🦋 | Bab Enam Belas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab Enam Belas
~~~🦋~~~

Raiden dan Dimas datang bersama-sama ke apartemen Raiden. Niat pria beranak satu itu mengajak dokter muda tersebut untuk memberikan beberapa catatan dan buku-bukunya dulu agar bisa dipakai Dimas, tidak hanya itu Raiden juga ingin mempertemukannya dengan sang kakak perempuan dari dari koas itu.

"Kak?" sapa Dimas saat masuk ke dalam apartemen itu sambil merentangkan kedua tangannya.

Nisa yang sedang memunggungi kedua pria itu pun segera menoleh saat mendengar suara yang sudah lama tidak didengarnya itu.

"Dimas?" Nisa langsung berjalan ke arah adiknya, menyambut pelukan hangat itu dengan senang hati.

"Kurusan kamu, Dek? Lingkaran pinggang yang dulu lebih lebar," tebak Nisa sambil melepaskan pelukan erat adiknya itu.

Dimas menyengir tanpa suara. "Nggak kok. Kakak salah kali," alibinya.

"Kamu tau lingkaran Mas, dong Nisa? Soalnya kan sering Mas pel-"

"Mas!" Nisa mendelik tajam ke arah Raiden yang sedang membuka sepatu kerjanya. "Yuk, Dimas, kamu harus kenalan sama Daniel!" seru wanita itu menarik pergi Dimas dari hadapan Raiden. Jika berlama-lama di situ, Nisa bisa dibuat matang seperti tomat karena malu.

Sambil berjalan ke arah Daniel yang berada di dalam ruang bermainnya. Diam-diam Nisa melirik ke belakangnya, di mana Raiden sudah melepaskan sepatu dan meneguk segelas air putih di dapur.

Pikiran Nisa kembali berkelana ke beberapa saat yang lalu. Di mana wanita cantik itu dikejutkan dengan kedatangan mantan istri Raiden, ibu dari Daniel. Melihat paras cantik jelita dari sosok wanita bernama Jessica Casandra tadi, membuat Nisa langsung sadar diri, perbandingan mereka sangat jauh, sangat-sangat jauh. Apalagi tadi ia menanyakan keberadaan Raiden dan ingin berbicara tentang sesuatu yang serius dengan pria itu.

Apa benar Raiden benar-benar sudah move on dari Jessica?

Apa pria itu tidak akan berpaling lagi ke belakang saat bertemu dengan mantan istrinya?

Apakah hubungan mereka akan tetap baik-baik saja nantinya, setelah mereka bertemu kembali?

Hubungan? Raiden bahkan belum menjawab pertanyaannya tentang status Nisa di mata pria itu.

Tanpa sadar Nisa mengembuskan napas dengan kasar.

"Kak Nisa? Baik-baik aja kan?" Sepertinya Dimas sedari tadi memperhatikan tingkah kakaknya itu, dan mendengarkan hembusan napas yang terlihat sangat lelah dari Nisa.

Senyum tipis wanita itu kembali hadir, menatap lembut Dimas. "Nggak papa, kok," bohongnya. "Yuk masuk, Daniel ada di dalam. Anaknya gemesin banget kalo udah kenal orang."

🦋🦋🦋

Waktu kebersamaan Raiden dan Nisa bisa dibilang hanya di setiap malam saja, pagi memang ada, tapi hanya sebentar karena Raiden harus pergi ke RS dan Nisa pun harus mengurus Daniel. Sedangkan malam, pria itu lebih kosong alias tidak mengerjakan apa-apa jika memang sedang kosong waktunya.

Maka seperti hari-hari yang telah berlalu, kali ini Nisa dan Raiden sedang berbaring di atas ranjang, dengan Daniel sebagai pemisah di antara keduanya.

Raiden menatap Nisa yang sedang mengelus kepala Daniel, rambut anaknya itu sudah memanjang lagi.

"Nisa? Mas mau tanya-tanya," tutur pria itu.

Tatapan Nisa yang tadinya sedang memperhatikan Daniel pun berpindah, menatap Raiden. "Tanya apa, Mas?"

"Kita main truth or truth aja, gimana? Sambil cerita masa lalu kita?" tawar Raiden, mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.

"Mas duluan aja," suruh Nisa seraya ikut bangun dari tidurnya.

Raiden mengangguk, menarik napas untuk pertanyaan pertama yang akan diserukannya. "Nama panjang kamu?"

"Nisa Farisa."

Sekarang giliran Nisa untuk bertanya. "Mantan Mas ada berapa?"

"Kalo pacar, cuma satu sih, mantan istri juga satu," jawab Raiden jujur.

Mantan pacar dan istrinya hanya satu orang, Jessica Casandra. Karena itu, butuh beberapa waktu untuknya bisa move on dari wanita itu. Untungnya ia bisa segera melangkah maju.

Tentu jawaban Raiden kembali menimbulkan rasa tidak percaya diri, dan juga keraguan kepada pria di depannya itu. Ragu, apakah Raiden benar-benar sudah meninggal rasa sayangnya dari Jessica? Atau dirinya yang dijadikan sebagai bentuk pelampiasan darinya?

"Mantan istri mas sama dengan mantan pacar mas?" tanya Nisa lagi, memotong perkataan yang hendak keluar dari bibir Raiden.

Kepala Raiden mengangguk. "Kalo kamu berapa?" lanjutnya bertanya.

"Ada lima kalo nggak salah, itu dulu pas jaman sekolah," jawab Nisa asal, padahal dirinya sebelumnya tidak memiliki pacar sama sekali.

"Wow, lumayan tuh," seru Raiden berpura-pura terkejut. "Padahal tadi Dimas bilang kamu nggak punya pacar, loh?" imbuhnya sambil melirik Nisa dengan senyum tipisnya.

Nisa memejamkan matanya. Kadang-kadang Dimas sungguh membuatnya malu karena terlalu jujur.

"Jangan bohong, ya, Dear. Kita harus jujur-jujuran sekarang," jelas Raiden, kini tatapannya lebih serius dari sebelumnya.

Kepala Nisa mengangguk paham. "Mas?"

"Hmm? Kenapa Dear?"

Nisa menarik pelan napasnya. "Tadi ada yang datang cariin, Mas."

"Siapa?" kening Raiden mengerut, biasanya jarang sekali orang langsung ke apartemennya, lagi pula hanya orang-orang tertentu yang mengetahui tempat tinggalnya itu.

"Mamanya Daniel," ujar Nisa, pelan sambil menilik mata pria yang sudah membuat hari-harinya bewarna itu.

Reaksi Raiden hanya diam, tatapan datar, dan tidak ada tanda-tanda emosi yang bisa ditangkap oleh Nisa.

"Dia ngapain aja?" tanya Raiden sambil menarik tangan Nisa ke dalam genggamannya.

Nisa menyunggingkan senyum kaku. "Hmm ... Cuma nanya kamu, terus karena kamu nggak, dia pergi lagi," jedanya sambil melepaskan tangan Raiden. "Katanya besok balik lagi ketemu mas," imbuhnya seraya berdiri dari tempat tidur.

"Mau kemana?" tanya Raiden, bingung karena Nisa tiba-tiba saja hendak pergi dari depannya.

"Mandi Mas, dari tadi belum sempat mandi," alibinya seraya berjalan keluar dari kamar dengan banyak pertanyaan yang ternyata semakin membuatnya tidak yakin dengan Raiden.

Raiden hanya bisa menatap kepergian wanita itu. Berharap semoga hubungan mereka baik-baik saja.

Tentang mantan istri Raiden, Jessica yang tiba-tiba muncul di kehidupan pria itu lagi membuat Raiden pening. Sebenernya sejak malam itu, ketika ia keluar tiba-tiba untuk mengangkat telpon, orang yang menghubunginya adalah Jessica. Bahkan sebelum itu pun, Raiden sudah diteror dengan pesan singkat dari wanita itu yang mengatakan akan datang ke Surabaya untuk menemuinya dan Daniel. Padahal Raiden sudah menegaskan bahwa Jessica tidak perlu datang jika dirinya hanya bermain-main saja dan tidak bersungguh-sungguh untuk bertemu dengan Daniel. Bahkan tadi pun dirinya sudah memblokir nomor manta istrinya itu.

Sebenarnya apa yang Jessica mau darinya? Tujuan wanita itu kembali di kehidupannya untuk apa?

Drttttt ... Drtttt ... Drttttt.

Raiden mengambil ponselnya dari atas nakas yang berada tidak jauh darinya. Lalu membuka pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Nomor Tidak
Diketahui:

Kamu blokir
nomor aku, Raiden?

Raiden menggenggam erat ponselnya, sampai-sampai urat-urat di tangan pria itu timbul, dan terlihat jelas.

Di tempat kamar Nisa. Wanita itu sedang menyiram tubuhnya dengan air panas yang berasal dari shower kamar mandi. Rambut Nisa yang panjang hingga ke pinggang itu dibiarkannya basa. Setelah sepuluh menit membersihkan tubuhnya. Nisa baru menyadari kalau ia lupa membawa pakaian gantinya.

Ini semua karena pikirannya yang terlalu memikirkan Raiden dan Jessica. Sekarang masalah untuk Njsa adalah, bagaimana bisa ia keluar dari kamar mandi ini dengan menggunakan handuk tipis yang hanya sebatas pahanya?

Salahkan apartemen ini yang hanya menyediakan kamar mandi pribadi di kamar utama, sedangkan kamar Nisa harus menggunakan kamar mandi yang ada di luar.

Mau tidak mau, wanita itu harus keluar dari sana jika tidak ingin masuk angin.

Semoga saja Raiden tidak ada di luar kamarnya, batin Nisa sebelum membuka pintu kamar mandi.

To be Continued

Haluu kawans halu, ahaha aku baru update ya. Maapkeun.

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya.

Satu komen untuk part ini, gimana?

Kalo ada typo, atau kalimat ambigu lainnya? Tolong diberitahukan ya. ^^

P.s: apa kabar?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro