Martabak dangdut Kirino

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perkara Cinta; Martabak Dangdut Kirino



Kirino menatap plastik di genggamannya sekali lagi. Entah untuk yang ke berapa kalinya sejak ia menerimanya dari abang martabak yang jualan di pengkolan jalan.

"Martabak doang cukup nggak sih?" tanyanya pada pagar putih di depannya.

Kedua mata Kirino beralih menelisik ke dalam pagar. Pintu rumah tertutup rapat tapi samar-samar ia mendengar suara televisi. Senyumnya terbit ketika melihat garasi rumah yang kosong.

"Paket!" teriaknya lantang dari luar pagar.

Nggak lama terdengar suara pintu yang terbuka. Seorang cewek keluar dari dalam rumah dengan mata menyipit.

"Ya-, eh!"

Dengan senyum tertahan, Kirino melambaikan tangannya ke arah cewek itu yang mematung di teras.

"Boleh masuk?"

"Hah?! Eh, iya!"

Dahi Kirino mengerut melihat cewek itu yang malah masuk ke dalam rumah. Kirino menggeser pagar berwarna putih itu, setelah sekali lagi memastikan motor beat putih di depan pagar terkunci dengan baik. Bukan punya Kirino soalnya, punya Aji, hasil minjem paksa.

Langkah Kirino terhenti di depan teras, cewek yang ditunggunya keluar dari dalam rumah dengan penampilan berbeda. Kaos barongnya berganti dengan hoodie warna kuning, celana pendeknya ditukar dengan celana batik.

"Kok ke sini?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut cewek di depannya ini tanpa mempersilahkannya untuk duduk.

"Nggak boleh?"

"Eh-. Nggak. Bukan gitu maksudnya-."

Kirino terkekeh. "Boleh duduk nggak? Pegel."

Cewek di depannya ini mengangguk. Kirino segera menginjak bagian tumit converse-nya bergantian, lalu menyusul cewek itu yang sudah duduk di bangku kayu teras.

Kirino meletakkan plastik berisi martabak dan kunci motor serta ponselnya di meja kecil yang jadi pembatas di tengah-tengah mereka.

"Parkir dimana?"

"Bawa motor Aji."

"Oh."

Suasana di antara mereka mendadak berubah. Tawa yang dari tadi sengaja Kirino pakai untuk menghindari suasana aneh ini rasanya percuma. Suara televisi dari dalam rumah atau gonjrengan gitar tetangga juga nggak mampu menembus dinginnya suasana di antara keduanya.

Kirino menelan ludah. Suara jantungnya yang sejak tadi berdegup nggak karuan makin membuatnya gugup. Tapi, Kirino udah sampai di sini, nggak ada pilihan lain untuk mengelak atau bersikap seolah-olah dua bulan ini nggak ada apa pun yang membuat mereka berjarak. Kirino harus mengutarakan tujuan utamanya datang ke sini.

"Ai."

"Hmm."

"Aku minta maaf."

Akhirnya kata-kata itu meluncur mulus dari mulut Kirino setelah hampir dua bulan ini tertahan di sudut hatinya.

"Aku minta maaf udah bersikap egois, nolak diajak ngomong dan nggak mau dengerin penjelasan kamu. Maaf udah bikin kamu kecewa."

Butuh waktu yang nggak sebentar buat Kirino untuk menyadari, kalau penyebab hampir kandasnya hubungan cintanya dengan cewek di depannya ini adalah karena sikap egoisnya sendiri.

Rasa cemburu yang nggak pada tempatnya, ego-nya yang enggan mengakui sikap bodohnya, juga ketakutannya kalau cewek di depannya ini akan pergi darinya saat tau kalau ia dibutakan rasa cemburu membuat Kirino hampir putus asa menghadapi masalah ini.

Sederat ceramah panjang kali lebar dari Bang Bayu, kalimat sinis Calvin, ledekan Aji dan banyak sindiran halus dari teman-temannya di Eska membuatnya sadar, masalah ini nggak akan pernah jadi masalah kalau sejak awal ia nggak bersikap bodoh dan satu-satunya hal yang bisa memperbaikinya adalah; bicara.

"Aku minta maaf, Ai," ucap Kirino sekali lagi. Ditatapnya cewek yang jadi alasannya selalu curi-curi pandang di kantin fakultas sejak tiga semester lalu, yang jadi alasannya rela disebut bucin, yang karenanya selama hampir dua bulan ini Kirino loyo bagai sayur sop basi.

Terdengar helaan napas cewek yang selalu dipanggilnya 'Ai' ini, pipi kuning langsatnya itu terlihat sedikit lebih chubby dari saat terakhir kali Kirino melihatnya sedekat ini. Dengan rambut sebahu yang dikuncir asal, Ai tetap mempesona di mata Kirino.

"Ayam, Bebek, Angsa apa kabar?"

Kirino mengerutkan dahi mendengar pertanyaan yang nggak disangkanya itu. "Kenapa yang ditanya malah mereka? Kamu nggak mau tau kabar aku gimana? Aku sehat atau nggak, aku sakit atau nggak, aku udah makan atau belum?"

Ai menaikkan kedua alisnya. "Kamu kelihatan baik-baik aja kok."

"Aku sakit, Ai."

"Sakit apa?!"

"Sakit hati, menahan rindu."

Ai Langsung melengos, membuang pandangan ke arah garasi yang kosong. Kirino bisa lihat kalau kedua sudut bibir Ai berkedut menahan senyum.

"Beneran, Ai. Sakit banget rasanya. Aku nggak mau lagi kayak gini."

"Sakit dibikin sendiri juga."

Sindiran itu menghapus senyuman Kirino. Ia tau pasti nggak akan mudah mendapatkan maaf setelah hal bodoh yang dilakukannya ini. Kirino sendiri bingung, perkara pacarnya diantar pulang orang lain aja bikin ia ngambek kayak anak baru gede.

"Aku minta maaf."

"Iya. Udah aku maafin. Dari kemarin-marin."

Kirino menyentuh tangan Ai yang berada di sandaran kursi.

"Kenapa baru sekarang? Kemarin kemana aja?"

Pertanyaan menusuk itu mengurungkan niat Kirino untuk melingkupi tangan Ai dengan tangannya. Ia cuma sebatas menggenggam jari-jarinya.

"Menghukum diri sendiri. Sekarang udah kapok."

Ai mendecak, tubuhnya kini sepenuhnya menghadap Kirino dengan mata memicing. "Kamu nggak bertingkah sampe mabuk-mabukan kan?"

Genggaman Kirino dari jari Ai terlepas. "Maaf."

"Serius?! Sama siapa?! Bang Bayu?! Kok dia mau diajak berbuat dosa?!" nada Ai naik dua oktaf yang bikin Kirino mengulum senyumnya.

"Mabuk cinta, Ai. Sama kamu," jawab Kirino dengan senyuman lebar.

Ai meresponnya dengan gelengan kepala dan tatapan jengah. "Dangdut banget."

Kirino tertawa kecil. Diraihnya tangan Ai yang hendak membuka plastik martabak.

"Apa?"

"Peluk boleh?"

Ai mendesis, lantas bangkit dari duduknya begitu juga Kirino. Dalam satu gerakan cepat, Ai sudah berada di pelukan Kirino.

"Kalo kamu kayak gini lagi, aku nggak mau maafin. Aku culik Ayam, Bebek, Angsa sekalian," ujar Ai dengan suara teredam di bahu Kirino.

"Nggak lagi. Janji."

"Untung aku baik."

"Iya. Pacar aku yang paling baik, paling cantik, paling istimewa. Kamu paling top yang lain cuma beng-beng."

•×•

Konten perbucinan Kirino
Wkwkkwkwwkk

Kalian tim martabak manis atau martabak telor?

Terimakasih buat yang udah baca, yang udah nge-vote dan komen dong biar aku seneng hehehehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro