🦋 | Bab Sebelas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab Sebelas
~~~🦋~~~


Nisa menggeliat dalam tidur, perlahan kelompok matanya terbuka, menampilkan netra cokelat tuanya yang indah. Pemandangan pertama kali yang dilihatnya adalah tubuh Daniel yang berada di dalam pelukannya. Lalu matanya mulai mengelilingi ruangan itu.

Seketika matanya kembali terpejam erat, seraya menghembuskan napas panjang. Nisa tiba-tiba teringat dengan apa yang dilakukan pria itu tadi malam kepadanya. Ia pun segera bangun dari tidurnya setelah dengan hati-hati melepaskan Daniel dari tubuhnya.

Tingkah ayah dari anak asuhnya itu memang selalu buatnya jatungan. Entah tatapannya yang kadang teduh atau tajam hingga membuat tubuh Nisa merinding jika melihatnya.

Nisa sendiri akui, sangat mengakui bahwa selama satu bulan lebih ini, ia memang memiliki perasaan kepada Raiden. Omong kosong jika Nisa tidak jatuh ke pelukan duda satu anak itu. Wanita yang memiliki tahi lalat kecil di pipi kanannya itu juga mengakui setiap kali dekat-dekat dengannya, jantungnya selalu berdebar dan ada letupan api kecil yang menghangatkan dadanya.

Apa Nisa sudah jatuh cinta kepada pria itu? Pipinya seketika memanas. Sepertinya Kelanjar Hipofisis sangat menyukai adrenalin  sehingga membuat kedua pipinya memerah terus menerus.

Langkah wanita itu membawanya ke depan pintu kamar Raiden dengan keadaan yang cukup berantakan, rambut panjangnya kusut, wajahnya berminyak, untung saja mulutnya tidak terlalu bau, soalnya tadi malam ia sudah menyikat giginya sebelum tidur—ini poin yang sangat penting untuknya—tapi tetap saja ia harus segera pergi ke kamarnya dan membersihkan mulut dan wajahnya.

Perlahan pintu kamar pria itu dibuka oleh Nisa. Ia langsung bisa melihat sosok bertubuh tegap yang sedang berdiri di depan dapur bersama setelan baju tidurnya yang masih sama dengan tadi malam.

“Udah bangun Nis?” tanya pria itu sambil mengocok telur yang ada di dalam mangkuk.

Nisa menelan salivanya kuat-kuat. Kaget bercampur bingung karena tiba-tiba ditanya oleh Raiden. “I ... Iya mas,” sahutnya pelan. Ia pun segera berjalan cepat ke kamarnya.

Setelah membersihkan tubuhnya, Nisa pun keluar dari kamarnya dan berjalan mendekat ke arah dapur. “Ada yang bisa saya bantu mas?” tawar Nisa.

Raiden melirik sebentar ke arah wanita itu. Melihat keadaan Nisa yang lebih fresh dibandingkan dengan yang tadi, ketika ia baru bangun tidur. Matanya pun beralih ke arah jam di dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Masih ada waktu sejam lagi sebelum Daniel bangun, berarti ini saatnya pria itu memulai aksinya menggoda wanita itu lagi.

❤️❤️❤️

Raiden masuk ke dalam lift apartemen bersama dengan Nisa dan Daniel yang berada di gendongan ayahnya dalam kondisi tertidur. Sebenernya Raiden mengajak Daniel dan Nisa untuk makan malam di luar, lebih tepatnya di salah satu restoran kesukaan Raiden. Alasannya mengajak mereka makan di luar karena rindu rasa makanan restoran. Nisa sampai tidak habis pikir, kenapa Raiden mau menghamburkan uangnya untuk satu piring menu makanan yang harganya sangat fantastik. Lebih baik uang itu ia amalkan kepada Nisa yang lebih membutuhkan.

Tiba-tiba saja datang entah dari arah mana pria yang kini menjadi tetangga mereka itu, Jhony.

Mereka pun saling melemparkan senyum ramah dan sapaan satu masa lain.

Namun ada yang membuat hati Raiden merasa sedikit aneh. Tatapan Johny kepada Nisa. Cara padang yang sangat dipahami olehnya sebagai sesama lelaki. Bukan tatapan dalam konotasi negatif, di sini pria itu melihat sinyal ketertarikan Johny kepada babysitter anaknya itu.

“Nisa, kamu ada pacar?” Terdengar suara bariton Johny yang dilayangkan kepada Nisa.

Nisa mengedipkan matanya beberapa kali. “Huh?”

Kening Raiden mengernyit, kaget dengan pertanyaan yang keluar dari bibir bibir pria di sampingnya itu kepada Nisa. Rahang Raiden terkatub keras, tidak suka mendengar hal itu. Rasanya aneh.

Untung saja, pintu lift tiba-tiba terbuka di lantai dua, dan masuklah beberapa orang di dalam lift tersebut. Untuk pertama kalinya Raiden berterima kasih kepada orang yang masuk ke dalam lift.

❤️❤️❤️

Nisa berjalan keluar dari kamar Raiden setelah menidurkan Daniel. Wanita itu melirik ke arah sang pemilik kamar apartemen tersebut dengan bingung. Sejak tadi, lebih tepatnya setelah keluar dari lift, raut wajah Raiden berubah menjadi datar, ia pun tidak tersenyum atau mengajak Nisa bercuaca seperti biasanya. Hal itu membuat wanita yang sedang masih memakai pakaian babysitter berwarna soft pink itu merasa tidak tenang dan gugup atas perubahan sikapnya.

“Nisa?” Nisa yang niatnya tadi membuka pintu kamarnya pun tidak jadi. Ia pun menoleh ke arah sang pemanggil.

“Ada yang bisa saya bantu, Mas?”

“Kemari,” suruhnya sambil mengaduk-aduk gula yang berada di dalam larutan daun teh di genggamannya.

Meskipun takut dengan tatapan Raiden yang tajam dan menusuk itu, Nisa tetap berjalan mendekatinya, dan berhenti samping Raiden.

Raiden menoleh ke arah Nisa dengan tatapan yang tidak bisa diartikan wanita itu. Pria itu kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Nisa. “Suka Johny?”

Nisa dibuat gelagapan dengan pertanyaan dan jarak di antara mereka yang terkesan tiba-tiba seperti mengeroyoknya. “Ng ... Nggak, Mas,” jawab Nisa terbata-bata, maniknya tidak bisa menatap balik bola mata cokelat terang milik Raiden karena gugup.

“Tatap mata saya Nisa?” perintah Raiden.

Walupun takut dan terkejut dengan sikap pria itu. Nisa memberanikan dirinya untuk menatap mata Raiden.

Cup.

Tiba-tiba saja Nisa membeliakkan lebar netra, bahkan napasnya tertahan ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir pria itu. Wanita itu hendak menjauhkan tubuh dan wajahnya dari Raiden, namun ia tidak bisa bergerak karena kedua tangan pria itu sudah mengapit pinggang dan juga kepala Nisa untuk tidak begerak. Tidak ada pergerakan yang dilakukan Raiden, hanya kecupan lama.

Akhirnya Raiden melepaskan tangannya dari Nisa. “Maaf.” Setelah berkata demikian pria itu meninggalkan Nisa yang masih tercenung di posisinya.

Perlahan tangannya terangkat memegang bibirnya yang sudah tidak polos lagi, karena direnggut oleh pria bernama Raiden itu. Namun .... Apa yang baru saja terjadi di antara mereka? Kenapa tiba-tiba dirinya dicium oleh Raiden? Apa arti dari ciuman itu?

Perasaan Nisa kini berubah menjadi tak karuan dengan tindakan Raiden tadi. Di sisi lain, ia merasa bahagia dengan sentuhan itu, tapi di satu sisi, Nisa merasa bahwa apa yang dilakukan pria itu tidak benar. Ia terlihat seperti perempuan .... Yang gampangan.

❤️❤️❤️

Di kamarnya, Raiden sedang merutuk tindakan yang baru saja terjadi. Sesuatu yang ia lakukan secara sadar, yang dipengaruhi oleh emosi dan perasaan ingin tahu tentang isi hatinya. Namun bukannya terlihat keren atau terpuji, ia lebih cocok disebut pria brengsek.

Apalagi Raiden pergi begitu saja dari hadapan Nisa, hanya dengan sepenggal kata ‘maaf’ yang bahkan tidak jelas ia maksudkan untuk yang mana—karena telah mencium wanita bertubuh mungil itu kah? Atau maaf karena bertindak tanpa berpikir dua kali seperti tadi.

Raiden berjalan mondar mandir, tidak tenang. Satu hal yang ia rasakan sekarang—setelah mencium bibir Nisa—adalah deg-degan bercampur cemas. Deg-degan karena alasan yang tidak ia ketahui pasti, hanya saja ketika bibirnya bersentuhan dengan milik Nisa, rasa-rasanya jantung pria itu mau lepas dari tulang rusuk. Lalu, cemas karena takut Nisa akan berubah setelah kejadian tadi.

Akhirnya, Raiden mengambil sebuah keputusan. Ia harus menemui Nisa sekarang. Meskipun tidak tahu kata-kata apa nanti yang akan ia jelaskan kepada wanita itu. Yang jelas, Raiden harus bertemunya.

To be Continued

A.n:
Haluuu ... Kawans haluuu.
Aku nulis bab ini sekitar dari jam set. 1 malam dan selesai jam 2. Jadi maaf kalo ada typo atau kalimat rancu, padahal sebelum aku Update, aku revisi tapi kadang typos or kesalahan lainnya sering nggak keliatan. Hiks. Jadi jangan segan untuk diberitahu dengan cara komensss. ^^

Jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. Anyway, beberapa part lagi bakal masuk konflik, padahal alurnya kek gimana gitu yah? Huhuhy. Semoga suka. ><

P.s: semangat orang-orang hebat! Kisseu .-3-.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro