🦋 | Bab Tiga Belas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab Tiga Belas
~~~🦋~~~

Setelah kejadian tadi malam. Entah mengapa Nisa merasa sangat canggung dengan Raiden. Apalagi setiap kali pria itu menatapnya seperti sekarang. Rasa-rasanya wanita itu mau menyembunyikan wajahnya dari jangkauan ayah satu anak itu.

Mengenai hubungan yang dibicarakan Raiden tadi malam, sepertinya ia sungguh-sungguh direalisasikannya pagi ini. Seperti tadi, ketika Nisa bangun tidur, pria itu sudah berdiri di depan dapur sambil melemparkan senyuman andalannya dan mengedip mata ke arah Nisa.

Pria itu juga menyuruh Nisa untuk tidak melakukan apa-apa sejak pagi. Ia hanya perlu duduk dan menunggu Raiden memasak makanan untuknya dan Daniel. Rasa-rasanya ini seperti mimpi di siang bolong, di mana ia sama sekali tidak pernah membayangkannya semua ini bisa terjadi.

Aneh sekali tipe wanita yang disukai Raiden, batin Nisa, rendah diri.

"Mas, udah hijau lampunya," seru Nisa sambil melirik ke arah lampu lalu lintas.

Kali ini mereka bertiga berencana untuk pergi ke mall galaxy, niatnya untuk membeli beberapa mainan dan baju untuk Daniel, sekalian refreshing karena sudah seminggu lamanya ia bekerja, karena sekarang adalah hari Minggu, lebih tepat Minggu sore.

Padahal menurut Nisa, mainan Daniel sudah sangat banyak, namun si ayah mengatakan dirinya ingin membelikan Daniel permainan lagi, agar anaknya bisa bermain dengan puas. Sungguh ayah idaman semua anak kecil di dunia, bukan?

Akhirnya setelah menempuh waktu hampir setengah jam, mereka pun sampai di depan mall galaxy 3. Katanya pria itu ingin bermain bowling dan juga mewarnai rambutnya. Itulah dua fakta baru yang diketahui Nisa. Ternyata Raiden suka sekali mewarnai rambutnya, dan juga bermain bowling.

Nisa pikir, Raiden hanya sering bermasker saja saat bangun tidur, ternyata cowok itu juga pergi ke salon. Memang tidak ada larangan pria ke salon, hanya saja sepanjang hidupnya, Nisa baru bertemu dengan seseorang seperti Raiden. Pria yang merasa biasa saja saat pergi ke salon, dan menampilkan wajahnya sedang penuh dengan masker di depan Nisa.

Sebelum memasuki wahana bermain. Raiden menawarkan mereka untuk mencari peralatan dan permainan Daniel terlebih dahulu. Dan, di sinilah mereka berada. Di sebuah departemen store yang menyediakan berbagai macam jenis mainan dan boneka untuk anak seumuran Raiden.

“Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?” tanya pegawai toko itu.

Raiden dan Nisa sama-sama mengangguk.

“Cari mainan, yah, Bu?” tanya mbak tersebut lagi.

“Aduh, anaknya cantik kayak mamanya,” seru pelayan lainnya saat melihat Daniel yang berada di dalam pelukan Raiden.

Mendengar pernyataan dari mbak-mbak tersebut sontak membuat Nisa menggeleng cepat, hendak menjelaskan bahwa ia bukan ibu dari Daniel. Tidak hanya itu, ia pun ingin meluruskan anak laki-laki yang dibilang cantik  itu adalah cowok tulen. Daniel memang terlihat cantik dibandingkan tampan, sungguh anak satu tahun itu sangat menggemaskan. Sebelas dua belas dengan ayahnya yang sering membuat Nisa insecure.

“Anak saya cowok, tapi sering dibilang mirip kayak Bundanya,” jelas Raiden sambil melirik Nisa dengan seutas senyum manis.

Nisa mengedipkan matanya beberapa kali. Apakah wanita yang sedang menggunakan pakaian kasual itu baru saja dinyatakan sebagai Bunda Daniel? Nisa mengigit bibirnya, menahan senyum.

Memang, sejak pertama kali Nisa membawa keluar Daniel untuk jalan-jalan di sekitar apartemen, orang-orang di sana menyebutkan bahwa wajah mereka mirip. Kadang ada yang sama seperti mbak-mbak pelayan itu, mengatakan bahwa Daniel itu cantik, sama seperti Nisa.

Setelah itu mereka pun mencari mainan untuk Daniel. Nisa sendiri yang menyarankan agar membeli beberapa puzzle berukuran besar untuk melatih Daniel menyusunnya, pun beberapa mainan yang mengasah otak anak itu. Sesudah membelikan permainan dan juga beberapa pakaian untuk Daniel. Mereka pun berjalan ke arah wahana bermain.

Langkah Raiden tertahan, ia melirik ke salah satu departemen store bermerek yang menjual pakaian untuk orang dewasa, matanya melihat sebuah gaun yang menurutnya akan sangat cocok digunakan oleh Nisa nantinya. Ia pun memegang tangan wanita itu dan menyematkan jari-jari di antara sela-sela jarinya.

Nisa yang belum terbiasa dengan sentuhan Raiden yang selalu tiba-tiba itu hanya bisa menahan napasnya dalam-dalam.

“Mau kemana, Mas?” tanya Nisa bingung saat mereka masuk ke dalam ruangan itu yang penuh dengan pakaian itu.

“Kamu pilih mau baju apa, nanti Mas yang bayar,” seru Raiden.

Kening Nisa mengernyit. “Nggak usah, Mas,” tolak wanita itu langsung. “Pergi aja, Mas.”

Raiden menatap lekat Nisa. Tangannya yang masih menggenggam erat setiap jemari Nisa, dielusnya dengan ibu jari pria itu. “Mau, yah?”

Melihat tatapan memelas dari Raiden, yang sangat membuatnya menjadi sangat menggemaskan itu, mau tidak mau Nisa mengangguk patuh. Seketika itu juga senyum lebar pria itu tak tertahankan lagi.

“Mas aja yang pilih, aku nggak tau soal-soal pakaian.” Nisa berseru lemas.

Sudah sekitar lima belas menit berjalan di dalam sana, namun tidak ada satu pun pakaian yang cocok dipakainya. Bukan karena pakaian di sana tidak bagus, hanya saja menurut Nisa, semua pakaian di dalam sana terlalu bagus untuknya, apalagi postur tubuhnya yang tidak tinggi sama sekali di tambah tubuhnya yang kurus ini. Orang-orang mungkin akan bingung saat melihatnya, ia yang memakai pakaian, atau pakaian yang memakainya?

Raiden memberikan beberapa gaun untuk Nisa. “Semuanya bagus kalo kamu pakai,” ujarnya.

Semua pakaian yang ada di tangannya adalah pakaian yang tadi membuat Nisa tertarik untuk membelinya namun tidak jadi. Kira-kira ada lima pasang.

“Ini? .... Satu aja mas, jangan kebanyakan,” mending uangnya kasih ke aku, lanjut Nisa di dalam hatinya.

“Udah Mbak, suaminya udah pilih tuh, bagus-bagus lagi bajunya,” celetuk salah satu pegawai di tempat itu tiba-tiba.

Nisa dan Raiden saling bertatapan. Paham dengan pikiran masing-masing, yaitu satu kata, suami!

“Iya mbak, istri saya ini orangnya emang aneh. Untung saja sayang,” balas Raiden sambil menarik Nisa pinggang untuk dekat dengannya.

“Bundaaa?” Daniel tiba-tiba saja berseru, sambil merentangkan tangannya ke arah Nisa.

Bapak sama anak, ya Allah! Seru Nisa dalam hati.

Benar-benar sekarang pipi Nisa sudah berubah menjadi kepiting rebus. Ada apa dengan semua orang hari ini? Kenapa semuanya terkesan sedang menggodanya?

Soal celetukan Daniel tadi, itu semua karena Raiden yang tiba-tiba saja menyuruh anaknya itu untuk memanggil Nisa dengan sebutan Bunda. Awalnya Nisa pikir Daniel tidak akan mengingatnya karena sebelum-sebelumnya ia masih memanggil Nisa dengan sebutan anuti Nisa seperti biasanya.

Nisa lalu mengambil Daniel dari pelukan Daniel karena anak itu ingin digendong sama wanita yang sedang menahan malu dan juga euforia di hatinya.

So sweet banget, yah. Langgeng terus sampai kakek nenek, mas dan mbaknya,” doa si mbak pelayan itu.

“Amin. Terima kasih untuk doanya,” seru Raiden sambil melirik Nisa sebentar.

Ketika mereka sudah di luar ruangan itu. Lebih tepatnya sekarang mereka benar-benar akan pergi ke tempat bermain, selanjutnya baru mereka ke salon.

“Duh, istriku ini imut sekali kalo lagi malu, ya?” goda Raiden sambil mengeratkan tangannya di pinggang Nisa.

“Mas! Jangan gitu dong,” seru Nisa kesal dan senang di waktu yang bersamaan.

“Cieee, yang katanya nggak mau, tapi merah gitu pipinya?”

“Masssss!”

Cup.

“Ihhh! Di tempat umum ini!” pekik Nisa, membeliakkan matanya.

Raiden mendekatkan wajahnya ke arah kuping Nisa. “Kalo di apartmen sepi, jadi kamu mau?”

“Ya Allah!”

To be Continued


A.n:
Haluuu kawans haluuu. Eheheh.
Bab ini masih santai yah alurnya. Eheheh.
Pelan-pelan aja dulu yah. Jangan gas.
Semoga tidak bosan. Hmm.

Ada typo? Ambigu? Kirsar? Silakan. ^^

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya.

Btw terima kasih untuk 1k views. 😭🙏

P.s: mari lakukan hal baik di sekitar kita. ^^ kisseu. -3-.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro