2-4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tinita baru saja memasuki kelas ketika Cakra tiba-tiba masuk ke dalam kelas dengan langkah terburu-buru, hampir saja mereka tabrakan kalau saja Tinita tidak sigap untuk menyamping.

Tumben mendapati Cakra yang masuk dengan heboh.

"Hehe... Tinit ayo kita pergi nonton minggu nanti!" ajak Angle sambil memperlihatkan dua tiket flm horror di depan Tinita begitu cewek itu duduk.

"Aku ada les privat hari itu," tolak Angle

"Yah... terlanjur beli lagi, yaudah gak jadi deh," kata Angle sambil menyimpannya di dalam tas

Bel pun berbunyi menandakan bahwa kelas dimulai.

"Silahkan kumpulkan tugas yang telah bapak bagikan minggu kemarin," ucap guru komputer mereka lalu mengkode ketua kelas agar mengambil tugas ke tiap siswa.

"Tin, tugasnya," tagih Rafael pada Tinita

"Cakra yang bawa," sahut Tinita lalu kembali membaca bukunya

Cakra terlihat mencari-cari ke di dalam tasnya sebelum dihampiri oleh Rafael, cowok itu tampak menggeleng pada Rafael.

"Bagi yang belum mengumpul tugas, kelompok 3 bapak berikan tugas tambahan, besok sudah harus ada di meja bapak."

"Baik pak," ucap Cakra

Tinita yang awalnya sedang membaca bab yang akan mereka pelajari mendongkak, lalu memperhatikan Cakra yang menoleh padanya dengan kedua tangan yang menangkup dan kata maaf yang suaranya tak terdengar.

***

"Gara-gara kamu kita harus mengerjakan tugas tambahan," keluh Tinita sambil memilih-milih buku di perpustakaan.

"Gue minta maaf," sesal Cakra, kali ini memang ia yang salah

Mereka berdua harus merangkum dua buku tentang Java, dan besok sudah harus selesai. Nilai mereka juga tidak akan bertambah, mungkin akan sama dengan kkm.

"Seharusnya kamu bertanggung jawab dengan kata-katamu kemarin," ucap Tinita sambil melayangkan pandangan tajam ke arah Cakra, "Gara-gara kamu nilai tugas kali rendah! Aish... seharusnya aku menolak saja waktu itu."

Tinita memijit keningnya, ini menyebalkan.

"Tenang aja gue akan-"

"Tenang?! Ha! Apa kamu pikir mengerjakan tugas segampang kamu tebar pesona sana sini? Tidak! Dengar ya aku sudah berusaha mentoleril kelakuanmu sebelum-sebelumnya, tapi kali ini tidak!"

Tinita menunjuk Cakra, "Kalau kelakuanmu yang menganggap semua hal itu gampang dan tinggal duduk santai itu tidak hilang, maka kamu tidak akan pernah maju! Kamu pikir bisa sukses hanya dengan bermodal duduk santai dan bermain-main?!"

Entah kenapa Cakra menjadi kesal mendengar ucapan Tinita, memang benar kalau ini memang salahnya karena tidak membaca tugas mereka. Tapi bukankah Tinita terlalu berlebihan?

"Dasar tidak bertanggung jawab," cibir Tinita lalu kembali fokus memilih buku di rak

"Jaga mulut lo!"

Cakra mencengkram bahu Tinita membuat cewek itu menghadap ke arahnya, buku yang Tinita ingin diambil jadi terjatuh.

"Tau nggak ada yang salah sama otak lo! Ya gue tau ini salah gue karena gue lupa membawa tugas kelompok kita, tapi bukan berarti gue bukan orang yang tidak bertanggung jawab!"

"Salah? Bukannya otakmu yang salah ya?!" kata Tinita sambil menepis tangan Cakra dengan kasar.

Pertengkaran dua orang itu menyita perhatian beberapa siswa yang berada di perpustakaan, pertugas perpustakaan sedang keluar dan tidak ada yang berniat melerai mereka

"Hei robot gila nilai! Lo kira pusat dunia itu lo?! Jadi lo bisa ngatain orang seenak jidat?!"

"Aku hanya mengatakan apa yang terjadi!" Tinita merasa ia tak bisa mengontrol mulutnya untuk tidak membalas perkataan Cakra, "Harusnya sebagai manusia yang punya panca indera kamu tahu apa yang kamu lakukan itu bisa merugikan orang lain!"

"Lo pikir lo nggak merugikan orang lain?! Ngaca deh ngaca!"

Angle tiba-tiba datang, ia menarik tangan Tinita agar menjauh dari Cakra, "Tinit, sudah, tenang," ucapnya

Namun Tinita menepis tangan Angle, "Kamu tidak usah ikut campur! Memangnya kamu tahu apa?!" bentaknya

Angle lalu mundur, kaget karena Tinita membentaknya sekeras ini, matanya mulai berair.

Seseorang menarik Angle menjauh dari Tinita, "Biarin aja mereka," ucap Oda menepuk pelan punggung Angle agar cewek itu merasa baikan.

Sejujurnya Oda juga tidak suka dengan keribuatan di dalam perpustakaan, ia jadi terbangun dari tidur hariannya karena pertengkaran Tinita dan Cakra.

"Dasar cewek kasar!" cibir Cakra

"Ka-"

"Hentikan pertengkaran ini!" potong petugas perpustakaan, ia melirik Cakra dan Tinita, "Kalian berdua, keluar dari perpustakaan sekarang juga!"

Ini adalah hari terburuk yang pernah Tinita lewati, beberapa siswa tampak berbisik-bisik saat dirinya lewat di lorong sekolah.

Haish... kabar tentang pertengkarannya dengan Cakra pasti sudah tersebar kemana-mana, menyebalkan.

"Tinita!"

Ia menoleh ketika seseorang memanggilnya, Bram tampak setengah berlari menghampirinya.

"Liat Cakra nggak? Dari tadi nggak ketemu,"

"Tidak," jawab Tinita singkat, matanya lalu melirik tas yang dibawa Bram.

Bram yang menyadari arah pandang Tinita tersenyum, "Tasnya Cakra, Cakra menginap di rumah gue kemarin, dia salah ambil tadi pagi."

***

Tinita merebahkan dirinya di atas kasur, perasaaannya campur aduk. Dia masih kesal dengan Cakra, dibandingkan rasa kesalnya dengan Angle dulu, ini yang terburuk.

"Kalau nilai kali ini turun... duh dimana aku mencari nilai tambahan?"

Tinita membalikan badannya dan mengambil note kecil yang berisi strateginya untuk mendapatkan nilai yang berada di samping bantal.

Namun pertengkarannya dengan Cakra membuat moodnya kembali jatuh, Tinita melempar note itu ke atas mejanya yang berada di seberang kasur.

Tinita lalu mengambil headphone dan ponselnya, ia butuh moodboster sekarang.

"Hai! hallo? Kembali lagi bersama Ose! Selamat malam bagi penikmat bintang! Wah cuacanya cerah sekali! Bagaimana kabar kalian? Hm... pasti menyenangkan bukan? atau malah berat? Seberat hutang akhirat?"

Tinita tertawa kecil mendengar perkataan sang penyiar radio tersebut.

"Baiklah, lagu pertama yang akan diputar malam ini... hm... ada saran? Oh atau bagaimana kalau aku yang menyanyikan lagu pertama?"

Tinita lalu memejamkan mata ketika sang penyiar radio menyanyi alih-alih memutarkan lagu.

Tinita berguling ke samping, melihat ke arah jendelanya yang tak tertutup tirai. Mulai memutar kembali kejadian yang terjadi hari ini.

Kalau dipikir-pikir mungkin memang bukan sepenuhnya salah Cakra, cowok itu mungkin sudah membuatnya namun karena tasnya dengan Bram tertukar sehingga ia tak bisa mengumpulkannya.

"Aish... menyebalkan," gumam Tinita

***

Suasana canggung kembali Tinita rasakan, Cakra tampak menguarkan aura permusuhan yang kental. Sialan, Tinita tidak tahu harus bersikap apa pada cowok yang baperan itu.

Seingatnya dulu ketika ia dan Angle berselisih, Angle tidak sampai mengeluarkan ekspresi-ekspresi... yang biasanya terlihat di adegan drama.

Tinita melirik ke samping, Angle juga tampak lebih pendiam biasanya setiap jam istirahat cewek itu akan mengikutinya kemana pun.

"Tinita! Cakra!"

Tinita yang sedang berjalan di lorong sekolah berhenti melangkah, begitu juga dengan Cakra yang ada di dekatnya.

Pak Samuel langsung memberikan dua buah kardus pada mereka tanpa sempat mengatakan apa-apa.

"Tolong bawakan ke gudang sekolah," ucapnya sambil tersenyum

Tinita melirik Cakra, namun cowok itu membuang wajah dan mulai melangkah.

"Baik pak," ucap Tinita lalu berjalan mengikuti Cakra.

Tinita menghela napas, sepertinya Cakra masih marah padanya dan apa-apaan reaksi membuang wajah itu?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro