Chapter 5 - Three Lions

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Kuil Ibu Suci Lana

Raja Charles bersimpuh di atas lantai marmer putih dengan kedua lutut disanggah oleh sebuah bantal. Beberapa kerutan menghiasi wajah pria berjanggut pendek itu. Sebuah altar emas yang menopang tiga buah patung --seorang wanita yang diapit oleh anak kecil perempuan dan laki-laki-- berada di depannya.

Pria itu melipat kedua tangan dan berdoa sangat khusyuk kepada Ibu Suci Lana --nenek moyang pertama masyarakat Puerro. Ibu dari Raja Drake, pendiri Kerajaan Puerro--

Sebuah kain segi empat raksasa berwarna biru dengan lambang singa bersayap abu-abu dan tulisan Pure, Pride, and Glory terpasang rapi pada dinding putih kuil pemujaan.

"Yang Mulia Raja, sebuah pesan telah dititipkan oleh Ibu Suci," ucap pendeta perempuan yang berdiri di sisi Raja Puerro. Wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna biru tua dan rambutnya tertutup oleh tudung putih.

Raja Charles merundukkan kepala dan berbisik, "Aku siap mendengarkan."

"Tiga singa perkasa penjaga negara ini telah tercerai," ucap sang pendeta dengan suara halus. "Singa pertama terisolasi menjaga perbatasan, singa kedua pemilik kekuatan menghilang dalam kabut, dan singa terakhir yang diberkati oleh langit pergi meninggalkan tempat ini."

Rahang pria itu berkedut. Dia tidak perlu diingatkan mengenai kekalahan mereka. Sir William Crambery, penguasa Kota Richister yang bertugas membasmi Ras Gwyllgi --anjing neraka-- tiba-tiba menghilang bersama istri dan putrinya. Meninggalkan Kastel Crambery menjadi puing. Sir Darren Richolle, penguasa Kota Lavonna yang berkewajiban membakar para penyihir tiba-tiba memutuskan pergi berkelana ke luar negeri dan hanya menyisakan Sir Rupert Graham. Penguasa Kota Marrack yang bertugas menjaga perbatasan dengan Negara Zeona. Daerah barbar yang sering membuat kekacauan.

Pendeta wanita itu menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan perkataannya. "Penyihir telah menyebarkan racunnya. Mereka menodai kesucian tempat-tempat pemujaan dengan darah manusia dan para anjing neraka menyebarkan teror dengan membunuh keturunan Ibu Suci di sekitar Hutan Kabut."

Raja Charles mengertakkan gigi. Negara Puerro adalah milik manusia. Makhluk lain harus dibinasakan. Namun, dia tidak menyangka kejayaan yang pernah mereka cicipi memudar perlahan dan muncul berbagai kekacauan.

Pendeta wanita itu menutup mata dan menengadah ke arah langit-langit lalu berujar, "Namun, jangan khawatir. Ibu Suci telah menuntun singa pemilik pedang langit untuk pulang. Negara ini akan kembali berjaya. Penyihir dan siluman akan lenyap selamanya."

Kelopak mata Raja Puerro terbuka seketika. Sir Darren Richolle yang berasal dari keturunan penjaga langit akan kembali. Masih ada harapan untuk negara ini. Pria itu tersenyum lega. Sudah hampir empat tahun lamanya kekuatan pasukan terkikis secara perlahan. Wabah mayat hidup telah menurunkan moral dan jumlah manusia yang berada di negara ini.

Bahkan kedua negara tetangga, Negara Zeona yang berada di perbatasan timur Kota Marrack dan Negara Claxis yang berada di perbatasan utara Kota Lavonna telah menutup rapat-rapat gerbang mereka.

Namun, semua akan berubah. Mereka akan kembali berjaya. Pembantaian para penyihir dan siluman akan dimulai. Manusia tidak akan terkalahkan! Raja Charles bangkit berdiri. Pria itu memberikan hormat kepada sang pendeta sebelum memutar tubuh untuk berjalan keluar kuil.

*****

Istana Puerro

Seorang pemuda berahang tegas berjalan di sisi lapangan istana. Manik hitamnya mengamati pasukan pemanah --berseragam biru tua dengan simbol singa terbang pada bagian dada dan memakai sepatu bot abu-abu-- sedang berlatih.

Rambut pendek hitamnya yang ikal berkilat tertimpa cahaya matahari pagi. Laki-laki berusia 25 tahun itu berhenti melangkah dan mulai meneliti struktur bangunan yang terletak di atas bukit. Dinding kokoh yang tinggi terbuat dari batu terbaik. Sulit ditembus tanpa memakai persenjataan berat. Hanya ada satu jalur masuk yang dijaga oleh puluhan prajurit.

Keriuhan dari sisi lain halaman membuat dia menoleh mencari asal suara. Pasukan infantri pun terlihat sibuk berlatih. Mereka melakukan sparing satu lawan satu. Tameng kayu tebal berbentuk oval dengan lambang Puerro di tengahnya berbenturan dengan pedang berbilah lebar dengan gagang yang memiliki simbol serupa.

Pria berkulit putih itu menghela napas dan mendongak mengamati Istana Puerro yang telah berdiri ratusan tahun. Pada bagian tengah halaman ada sebuah bangunan bundar bertingkat empat yang menjadi tempat tinggal para prajurit. Sedangkan para penghuni istana termasuk pelayan menempati 3 sisi bangunan yang berada di bagian barat, utara, dan timur.

Istana itu benar-benar luas Hampir ada lima puluh ruangan pada tiap lantainya dan keluarga inti kerajaan menempati lantai teratas sedangkan para pelayan berada di lantai terbawah berikut aula besar tempat raja menerima tamu atau memimpin rapat.

Pikiran laki-laki itu berkelana. Manik hitamnya memperhatikan setiap jendela kaca yang berada pada tiap ruangan. Jubahan panjang --biru dengan ulir emas pada pinggirnya--- yang dia kenakan kembali menari tertiup angin musim panas.

"Brandon!" Teriakan seorang perempuan membuat laki-laki itu membalikkan tubuh. Manik hitamnya melembut ketika dirinya mendapati seorang gadis berumur sekitar 17 tahun mendekatinya dengan wajah berseri-seri.

Perempuan itu bahkan mengangkat gaun kuning panjang yang dipakainya dengan kedua tangan agar dapat berlari. Rambut pirangnya yang dihiasi mahkota kerajaan berayun lembut hingga ke pinggang.

"Putri Arianna," sambut Brandon sedikit menunduk untuk memberi hormat.

Gadis langsing itu tertawa kecil dan bernapas terengah-engah. Semburat merah muda mewarnai pipi putihnya dan mata birunya seakan bercahaya. "Brandon, Papa sudah mengizinkan kita untuk berkunjung ke Ibukota."

Manik hitam pria itu berkilat cemas. Beberapa minggu lalu terjadi serangan dari Ras Gwyllge di bagian barat ibukota. Beberapa penduduk beserta tentara tewas terbunuh.

"Putri, apa kau yakin? Kita masih bisa mengunjungi lembah bunga yang berada lebih dekat dengan istana," bujuk laki-laki itu lembut. Dia mengkhawatirkan keselamatan penerus tunggal Kerajaan Puerro.

Putri Arianna memasang wajah cemberut. Gadis itu tidak terbiasa ditolak keinginannya. "Selama ada kau semuanya akan baik-baik saja."

"Temani aku. Aku bosan terkurung di istana." Aroma wangi yang hanya dimiliki perempuan ningrat menyeruak masuk ke dalam penciuman pria itu. Putri tunggal Raja Charles melangkah lebih dekat untuk menarik lengan jubah Brandon.

Hati Brandon melembut seketika. Pria yang memperoleh tugas menjaga keselamatan sang putri itu memutar tubuh lalu berseru ke arah para tentara. " Aku membutuhkan 10 pengawal dari pasukan berkuda untuk pergi ke Ibukota!"

Mata Arianna berbinar gembira. Dirinya akan pergi bersenang-senang dan didampingi oleh seorang pria yang sangat tampan. Jantung Putri Kerajaan Puerro berdebar cepat. Gadis itu mendambakan sebuah ciuman dan dia selalu mendapatkan seluruh keinginannya.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

9 Maret 2018

Benitobonita

Sumber gambar :
Pinterest

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro