Bab 11 Hampir Saja (bagian 2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aileen dan Arabelle pada akhirnya pulang ke Bandung hanya berdua. Besok pagi Mbak Rani datang ke rumah saat Elia mulai sarapan hendak berangkat ke TK. Semua aman.

Arabelle terlihat bahagia saat memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas berukuran sedang. Dia beberapa kali melihat daftar bawaan di dalam catatan ponselnya. Barang yang dia bawa tidak terlalu banyak. Seperti pakaian, dia bisa mencucinya dua kali sehari di kediaman ibunya. Sedang Elia sejak tadi tengah bermain game memakai ponsel Dominic.

Malam telah larut. Dominic, Elia dan Arabelle tidur bertiga di kamar utama. Mereka saling berpelukan.

Tengah malam, samar-samar terdengar suara kenop pintu kamar utama dibuka. Sosok itu mengendap pelan-pelan, sangat halus, nyaris seperti bayangan. Dia membelai wajah Dominic lembut. Terkadang mengecup pipinya singkat.

Dominic melenguh, lalu perlahan membuka mata. Saat kesadarannya mulai terkumpul, dia kaget. Bisa-bisanya Aileen sudah ada di samping ranjang dengan memakai baju seksi.

Perempuan nakal itu berjalan menjauh, melambaikan tangan dalam samarnya cahaya kamar. Memberi isyarat agar Dominic mengikutinya dengan cepat.

Pria itu menepuk kening beberapa kali. Lupa akan janjinya dengan Aileen tadi sore untuk 'bersama' malam ini. Dia melihat ke arah Arabelle yang membelakanginya sembari memeluk Elia. Dominic melongok, memastikan Arabelle benar-benar tertidur pulas.

Entah jam berapa sekarang. Tapi, Dominic akhirnya berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Aileen.

Perempuan itu tengah duduk di atas sofa sendirian. Saat melihat kehadiran Dominic, Aileen berlari lantas memeluknya erat. "Aku sangat rindu kamu, Sayang."

Dominic balas memeluknya lebih erat. "Maaf, mas akhir-akhir ini sibuk."

Aileen mendongak, tatap mereka bertemu. "Sibuk dengan Kakak? Bermesraan di depan aku? Jahat!" Otomatis pelukan mereka terpisah, Aileen mendorong tubuh Dominic.

"Ssht," ucapnya sambil mengecup singkat bibir Aileen. "Mas sekarang di sini, yuk?"

Aileen tersenyum lebar.

Tubuh Dominic ditarik paksa agar ambruk di atas sofa ruang tengah. Suara ambrukannya lumayan terdengar karena kini rumah itu sangat sepi, bahkan detikan jam dinding pun terdengar jelas. Ada gerakan penolakan dari Dominic. 

"Hey, jangan di sini." Dominic berkata dengan sangat pelan. 

Aileen melepaskan diri dari Dominic. Bibirnya agak manyun. Seperti sedikit kecewa. 

"Di sini terlalu berisik, Ai," jelas Dominic, sadar Aileen sedikit marah.

Dengan terpaksa, tubuh yang sudah berbaring nyaman di atas empuknya sofa, kini harus bangkit kembali. Aileen menunjuk kamar yang pintunya saja masih terbuka--kamar miliknya. Dominic mengecup kening dan kedua tangan Aileen berkali-kali. 

Dua tangan mereka saling bertaut. Berjalan pelan ke arah kamar Aileen. Tapi, tanpa di duga, lampu ruang tengah tiba-tiba menyala. Terangnya membuat Aileen dan Dominic terkesiap. Bahkan dua orang itu berlari menjauh agar sinarnya tak menangkap basah mereka.

Arabelle terbangun. Perempuan itu memang memiliki kebiasaan terbangun di tengah malam, entah untuk mengambil segelas air putih dari kulkas atau memastikan anggota keluarganya ada terlelap bersamanya. Kini dia tengah mencari sosok Dominic. 

Lima menit yang lalu saat tangan kanannya meraba permukaan ranjang. Dia kehilangan sosok suaminya. Padahal segelas air putih masih utuh yang diperuntukan untuknya. Pun pria itu ingin ke kamar kecil, toilet bahkan hanya berjarak lima langkah dari ranjang mereka. Toilet itu pun sekarang kosong.

Wajah Arabelle gusar. Pikirannya sudah ke mana-mana. Kemungkinan paling besar adalah pria itu ada panggilan mendadak pekerjaan, atau musibah yang menimpa keluarga atau temannya. 

Dengan segera Arabelle pergi kembali ke kamar, mengambil ponsel. Memencet nomor Dominic buru-buru. Lalu menempelkan ke telinga. Tapi, ponsel itu berdering di atas nakas di samping ranjang. Berarti benda ini tertinggal. Arabelle kemudian berlari ke arah garasi, membuka pintu utama, kemudian memastikan keberadaan motor atau mobil suaminya. Ada.

Saat istrinya tengah berlari ke sana dan ke sini, Dominic membenarkan kancing baju dan celana tidur miliknya yang sudah sangat terbuka. Menutup kamar Aileen perlahan dan berlari secepat kilat ke dalam kamar utama.

Arabelle mulai cemas, dia kembali mengunci pintu utama yang terletak di ruang tamu. Berjalan mematikan lampu ruang tengah dan duduk sendirian di dapur. Tangannya gemetar mengambil segelas air putih, lalu menunduk lama.

Ah, kamar Aileen. Gumamnya dalam hati.

Dengan langkah ragu, sangat ragu. Dia berjalan ke arah kamar adiknya. Tanpa mengetuk, dia mencoba memutar kenop pintu. Aileen tengah tertidur menghadap dinding. Seluruh tubuhnya tertutup selimut.

Ada desiran lega. Pun sekaligus merasa jahat sebagai kakak tega berprasangka buruk pada adiknya.

Dengan napas berat karena tak menemukan sosok Dominic. Arabelle kembali. Tapi nyatanya dia benar-benar terkejut saat mendapati Dominic tengah memeluk guling dengan mata tertutup di dalam kamar mereka.

Aku mengigau tadi. Ujarnya dalam hati. Dominic tengah terlelap.

***

Halo, terima kasih sudah membaca Pelakor Sedarah, ya.
Tinggalkan vote dan komen agar aku semangat terus untuk membuat karya!

Oh iya, bagi kalian yang mau baca cepat, boleh datang ke Karya Karsa aku ya dengan akun Fitria Noormala.

Di sana sudah Bab 37 lho, cihuy!

Salam,

Fitria A. Noormala

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro