Mendagel (13)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bu, saya boleh baca buku yang ada di sini tidak?" tanyaku lantaran sudah tak mampu lagi membendung rasa bosan.

Bu Siti menoleh ke arahku dengan pandangan tak percaya seolah aku baru saja mengucapkan sesuatu yang aneh. Kubalas tatapan heran itu dengan tatapan tak kalah heran.

"Kenapa Ibu melihat saya sampai seperti itu?" tanyaku heran seraya mengusap wajahku. Mungkin sesuatu menempel di wajahku.

Tawa Bu Siti pun membahana ke seluruh ruangan. Mengapa ia tertawa? Memangnya aku sedang mendagel? Aku kan serius bertanyanya.

Melihatku yang mendengus kesal. Bu Siti dengan baik hatinya berusaha menghentikan tawanya. "Maaf," sesalnya tulus masih disertai derai tawanya.

Aku hanya bisa menghela napas pasrah. Aku hanya ingin menghilangkan rasa bosan, malah berakhir dengan ditertawakan akibat—entah apa—kekonyolanku. Aku menundukkan kepalaku dan menatap ke kakiku tanpa minat.

"Kamu lucu sekali, Fel. Apa kamu tahu? Temanmu itu, bahkan sudah berpesta pora membaca buku yang ada di lantai atas juga," jelasnya setelah berhasil menghentikan tawanya. Dan kembali tertawa setelah berhasil menyelesaikan kalimatnya.

Apa? Alea sudah berpesta pora membaca buku di lantai atas? Mengapa gadis itu tak pernah mengajaknya? Mengapa ia tak tahu kalau buku yang ada di sini boleh dibaca olehnya? Menyebalkan.

"Di hari pertama, Alea bahkan sudah menghabiskan dua buah buku di sini," ucap Bu Siti memberikan informasi yang sangat mencengangkan bagiku.

Mataku melotot lebar. Dari hari pertama, kata Bu Siti. Wah! Benar-benar gadis itu! Bisa-bisanya dia bersenang-senang sendirian di sini tanpa mengajakku. Akan kuberi pelajaran dia nanti. Pantas saja dia tak pernah mengeluhkan bosan saat magang. Ternyata dia sudah menemukan obat dari kebosanannya di sini.

Aku mengenyahkan rasa jengkelku terlebih dahulu dan mulai menenangkan diriku. "Kalau begitu, saya pinjam satu buku, ya, Bu," izinku.

Bu Siti mengangguk. "Ambil saja. Asal kamu kembalikan ke tempat semula dalam keadaan baik tidak akan menjadi masalah, kok," jelasnya ramah membuatku bersorak senang dalam hati.

Aku pun segera meluncur ke lantai atas dan mengambil sebuah novel yang sudah beberapa hari yang lalu kuincar—Detektif Yakumo. Kutarik buku bersampul hitam dengan tulisan berwarna merah itu hati-hati, lalu membawanya ke meja tempatku bertugas.



---------------------
342.13122020
Yo! Pendek ya? Hooh. Udah habis ide. Gak tau kenapa, rasanya dwc kali ini yang paling buruk.
Huhu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro