri dari kelurga Sabaku. Meninggalkan dirinya dan Naruto yang masih menjomblo.

"Bukan karena shion! Aku memang masih belum ingin menikah,.... Lagipula aku sudah merestui Naruto untuk menikahi Sakura, si dobe saja yang gila dan tetap berpegang teguh pada janjinya" Sasuke berkata jujur. Sasuke memang belum mau menikah, bukan hanya karena shion.... Tapi karena Sasuke juga sedang fokus untuk mengembangkan taka group miliknya. Kalau masalah Naruto, Sasuke sudah bilang untuk menikah, tapi si dobe bodoh itu selalu mengatasnamakan persahabatannya! Dasar bodoh!

Cih... Sasuke sangat senang saat melihat sang ayah memintanya kembali pada perusahaan besar Uchiha... tentunya Sasuke menolak itu. entahlah... meninggalkan taka yang dikembangkannya dari nol, membuat Sasuke sangat berat hati untuk melepaskannya. Dan ini adalah cabang ketiga taka di umurnya yang masih menginjak empat tahun. Entah kenapa Sasuke terfikirkan untuk memilih tempat terpencil seperti kirigakure. Meski kecil, warga kirigakure tetaplah makmur dan bersahaja.... Itulah yang Sasuke amati selama dua hari tinggal disini.

Ngomong-ngomong masalah pernikahan, shion berperan penting dalam rencana Sasuke, tentu saja... Sasuke rasanya ingin berterimakasih padanya. Berkat skandalnya tempo lalu,... sang kaasan tidak bisa menjodoh-jodohkannya lagi. Tentu saja, setiap kali ingin di jodohkan, Sasuke selalu membawa nama shion dalam alasannya. Dan hal itu selalu membuat mikot -ibunya bungkam.

"Aku tidak akan menikah sampai aku memastikan jika shion tidak mengandung anakku.... Bagaimana jika aku menikah lalu shion datang dan menghancurkan pernikahanku? Pokoknya tidak bisa...."

"kau akan melajang seumur hidup?!!" saat itu Mikoto terpekik histeris, meski dalam hati membenarkan ucapan sang putra.

"tidak juga... aku akan menikah saat aku benar-benar ingin menikah"

Ah berbicara mengenai ibunya, Sasuke jadi teringat jika nyonya Uchiha itu akan datang mengunjunginya malam ini. Huh! Ini akan merepotkan. Bayangkan saja, Sasuke baru pindah ke kirigakure selama tiga hari dan sang ibu ingin datang dengan alasan kangen? Ingat! Ini baru tiga hari! Yang membuat Sasuke menjadi lebih kesal setengah mati adalah permintaan ibunya unuk penjamuan nanti. Berpesan agar Sasuke sudah meletakan beberapa vas bunga diapartemennya. Tentu Sasuke menolak hal yang merepotkan seperti itu. namun Mikoto bukanlah Mikoto kalau tidak bisa membujuk sang putra. Beralasan jika bunga merupakan sumber terapi penuaannya, membuat Sasuke mau tidak mau mendesah menyanggupi.

"Shikamaru, bisa kau panggilkan Karin?"

"kau mau menghindari pembicaraan ini, eh?" Shikamaru masih tak terima... Sasuke benar-benar harus lepas dari bayang – bayang shion. Oh ini gila! Ini sudah empat tahun dan Sasuke masih berfikir akan menemukan wanita pirang itu?! bahkan mantan kekasihnya -ino yamanaka yang digadang-gadang sebagai dalang dari beredarnya video itu sudah menikah dan bahagia Bersama pelukis terkenal dari keluarga shimura.

Bukankah jika Sasuke dendam karena video, akan lebih baik menghancurkan dalangnya saja? hal yang mudah saat Uchiha mau menghancurkan gadis seperti ino yamanaka.... Tapi Sasuke sama sekali tidak pernah mau membahas ino yang sudah jelas adalah dalangnya? kenapa sepertinya Sasuke sangat terobsesi untuk mencari shion??

Sasuke saja yang bodoh karena masih terjebak masa lalu.

"aku tidak menghindar! Sungguh aku sudah melupakannya! Sekarang panggilkan Karin!" malas berdebat akhirnya Shikamaru mengangguk dengan berat, lalu pergi dengan bersungut-sungut kesal. Sungguh Shikamaru sangat memikirkan nasib Naruto dan Sakura.. oh tak lupa juga dengan bibi kushina.

Sasuke memijit dahinya. Sasuke sama sekali tak tertarik untuk berurusan dengan yamanaka ino, meski kenyataannya,... Sasuke sudah sering mendatangi ino dan bertanya perihal shion, dan hasilnya selalu nihil. Wanita itu akan berlagak polos dan menjawab tidak mengenal shion ataupun tak tau menau perihal skandal vidionya. Dasar licik! Dosanya sudah terlalu besar karena sering berbohong. Dan karena Lelah mengancam si ino, akhirnya Sasuke memilih mencari tahu sendiri.

Dan ucapan selamat tersemat untuknya karena hingga 4 tahun, Sasuke tak mendapatkan apapun. Bahkan sang ayah yang terkenal kolot dan tekun, sudah berhenti dan menyerah mencari keberadaan shion. Ayahnya sudah tenang,... selama empat tahun, tidak ada wanita yang mendrama dengan mengatakan di media jika Uchiha Sasuke adalah ayah dari anaknya.

.

.

.

...

.

.

.

"Aku tidak bisa! Kau pikir aku pembantumu? Aku ini sekretarismu, Sasuke-kun!" Karin berdecak kesal. Apa-apaan bosnya ini? Memintanya untuk memasang beberapa bunga di apartemennya hanya karena sang nyonya Uchiha akan datang? Yah... Karin memang sangat tau sih... sang mantan calon mertuanya itu sangat menyukai bunga.

Tapi.... oh yang benar saja! tugas Karin itu mengoreksi berkas dan mengatur jadwal... bukan merangkai bunga!

Masalah si nyonya Uchiha yang menyukai bunga, bukanlah urusannya! Karin masih sibuk dengan beberapa berkas yang harus diserahkan besok pagi! Lagipula, Karin sama sekali tak tahu menahu masalah bunga! Apa Sasuke sedang mengejeknya?

"ck! Memang apa sulitnya melakukan itu?" Karin menganga? Kalau tidak sulit kenapa tidak Sasuke saja yang melakukannya? Kenapa harus melibatkan dan menyuruh Karin? "aku sibuk" kata singkat yang diucapkan Sasuke seperti menjawab batin Karin. Apa Sasuke bisa membaca pikirannya? Dalam hati, Karin berharap jika ini adalah pertanda mereka memiliki telepati dan sebenarnya berjodoh.

Lupakan Suigetsu, demi Sasuke Karin rela selingkuh.

"semakin tua kau semakin semena-mena ya!" Karin kesal. Lupakan jabatan bawahan dan atasan.. Karin sudah terlanjur emosi.

"kau masih bekerja denganku kalau kau ingat" Sasuke sedikit mencibir dan itu membuat Karin menjadi lebih kesal. Memangnya salah siapa Karin masih bekerja menjadi sekretaris si tampan ini? Karin sudah berkali-kali mengurus surat pengunduran diri dan ditolak mentah-mentah oleh Sasuke.

Tidak surat cinta, tidak surat pengunduran diri.... Kenapa Sasuke selalu menolaknya sih?

Semenjak menikah dengan Suigetsu, sang suami sering misuh-misuh dan menyuruhnya berhenti bekerja. Oh yang benar saja... Karin rasanya mau meledak berada di tengah-tengah pria tidak peka.

"aku tidak akan tanggung jawab jika hasilnya akan jelek!" Karin keluar dengan membanting pintu. Sasuke tersenyum. Sudah pasti Karin tak bisa menolak segala permintaannya, memiliki satu, dua atau lebih budak cinta ternyata cukup menyenangkan untuknya.

Inilah alasan Sasuke tak mau memberhentikan Karin.

Dia seperti anjing yang menuruti segala permintaan sang tuannya. Kejam memang, tapi seperti inilah gaya seorang Uchiha hidup.

Dan yang terpenting adalah Sasuke tak perlu khawatir jika Karin akan menerkamnya, mengingat wanita itu sudah menikah dengan temannya -Suigetsu. Sempurna, Karin akan tetap menjadi anjing yang tak akan menggigitnya.

.

.

.

...

.

.

.

Karin berhenti di salah satu toko bunga dengan papan nama 'Sunnyplace' didepannya. Menurut informasi, toko bunga ini adalah toko yang paling bagus, murah dan sudah terbukti dengan pelayanannya yang ramah. Itulah kata beberapa review di media social tentang toko-toko bunga kirigakure.

Ah masa bodoh.... Mau bagus, atau jelek.... Memangnya Karin bisa tau? Yang terpenting sekarang Karin harus membeli bunga.

Karin sama sekali tidak paham bunga.... Jadi bagaimana dia memilih bunga yang tepat? Huuuuh! Biarkan saja si Uchiha bangsat itu dimarahi sang kaasannya nanti. Salah sendiri sudah menyuruh Karin.

Suara lonceng terdengar saat Karin membuka pintu toko itu, lalu disana berdiri dua orang wanita dewasa dan satu anak kecil yang asik bermain dengan boneka. Anak kecil yang cantik! Mengingatkan Karin dengan dirinya saat masih kecil. Cantik dan menggemaskan.

"selamat datang" suara lembut berhasil menarik atensi Karin kembali. "ada yang bisa dibantu?" wanita berparas ayu dengan rambut indigo itu yang menyapa Karin terlebih dahulu. Wanita yang manis... tapi menurut Karin, tetap dirinyalah yang paling cantik.

Karin membenarkan letak kacamatanya, lalu melihat semua bunga yang entah kenapa terlihat mirip dimatanya. "eum... aku mencari bunga untuk dirangkai dalam ruangan"

"bunga seperti apa?"kali ini wanita berambut coklatlah yang bertanya. Sedangkan wanita manis berambut indigo itu memilih mundur dan bergabung dengan putri kecil yang Karin rasa mirip dengan Karin saat kecil.

Bagaimana bisa mirip? Warna rambut saja sudah berbeda. Itu hanya akal-akalan Karin karena sudah terpesona denga kecantikan si kecil itu.

Karin diam. mengompres otaknya untuk bekerja lebih ekstra. Bunga seperti apa? Bunga ya bunga..... jadi Karin tidak paham. Karin hanya tau mawar, bunga yang pernah Karin berikan pada Sasuke dan di injak mentah-mentah dengan kejamnya. Untungnya suaminya -Suigetsu- pengertian selalu memberikannya mawar setiap awal bulan. Sangat romantis..... namun sayangnya kurang tampan.

"Aah... sebenarnya aku dimintai tolong oleh temanku untuk mempercantik sebuah ruangan dengan rangkaian bunga... hanya saja aku tak terlalu mengerti bunga" ungkap Karin jujur. Ayame tersenyum mendengarnya.... Ini rezeki nomplok namanya. Waktunya Ayame untuk promosi.

"ah... jika nona bersedia, toko kami juga menawarkan jasa untuk merangkai bunga dalam satu vas untuk satu ruangan." Ayame mulai mempromosikan, sambil menyodorkan katalog-katalog rangkaian bunga.

"benarkah?" Karin berbinar, jika begini... tugasnya akan menjadi lebih mudah.

"tentu saja, anda hanya tinggal pilih rangkaiannya, namun harganya menjadi dua kali lipat" Ayame melirik Hinata yang masih asik bermain dengan anak kecil.

"tidak masalah" ujar Karin cepat 'toh bukan aku yang bayar' lanjutnya dalam hati "eum.,.. tapi bisakah kalian saja yang pilih rangkaian yang cocok dengan bentuk ruangannya? Sungguh aku tak mengerti mengenai bunga" Ayame hanya mengangguk.

"kalau boleh tau, kira-kira tema bunga apa yang ingin diusung?" pertanyaan si rambut coklat yang membuat Karin mengernyit. Tema? Memangnya bunga memiliki tema?

"yah.... Eum,.... Anggap saja sebagai tema penyambutan seorang ibu yang rindu anaknya" asal terka menerka. Masa bodo... Sasuke hanya menyuruhnya membeli bunga! toh memang ini untuk menyambut sang mantan calon mertua Karin.

"kalau begitu, jam berapa kami harus merangkai?" pertanyaan yang membuat Karin lagi-lagi terdiam cukup lama. Masalahnya adalah tempat yang ingin dirangkai bukanlah apartemennya. Jadi jam berapa bosnya itu pulang? Jika dilihat dari jadwal, Sasuke akan pulang sekitar jam tiga sore. Sedangkan sang mantan calon mertua akan datang malamnya.

"jam tiga sore" Karin mengucapkannya agak ragu-ragu, dan Ayame hanya mengangguk.

Setelah bernegosiasi, membayar tagihan dan memberikan alamat, akhirnya Karin pergi untuk kembali ke kantor taka. Diperjalanan, Karin mengirim pesan pada Sasuke.

'Kau harus tiba di apartemenmu sebelum jam tiga! Aku sudah menyawa jasa perangkai bunga yang akan datang keapartemenmu jam tiga nanti'

.

.

.

...

.

.

.

"Ayame, dia tidak jadi membeli?" Hinata berjalan kearah Ayame saat wanita berambut merah itu keluar dari tokonya. Melihat pelanggan keluar dengan tangan kosong, membuat Hinata berfikir mungkinkah wanita tadi kecewa dengan pelayanannya?

Entahlah... wajah si rambut merah itu terkesan judes di mata amethis Hinata.

"ah, dia menyewa jasa kita untuk merangkai bunga" Hinata mengangguk merasa bersalah sudah berfikiran yang tidak baik tentang pelangga.

Hinata lalu menatap Ayame. "Ayame, biar aku saja yang merangkainya kali ini" usul Hinata, yang segera di tolak oleh Ayame "tidak apa, kau sudah bekerja dari pagi dan bolak-balik mengantar pesanan, kupikir sudah waktunya kau beristirahat sejenak Ayame, sekarang gentian biar aku yang bekerja"

"tapi..." gelengan lembut Hinata menghentikan protesnya. Ayame sangat menghormati janda beranak satu di depannya ini. Hinata sangat baik kepadanya. Ayame bekerja disini juga karena kebaikan yang diberikan Hinata olehnya.

Ayame hanyalah putri dari pedangan ramen kecil di kirigakure, sedangkan Hinata adalah perempuan yang sering mampir di kedainya. Saat itu Ayame dan ayahnya kebingungan untuk membayar sewa toko, uang mereka tidak cukup, dan penjualan ramen bulan itu sedang menurun. Hinata dengan baiknya menawarkan pekerjaan pada Ayame, membayarkan gajinya di depan sebagai uang untuk membayar sewa. Sungguh Ayame sangat berterimakasih saat itu. sekarang ayahnya bekerja sebagai pedagang ramen dan Ayame menjadi pegawai di toko bunga milik Hinata. Karenanya keuangan mereka menjadi stabil. Awalnya Ayame hanya diberi tugas untuk mengasuh anak Hinata yang saat itu masih berumur beberapa bulan. Namun karena rasa berhutangnya pada Hinata, Ayame mencoba belajar segala hal tentang bunga dan mencoba merangkainya.

Hingga saat ini, Ayame sudah mahir dalam merangkai bunga, meski belum sebagus rangkaian milik Hinata. Ah ya, bahkan Hinata saat itu tidak menginzinkan Ayame untuk memanggilnya bos atau Hinata-sama. Cukup dengan Hinata... bukankah perempuan itu sangat baik? setelahnya Ayame bertekad akan selalu membantu Hinata jika wanita itu sedang mengalami kesulitan.

Terkadang Ayame sedih dengan kondisi Hinata. Wanita sebaik ini harus berjuang membesarkan sang putri seorang diri. Ditinggal sang suami meninggal saat sedang mengandung adalah hal yang cukup tragis menurut Ayame.

"Kalau begitu, tinggalkan saja Himeka disini...! Biar aku yang menjaganya" tawar Ayame. Hinata diam, tidak enak kepada Ayame sebenarnya. Jika Himeka ditinggal itu sama saja Ayame tetap bekerja sebagai pengasuh. Jadi kapan si Ayame bisa istirahat? Lagipula, Hinata memang berencana membawa sang putri. Hinata sudah biasa membawa sang putri untuk datang ke rumah pemesan dan merangkai bunga disana. Himeka yang kalem dan penurut tak pernah merusak ataupun nakal saat berada dirumah orang asing. Himeka hanya akan diam memandangi Hinata yang asik menata Bunga. Palingan putrinya itu hanya berisik dengan banyak bertanya perihal ini dan itu.

Hinata melirik putrinya yang sedang asik memakan blueberry cake nya. Agak tertawa saat melihat sisa sisa cake yang berada disekitaran mulut mungil sang putri. Hinata mulai menimbang-nimbang apakah tidak apa jika Himeka ditinggal disini? Biasanya anaknya akan merengek minta ikut. Tentu Hinata hanyalah seorang ibu yang selalu memanjakan anaknya, sangat sedih dan tidak tega jika anaknya menangis.

"Hime sayang...... kau mau disini bersama Ayame atau ikut kaachan merangkai bunga di distrik sebelah?" suara Hinata menarik atensi si putri, sambil mengunyah cakenya Himeka sedikit berfikir.

Himeka sudah sering melihat sang kaachan merangkai bunga.

Juga.... Cakenya belum habis.... Dan Himeka masih lapar.

"aku dicini caja kaachan..... belsama bibi Ayame" Ayame tersenyum lebar, berjingkrak senang dan mulai mengganggu acara makan Himeka. Himeka hanya menggerutu kesal.

"Ayame.... Aku titip hime padamu yaaaa~" setelahnya Hinata sibuk memilah-milah bunga untuk dibawa pergi ke distrik sebelah "apa tema bunganya, Ayame?" Hinata bertanya,...

Ayame diam dan mengingat lagi ucapan si wanita berambut merah.

"Ah... tema-nya 'sebuah kerinduan'"

.

.

.

...

.

.

.

Hinata memencet tombol bel beberapa kali. Dan masih belum ada jawaban sama sekali. Ini sudah lewat sepuluh menit dari jam yang sudah dijanjikan. Mungkinkah Hinata salah alamat? Melihat lagi secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat. Hinata tidak salah alamat. Tulisan ini memang mengarah pada apartemen mewah yang Hinata yakini harganya sepuluh kali lipat dari toko bunga miliknya. Hinata rasanya ingin pergi saja, tapi mengingat jika Uzumaki Karin -nama pemesannya sudah membayar full, membuat Hinata tidak enak. Yah, mungkin Hinata harus menunggu tiga puluh menit. Setelahnya Hinata akan pergi.

Hinata sedikit merutuki Ayame yang tidak meminta nomor ponsel si pemesan. Ayame memang cekatan, tapi terkadang juga ceroboh. Jadi bagaimana caranya Hinata menghubungi si Uzumaki Karin?

Lagi, Hinata menekan bel dengan brutal. Semakin lama Hinata disini, maka semakin lama juga dirinya bertemu dengan Himeka. Hinata takut Himeka akan rewel dan kangen dirinya,... mengingat Himeka tidak suka ditinggal lama-lama olehnya. Membayangkan Ayame yang akan kerepotan membuat kepala si Hinata menjadi pening.

"Apa yang kau lakukan didepan apartemenku?" suara maskulin dan berat itu menyapa telinga Hinata. Hinata tidaklah ingat suara ini, yang Hinata tau,... laki-laki di balik punggungnya mengatakan jika ini apartemen milikinya. Pastilah dia si pemesan, entah apa hubungannya dengan Uzumaki Karin, Hinata tidak peduli.

Hinata berbalik sambil berbicara "ah, aku adalah jasa merangkai bunga yang disewa oleh nona Uzu-" suara Hinata hilang tiba-tiba, hinata tercekat melihat pria yang sangat dikenalinya berdiri angkuh didepannya.

Onyx bertemu dengan amethis.

Dengan balutan jas, dan setelan kantor,... Hinata yakin pria ini baru saja pulang bekerja.

Jangan bilang jika pria ini yang memesan rangkaian bunga? Kenapa secepat ini? Pria yang ingin Hinata hindari sampai mati.

Ayah biologis dari putri kesayangannya,

Pria yang dilihatnya menjadi cover majalah pagi ini.

Uchiha Sasuke.

.

.

.

TBC

Huft! untung saja himeka tidak ikut :')

Cerita ini bersenting waktu 4 tahun setelah skandal ya, yang artinya umur himeka adalah 3 tahun, lalu hinata berumur 28 tahun dan sasuke 32 tahun.

jangan lupa baca cerita trilogyku yang lain ya~ Married Escape dan Hello To Me.

semoga minggu kalian menyenangkan,

see you.....

Signature,

Lavendark (03 Februari 2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro