십구| Go Public ⚜

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

💕 행복한 독서💕

.

.

.

"Kami membuka status sebagai pasangan kekasih dan akan melangsungkan pernikahan secara resmi."

Pengumuman langsung oleh Lily dan Sehun membuat semua orang terperangah, tak terkecuali oleh Lee Soo Yoon dan Hyun Jin yang melotot kaget. Mereka tidak menyangka Sehun akan mengumumkan pernikahan dengan mendadak seperti ini.

"Pasangan kekasih? Pernikahan resmi? Jinja?"

"Daebak! Ini akan jadi berita luar biasa!"

"Barbie Lily dan Oh Sehun sendiri yang melakukan klarifikasi!"

"Mereka menggelar konferensi pers untuk mengumumkan pernikahan? Sulit dipercaya!"

Lily mengerjap beberapa kali. Kehebohan yang ditunjukkan oleh para hadirin membuat ruangan terasa bergemuruh. Genggaman tangannya pada Sehun semakin erat. Lily yakin tidak akan sanggup menghadapi pergolakan media di sana bila berdiri seorang diri.

Menyadari reaksi Lily, Sehun segera menoleh. Ia tahu Lily pasti dilanda perasaan khawatir luar biasa, sebab ia pun merasakan hal yang sama. Hanya saja, ketika mendapati binar harapan di mata Lily, Sehun merasa sanggup melakukan segalanya.

Lagipula bila dipikir kembali, pihak yang sangat diuntungkan dalam "kerja sama" mereka bukan Lily, melainkan dirinya. Kapan lagi ia punya kesempatan menikah dengan top selebriti Seoul? Meski hanya pernikahan kontrak, Lily adalah idola yang diimpikan banyak orang. Bahkan ketika pusing tujuh keliling mencari perempuan yang bisa diajaknya datang ke pertemuan keluarga, Sehun tidak pernah terpikirkan bisa membawa Lily–bila saja bukan aktris itu yang muncul secara ajaib di hadapannya.

"Gugup?" tanya Sehun setelah menggesser mikrofon.

"Ya," balas Lily. "Jantungku seperti akan meledak!"

"Jangan khawatir. Aku ada di sini. Aku akan melindungimu," bisik Sehun sambil merangkul pundak Lily yang berjengit kaget.

"Masalahnya mereka sangat banyak." Lily balas berbisik.

"Itu bukan masalah. Di ruangan ini ada pengawal perusahaan yang berjaga. Mereka bisa mengendalikan situasi."

Lily ganti menatap Sehun dengan mata membola. "Mereka membawa senjata?"

"Tidak begitu juga." Sehun tidak mampu menahan senyum. "Yang pasti, mereka tidak akan membiarkan para wartawan itu menyentuhmu."

"Dan menyentuhmu juga," sahut Lily memastikan.

Sehun hanya terkekeh kemudian memberi isyarat pada sekertaris Han yang menjadi pemandu acara. Pria tersebut lantas mengamini dan mengetuk-ngetuk mikrofon, meminta perhatian dari para hadirin.

"Harap tenang." Sekertaris Han menyorot beberapa awak media yang tampak riweh dan kalang-kabut. Kerlingan matanya sesekali mencuri pandang ke arah Sehun dan Lily yang berada di tengah panggung. "Kami akan membuat sesi pertanyaan selama 30 menit ke depan. Pertanyaan dimulai secara bergiliran, dimohon untuk tidak menyela."

Sehun dan Lily saling berpandangan kemudian mengangguk. 30 menit adalah waktu yang cukup lama bagi para pemburu warta di sana untuk mengorek informasi, tetapi baik Sehun maupun Lily telah mempersiapkan diri untuk itu. Sehun sebetulnya bisa mengakhiri siaran pers tersebut setelah pernyataannya berakhir, tetapi ia tidak ingin memberikan celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mengambil keuntungan dari privasi mereka. Sehun ingin semua pertanyaan dijawab sendiri olehnya dan oleh Lily tanpa interferensi.

"Pertanyaan untuk tuan Oh Sehun dan nona Lily. Sejak kapan kalian menjalin hubungan di belakang layar?" Seorang wartawan yang telah dipersilakan sekertaris Han mengaktifkan mikrofon. Matanya tertuju pada laptop beberapa lama sebelum lanjut bicara dengan nada menguji. "Mengingat jadwal nona Lily selama ini sangat padat."

"Momen penting biasanya akan dimanfaatkan oleh media untuk mencari berita, tetapi itu lebih tepat disebut sebagai gangguan." Sehun mendengkus, sedangkan wartawan yang barusan bertanya spontan memasang senyum tidak enak. Ia menatap Lily dan tersenyum. "Lagipula, saya jatuh hati pada Lily sejak pandangan pertama. Kami bertemu pertama kali di sebuah acara fashion akhir tahun."

Jawaban Sehun mendapat respon yang beragam. Mulai dari yang terkesima–termasuk sekertaris Han, sampai yang mulai menyusun spekulasi tentang acara fashion akhir tahun yang dimaksud. Hanya Hyun Jin yang mengerutkan kening. Ia mengikuti Sehun hampir sepanjang waktu, tetapi tidak pernah sekali pun ia menjumpai Sehun dekat perempuan dalam hubungan khusus, apalagi dengan seorang aktris besar seperti Lily. Hal itu pula yang membuat rumor gay tentangnya berhasil tersebar dengan mudah.

Sehun tidak terlalu menggubris respon orang-orang. Dibantu oleh Yohan dan Ara yang merekap semua jadwal dan dokumentasi kegiatan Lily tiga tahun belakangan, mereka berhasil menyusun skenario dengan apik. Tentu saja, Sehun tidak asal bicara. Ia tahu bila setiap kata yang keluar dari mulutnya akan dijadikan bahan berita. Netizen bisa berubah menjadi detektif yang mampu mengusut tuntas informasi sampai ke akar-akarnya.

Namun begitu, Sehun pun tidak sepenuhnya mengarang. Ia mengenal Lily pertama kali dari acara fashion show yang diadakan di pulau Jeju beberapa tahun yang lalu. Sehun tidak bertemu langsung dengan Lily, tetapi ia tahu eksistensi aktris tersebut dari banner yang disiapkan oleh kepenggemarannya. Sejak saat itu, Sehun kerap mendapati wajah Lily menghiasi majalah dan billboard di Seoul.

"Jatuh hati pada pandangan pertama? Menggelikan sekali!" Lily mengulang jawaban Sehun dalam hati. Kalimat itu tidak ada dalam pembicaraan mereka saat briefing.

"Pertanyaan selanjutnya untuk nona Lily." Kali ini seorang wanita dengan rambut model bob angkat bicara. Jarinya yang berhias cat kuku hitam bergerak lincah di atas sebuah tablet pc. "Sedikit di luar topik, tapi saya harap Anda bisa memberikan jawaban."

Dahi Lily berkerut sedikit. Wanita yang menatapnya sambil menyeringai tersebut adalah salah-satu wartawan yang bekerjasama dengan KiM Entertainment.

"Belakangan ini tersebar skandal hubungan beda usia antara Anda dan aktor senior Kim Jin Hyuk. Setelah berita itu meluas, Anda dikabarkan berada di sebuah hotel di daerah Gangseo bersama seorang pria. Wartawan yang sempat berkunjung ke sana tidak menemukan apa-apa. Namun, rekaman CCTV barrier gate menunjukkan mobil Anda terpakir di sana." Sang wanita memperlihatkan layar tabletnya. "Apa ada penjelasan tentang ini? Apakah benar Anda ada di sana?"

"Orang ini sedang berusaha mencari tahu apa yang terjadi di Gangseo!" Lily meraup udara sebanyak mungkin. KiM Entertainment tampaknya belum puas bila belum menuntaskan teki-teki yang membuatnya bisa kabur dari kejaran wartawan di Gangseo tempo hari.

Di sebelah Lily, Sehun ikut menggeram. Media memang sangat pandai memutarbalikkan fakta. Mereka jelas-jelas ingin mengungkit keberadaan Barbie Lily bersama pria asing di Royal Spring Hotel. Sehun ingin meminta sekertaris Han untuk melangkahi pertanyaan tersebut, tetapi Lily menahan tangannya.

"Sejujurnya saya tidak ingin mengungkit masalah ini, tetapi karena kebetulan ada yang bertanya, saya akan mengatakan kejadian yang sebenarnya," ujar Lily dengan menekankan kata "kebetulan". Ia membasahi bibirnya yang mendadak kering sebelum mulai menjelaskan. "Benar. Saya berada di Royal Spring Hotel. Orang yang sangat saya percayai mengirimkan alamat di sana sebagai tempat tinggal sementara yang aman dari media. Namun ternyata saya ditusuk dari belakang. Ada pria asing yang juga memegang kartu kamar tersebut. Beruntung Sehun berhasil menyelamatkan saya."

"Mwoya? Barbie Lily dijebak?"

"Siapa yang tega melakukan itu?"

"Oh Sehun jauh-jauh menyusul Barbie Lily ke Gangseo!"

"Bukankah ini sesuai dengan kesaksian Theodore Lim?"

"Tuan Oh Sehun, apa benar Anda menyusul ke Gangseo?"

Sehun tidak bisa menebak dengan jelas sumber suara tersebut sebab keadaan kembali riuh-rendah. Namun, ia mengiyakan dengan segera.

"Ya. Saya menyusul Lily dan menyempatkan waktu bertemu dengan Theodore Lim untuk membahas kerjasama perusahaan." Sehun menepuk pundak Lily. "Bagaimana pun, Lily dan perusahaan ini adalah tanggungjawab saya. Lily banyak membantu saya, bahkan mempertaruhkan karirnya sebagai aktris dengan berkunjung ke Flagstore, hanya demi membuktikan bahwa rumor yang beredar di perusahaan tidak benar."

"Jadi berita itu benar? Barbie Lily berkunjung ke flagstore Kirei Clothing Co?"

"Semuanya telah terjawab!"

"Mereka benar-benar melindungi satu sama lain!"

Wartawan wanita yang berusaha menjatuhkan Lily tadi membuang napas dengan gusar. Perbincangan orang-orang disekelilingnya membuat telinganya panas. Bukan demikian reaksi yang ia harapkan.

Berbanding terbalik dengan itu, Sehun dan Lily tersenyum penuh kemenangan. Lihatlah, betapa sempurna skandal yang mereka ciptakan. Namun, sebelum sekertaris Han menutup sesi tanya-jawab dan mengakhiri serangan verbal dari para wartawan yang masih haus berita, wanita berambut bob yang masih menggenggam tablet pc-nya berujar lantang, menyela suara sumbang di sekitarnya dengan satu teriakan.

"Jamkkanmanyo! Ini belum selesai. Pertanyaan terakhir kepada nona Lily. Bagaimana dengan hubungan Anda dan Kim Jin Hyuk? Sampai saat ini belum ada konfirmasi dan Anda dikabarkan keluar dari agensi. Mengapa Anda membiarkan masalah ini berlarut-larut?"

Seakan sudah menyiapkan jawabannya, Lily yang termangu selama sekian detik serta-merta menarik sudut bibir. Dari sudut mata, Lily bisa melihat Yohan dan Ara berdiri dari tempat duduknya di barisan paling belakang. Ia tidak memberitahukan rencananya untuk menampik rumor age-gap relationship tersebut pada siapa pun. Termasuk pada Sehun yang saat ini menoleh padanya.

"Rumor itu tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak sepenuhnya salah. Sebetulnya saya bisa mengungkapkan segalanya dengan mudah sejak awal, Anda sekalian tidak berpikir saya mengorbankan karir saya tanpa alasan, bukan?"

Suara Lily bergema di setiap sudut ruangan. Semua orang terpaku di tempat, membenarkan dalam diam.

"Hanya saja, sesuatu membungkam saya untuk tidak berbicara banyak tentang ini." Iris mata Lily berkilauan tertimpa cahaya dari blitz kamera berulang kali. Air matanya yang mendesak ke permukaan sebisa mungkin di tahan agar tidak jatuh. Lily berusaha menguatkan hati dan menatap lurus-lurus ke arah kamera. " "Karena itu, melalui konferensi ini, saya meminta Kim Jin Hyuk dan keluarga untuk menyelesaikan masalah yang kalian mulai 20 tahun lalu."

Pertanyaan terakhir Lily mengakhiri konferensi pers yang digelar khusus pada hari itu. Para wartawan yang masih diliputi tanda tanya diminta menonaktifkan kamera serta alat perekam. Pengawal yang berjaga di setiap sisi bersiap mensterilkan ruangan bersamaan dengan sekertaris Han yang menutup acara dengan memberikan pengumuman tentang jadwal pernikahan yang masih menunggu konfirmasi waktu.

"Andwae! Ini tidak bisa terjadi!" Lee Seo Yoon yang sedari tadi bungkam berdiri dan menunjuk Sehun. "Oh Sehun, kau tidak bisa mengumumkan pernikahan dengan sembarang perempuan setelah mengabaikan rumor yang beredar di perusahaan selama ini!"

Sehun memejam erat, berusaha tidak terbawa emosi. Sebagian wartawan yang masih berada di dalam ruangan, tetapi ibu tirinya malah membuat drama baru.

"Eomonnie, Lily bukan orang sembarangan dan aku tidak pernah mengabaikan rumor yang menjatuhkan nama perusahaan!" Sehun mengamit lengan Lily. "Kami saling mencintai. Jadi letak masalahnya di mana? Atau aku harus menikah dengan pilihan Anda agar bisa disebut tidak memiliki penyimpangan seksual?"

"Oh Sehun, kata-katamu keterlaluan!" Hyun Jin menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Bibi, jangan diambil hati," katanya merangkul Lee Seo Yeon dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Apa-apaan itu! Aktingnya buruk sekali!" Lily mengerutkan wajah melihat Hyun Jin memelas. Ia mengerling pada Sehun yang tidak terpengaruh. Bukti bahwa Hyun Jin  sudah sering melakukan tipu muslihat yang sama.

"Kami tidak bermaksud seperti itu, Sehun." Lee Seo Yoon menyapu matanya yang tidak berair. Ia menilik para wartawan yang tersisa kemudian berujar, "Ini semua hanya terlalu tiba-tiba. Kau mengumumkan pernikahan bahkan tanpa membicarakan dengan pihak keluarga."

Baru saja Sehun ingin membantah tudingan ibu tirinya, pintu samping yang dipergunakan sebagai jalur masuk khusus terbuka. Seseorang yang tidak disangka Sehun akan hadir masuk dan melangkah cepat.

"Kata siapa Sehun tidak membicarakan pernikahannya dengan keluarga! Sehun dan Lily telah mendapat restu dariku!"

"A-ayah?!" Bola mata Sehun menyeruak. Di ambang pintu berdiri ayahnya dengan satu tongkat menopang badan. Ia berbalik pada sekertaris Han yang menyengir. Pria itu pasti tahu akan kehadiran ayahnya.

"Saya sudah berusaha mencegah, Tuan. Namun dokter mengizinkan," jelasnya pada Sehun yang memijat pelipis.

"Ayah harusnya beristirahat di rumah sakit!" Sehun berdecak khawatir pada ayahnya yang berusaha naik ke panggung.

"Ayah baik-baik saja, Sehun. Ayah tidak mungkin melepas kalian. Ayah tahu hal seperti ini akan terjadi." Ayah Sehun tersenyum lebar pada Sehun dan Lily yang masing-masing memegangi pergelangan tangannya. Ia memutar badan dan menunjuk barisan orang-orang pendukung Lee Seo Yoon yang tercengang. "Kalian jangan ada lagi yang mengungkit berita palsu tentang putraku dan menantuku!"

Belum habis rasa terkejut Sehun dengan kemunculan ayahnya yang tiba-tiba, dari pintu yang masih dibiarkan terbuka muncul Seung-Gi dan Mark dengan mulut menganga. Salah seorang dari mereka menyerukan nama Lily sebelum jatuh pingsan. Tanpa memejam erat dan menepuk jidat. Tanpa perlu menoleh, Sehun tahu itu adalah Mark.

🎬🎬🎬

"Ayah harus meminum obat penurun   tekanan dengan benar dan teratur." Lily sedang membujuk ayah Sehun untuk meminum obatnya yang sengaja dititipkan pada sekertaris Han. "Setelah makan, ayah harus janji akan minum obat, ya?"

Ayah Sehun yang semula ingin mangkir dri rutinitasnya meminum obat akhirnya mengangguk setuju. "Kalau menantuku yang berkata begitu, ayah tidak mungkin menolak."

"Ayah seharusnya mengatakan itu pada dokter juga," komentar Sehun. Ia sudah memastikan keadaan ayahnya dengan menghubungi rumah sakit. Menurut keterangan dari dokter, ayahnya sudah bisa menjalani rawat jalan, tetapi karena ada sesi fisioterapi yang rutin diadakan setiap hari, mau tidak mau ayahnya akan kembali ke rumah sakit setelah makan siang. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran terkenal yang tak jauh dari gedung utama perusahaannya.

"Aku juga pernah berperan jadi dokter, kok!" Lily berujar percaya diri.

"Itu hanya peran. Bukan profesi sungguhan."

"Meski hanya peran, kami benar-benar menjalani pelatihan sungguhan dan belajar banyak ilmu medis." Lily mencibir. "Ya, waktu kecil aku memang pernah bercita-cita jadi dokter. Sepertinya semua anak-anak pernah bercita-cita jadi dokter," katanya setengah tertawa.

Sehun melipat bibir. Demi menanggapi pertanyaan dari para wartawan, ia rela menghapal daftar drama yang pernah dimainkan Lily berikut penghargaan yang diraih. Lily memang telah memerankan banyak profesi, bahkan pernah menjadi seorang astronot dalam film fiksi ilmiah.

"Kau hanya bisa memberi pertolongan pertama dan terakhir pada pasien masalahnya," gurau Sehun.

"Oh Sehun!" Lily memukul pelan lengan Sehun. "Ayah, lihat Sehun. Dia menertawakanku!"

"Sehun! Tidak baik mencela niat mulia orang lain!" Ayah Sehun mendelik dan ikut mencubit lengan putranya.

Sehun terkekeh saja. Entah sejak kapan Lily bisa memonopoli ayahnya dengan mudah. Meski begitu, Sehun merasa lega melihat Lily kembali tersenyum lepas. Paling tidak, acara konferensi pers mereka berjalan dengan mulus–selain perkara Mark.

Tidak berselang lama, hidangan telah tersaji di meja. Ada berbagai varian steak, sup, dan pasta berlumur keju. Lily menatap puas menu di hadapannya. Sudah lama rasanya ia tidak menikmati makan siang dengan tenang. Apalagi sekarang ia tidak perlu repot-repot menuruti program diet ketat. Sehun membebaskan Lily makan apa saja.

"Menantuku harus makan banyak yang banyak! Menghadapi banyak masalah pasti membuat nafsu makan menurun!" Ayah Sehun mengiris daging dan menyodorkannya pada Lily. "Coba yang ini, rasanya gurih!"

Lily mengerjap cepat kemudian menerima suapan tersebut dengan senang hati.

"Bagaimana? Enak?"

"Enak sekali, Ayah!" Lily mengangguk semangat. Melihat ayah Sehun sibuk menawarkan padanya hidangan yang ada, perasaannya tiba-tiba mencelus. Terakhir kali ia merasakan suapan manis dari seorang ayah ketika berumur tujuh tahun. Mendadak Lily merasa terharu. Ia benar-benar merindukan momen sederhana tersebut.

"Aku ke toilet sebentar." Lily bangkit dan pamit setelah menghabiskan sepiring pasta. Ia tidak boleh menangis dan merusak suasana di meja makan.

Sehun yang menyadari perubahan air muka Lily menoleh beberapa kali. Setelah beberapa saat Lily tidak kembali, ia memanggil sekertaris Han untuk menenami ayahnya dan menyusul.

"Lily!" Sehun menyeruak masuk ke dalam toilet, tetapi tidak menemukan Lily di sana. Ia mengitari koridor dan menemukan Lily bersembunyi di pojok dekat jendela. Dengan memelankan langkah, Sehun menghampirinya dan ikut merendahkan badan.

"Oh Sehun?" Lily mendongak dan menghapus air matanya dengan ujung jari. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Sehun tersenyum tipis. "Seharusnya aku yang bertanya. Ada apa? Ada hal yang membuatmu sedih?"

Lily meneguk kecut kemudian melenggut. "Aku ... aku teringat ayahku. Terakhir kami makan bersama, ayah menyuapiku. Ayah menyuapi ibu juga."

Sehun tidak bersuara, tetapi tangannya menggenggam jemari Lily dan membantunya berdiri. "Jangan menangis. Anggap saja ayahku sebagai ayahmu juga," katanya dengan suara tercekat di tenggorokan. Aneh rasanya, tetapi Sehun tidak sampai hati melihat Lily bersedih lagi.

"Oh Sehun, apa menurutmu aku anak yang durhaka? Aku mengancam ayahku sendiri." Lily tersengguk.

"Tidak. Kau bukan anak durhaka. Kau bahkan masih memikirkan nasib ayahmu dan menanggung beban ini sendirin selama beberapa lama." Sehun menarik Lily ke pelukannya. "Ayahmu yang tidak bertanggungjawab dan menelantarkanmu."

Lily menarik napas dalam-dalam. Kata-kata Sehun sedikit menghibur, tetapi air matanya tetap mengalir.

"Berhentilah menangis. Nanti wajah yang cantik ini sembab." Sehun berdeham. "Maksudku, nanti ayahku akan marah bila melihat wajahmu sembab."

Lily terkikik geli mendengarnya. Jelas-jelas Sehun menyebutnya cantik. "Tadi kau menyebutku cantik."

"Seluruh dunia juga berkata begitu." Sehun menghapus jejak air mata Lily. Ketika tak sengaja mendapati seorang pelayan hotel berjalan menyusuri koridor, Sehun segera menarik Lily merapat ke dinding. "Gawat, seseorang berjalan ke arah kita! Gosip miring bisa beredar bila ada yang melihatmu menangis!"

Mata Lily membola saat Sehun merapatkan tubuh padanya. Perlahan, Sehun menunduk dan mendekat wajah sampai wangi napasnya sangat terasa.

Lily menutup matanya erat-erat dan memekik dalam hati. "Oh Sehun akan menciumku!"

⚜⚜⚜
TBC

Halo, semua! Berhubung masih suasana lebaran, aku mengucapkan mohon maaf lahir dan batin untuk para pembaca sekalian
😇😇😇

Akhirnya update, aku tahu kalian akan bilang seperti ini 😁 Yang mau lanjut baca ke-uwu-an Sehun dan Lily bisa baca bab selanjutnya di Karyakarsa. Hanya 3 ribu rupiah untuk unlock chapter.

Terima kasih untuk segala bentuk dukangannya. Love, Kireiskye
💕💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro