Jeraus (20)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Permisi!"

Aku yang tengah menyusun buku ke dalam rak langsung berlari menuju meja. "Ya?"

Seorang gadis menyodorkan sebuah buku dan aku pun menerimanya. "Terima kasih, Mbak."

Gadis itu mengangguk dan berlalu begitu saja. Aku memasukkan data buku yang baru dikembalikan itu ke dalam sistem. Setelah selesai, aku kembali ke rak buku tempat aku menyusun buku tadi.

"Wah! Ternyata gak sia-sia kamu di sini satu setengah bulan ini. Makin jeraus saja kamu," komentar sebuah suara bariton membuatku kaget setengah mati.

Buku yang tadinya hendak kutaruh ke rak atas pun terlepas hingga menimpuk orang yang berkomentar barusan. Aku segera turun dari tangga dan menundukkan kepala dengan cepat. "Maaf, Pak. Saya gak sengaja. Bapak ngagetin, sih," sesalku yang diiringi rasa kesal juga.

Pak Bambang menyentuh hidungnya yang merah akibat tertimpa buku dan melotot kejam ke arahku. Aku hanya bisa meringis pelan. "Baru aja dibilang cekatan, udah ceroboh lagi," omelnya kesal.

Sejujurnya, itu bukan salahku sepenuhnya, 'kan? Kalau beliau tak mengagetkanku, tak mungkin buku itu jatuh dan menimpa hidungnya. Walau begitu, aku tetap mengulangi permintaan maafku demi meredakan amarahnya.

"Maaf, Pak. Saya benaran gak sengaja," ujarku seraya menangkupkan kedua tanganku di depan dada. Tak lupa kupasang mimik sememelas mungkin agar ia tak jadi marah.

Pak Bambang menarik napas panjang dan mengembuskannya secara kasar. Mungkin dia tahu jika ini bukan salahku sepenuhnya dan memilih untuk menyudahinya karena dia berlalu tanpa memberiku omelan lebih lanjut.

"Kamu sengaja, ya?" bisik sebuah suara dari belakang tubuhku hingga aku tak kuasa menahan teriakan kaget.

"Uwah!" Aku segera membalikkan badan dan menemukan Alea yang tak kalah kagetnya akibat teriakanku.

Setelah rasa kagetnya hilang, Alea menyenggol tanganku dan mengedipkan sebelah matanya nakal. "Jujur aja, Fel. Kamu sengaja, 'kan?"

Aku mendelik. Sudah tak waras anak ini sepertinya. "Kamu gila, ya? Mana mungkin aku sengaja," bantahku tegas.

Alea mengangguk-anggukkan kepalanya bak mainan kucing yang biasa terletak di dashboard mobil. "Iya, sih. Kalau kamu bilang gak, ya berarti gak. Tapi, sumpah, ya, Fel. Kalau sengaja juga gak apa, kok. Lagian tuh kan dia udah sering ngomelin kita tanpa sebab. Jadi, ya, anggap aja kita udah impas," kikiknya geli.

"Dasar gila!" komentarku, lalu naik kembali ke atas tangga untuk meletakkan buku yang menjadi tersangka penimpukan hidung Pak Bambang.



--------------------------
365.20122020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro