1. Pria Berpakaian Rapi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dari balik tirai pintu kamarnya, Manda melihat ayahnya tengah berbicara dengan seorang pria berpakaian rapi. Ini adalah kali ke tiga, pria berpakaian rapi itu datang ke rumah Manda sehingga membuat perempuan cantik berambut pendek itu penasaran.

Setelah mengantarkan minuman kepada ayahnya dan pria itu, Manda terus menguping pembicaraan mereka hingga akhirnya Manda dipanggil oleh ayahnya.

"Man, sini, Ayah mau bicara denganmu," panggil Ayah Manda yang entah kenapa malah membuat sang putri merasa cemas.

"Iya, Yah," jawab Manda sembari menyibak tirai tempat persembunyiannya tadi.

Dengan pelan, Manda berjalan ke arah ayahnya yang tengah duduk di kursi kayu ruang tamu rumah mereka. Di hadapannya, pria berpakaian rapi itu memasang raut wajah datar dan mengangkat salah satu alisnya saat memperhatikan dengan saksama tubuh Manda dari bawah hingga atas.

Manda yang menyadari hal itu kemudian mengangkat wajahnya dan keduanya tak sengaja saling bertatapan. Tatapan itu tidak berlangsung lama karena Bara, Ayah Manda tiba-tiba mengeluarkan suaranya. "Duduk di sini, Man," ucap Bara sembari menepuk sisi kursi yang kosong di sisinya karena Manda masih berdiri di sisinya yang lain.

Sembari mengangguk pelan, Manda duduk di sisi Bara. Dia bergabung dengan ayahnya dan pria yang sampai sekarang tidak dia ketahui namanya.

Setelah cukup lama menunggu ayah atau pria di hadapannya mengeluarkan suara, Manda yang masih merasa cemas kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh Bara. Dengan pelan, perempuan itu berbisik kepada ayahnya, "Yah, ada apa sih? Kenapa Ayah manggil aku?"

Bara menoleh ke arah sang anak dan perlahan mengelus kepalanya. "Maafin Ayah ya, Nak."

Dengan raut wajah kebingungan, Manda sudah siap untuk melontarkan pertanyaan pada ayahnya. Namun tiba-tiba saja, beberapa orang pria bertubuh besar masuk ke dalam rumah mereka. Pria-pria itu masuk dengan kasar dan membuat suara berisik yang cukup menganggu sehingga berhasil menyita perhatian Manda. Siapa mereka?

Belum selesai Manda bergulat dengan pikirannya. Perempuan yang belum 'sah' berumur 17 tahun itu langsung dibawa paksa oleh dua dari lima pria-pria bertubuh besar yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.

"Ayah! Tolong aku, Ayah!" teriak Manda meminta bantuan sang ayah yang malah terlihat berusaha tak menatap dirinya.

Tubuh Manda yang ringan, melayang saat diangkat pria-pria bertubuh besar itu. Dia sudah berulang kali memberontak dan berteriak meminta tolong. Namun, tak ada satupun orang yang membantunya bahkan hingga tubuhnya sudah keluar dari rumah.

Walau tubuh Manda kecil, tenaganya berhasil membuat pria-pria yang membawanya kewalahan dan mereka memutuskan untuk memberi obat bius pada perempuan itu agar lebih mudah untuk di masukkan ke dalam mobil yang terparkir rapi di depan rumahnya.

Di dalam rumah, pria berpakaian rapi yang bernama Reza itu langsung berdiri dari duduknya dan mengajak Bara bersalaman dengannya. "Saya suka dengan keputusan anda, sekarang anak anda adalah milik saya."

Tanpa menjawab, Bara membalas salaman Reza dan pria berpakaian rapi itu langsung keluar dari rumah kecil milik keluarga Manda. Sesampai di depan mobil hitam miliknya, salah satu pria bertubuh besar yang membawa Manda sebelumnya, membukakan pintu mobil untuk Reza dan saat pria itu masuk, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan Manda yang tengah pingsan. Menurutnya dalam keadaan seperti itu, Manda terlihat begitu menarik baginya sehingga tanpa sadar salah satu sisi bibir pria itu terangkat.

Namun, karena tidak mau ada yang melihat perubahan sikapnya. Reza langsung menetralkan raut wajahnya seperti semula dan menyuruh sopir pribadinya menjalankan mobil. "Jalan, Pak."

Jalanan ibukota yang cukup ramai tidak lagi membuat Reza kesal sepertinya sebelum-sebelumnya. Mata pria itu terus melirik ke arah tubuh Manda yang duduk di sisinya. Sebentar lagi, kamu bakal jadi milik aku.

Sesampai di halaman rumah besar milik Reza, pria itu keluar dari mobil sembari menggendong tubuh Manda yang masih pingsan. Bukan hanya sampai masuk ke dalam rumah. Namun, pria itu juga sampai membawa Manda masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

Setelah menidurkan tubuh Manda di atas kasur, Reza memilih untuk membersihkan tubuhnya sembari menunggu perempuan yang dibawanya itu sadar.

Walau sudah cukup lama berada di kamar mandi. Saat Reza keluar, Manda masih belum sadar dan membuatnya merasa sedikit khawatir. Nih anak kenapa nggak sadar-sadar coba, runtuk pria itu di dalam hati.

Karena tidak mau Manda kenapa-kenapa, Reza memutuskan untuk menghubungi sahabat sekaligus dokter pribadinya yang bernama Tomi.

Tidak butuh waktu lama setelah ditelepon Reza, Dokter Tomi pun datang dan langsung memeriksa kondisi tubuh Manda.

Reza yang berdiri di sisinya ikut penasaran dengan kondisi tubuh perempuan yang baru saja dia bawa.

Setelah selesai memeriksa, Dokter Tomi membuka stetoskopnya dan Reza langsung memberondongnya dengan beberapa pertanyaan. "Gimana? Dia nggak pa-pa, kan? Atau dia ada penyakit gitu? Kenapa dia belum sadar sampai sekarang?"

Bukannya langsung menjawab, Dokter Tomi yang diberi banyak pertanyaan oleh Reza langsung tertawa dan hal itu tentu membuat sahabatnya kebingungan. "Kenapa lo ketawa?" tanya Reza dengan alis bertaut.

Dokter Tomi menghentikan tawanya dan menepuk pundak sahabatnya itu beberapa kali. "Dia cuman pingsan kok, dia nggak akan mati. Kenapa lo khawatir banget sih? Perasaan kalau Nia sakit, lo nggak segininya sampe hubungin gue jam 12 malem."

Seperti sedang disidang, Dokter Tomi berhasil membuat sahabatnya itu bungkam.

Tak ada alasan yang mampu Reza ucapkan sekarang karena dia sendiri bingung dengan sikapnya yang berubah tiba-tiba.

Melihat Reza yang terdiam, Dokter Tomi kembali menepuk pundak Reza dengan pelan. "Gue ingetin ya, lo tuh udah punya istri ... ."

"Iya, gue tau," potong Reza dengan cepat yang langsung membuat Dokter Tomi melipat kedua tangannya di depan dada.

"Terus? Ini anak siapa?"

Lirikan mata dokter Tomi mengarah pada Manda yang kini masih berbaring di atas kasur Reza. Tentu, dia tau bahwa ada suatu hal yang tengah sahabatnya itu sembunyikan darinya dan mau Reza menjelaskannya.

"Dia Manda, anak dari orang yang pinjem banyak duit ke gue. Bapaknya nggak bisa bayar, yaudah gue ambil aja anaknya."

Dokter Tomi menggelengkan kepalanya karena tidak percaya pada ucapan sahabatnya itu. "Ini anak masih muda, mau lo apain?"

"Mau gue buat hamil," jawab Reza dengan santai dan berhasil membuat dokter Tomi melotot kaget. "Lo tau sendiri kan, Nia nggak bisa hamil dan gue mau dapet keturunan."

Dokter Tomi jelas tau tentang masalah keluarga Reza terutama istri sahabatnya itu yang memang tidak bisa memiliki anak karena rahimnya diangkat setelah dinyatakan memiliki kanker rahim.

"Iya gue tau, masalahnya ini anak masih kecil banget. Gue yakin dia belum legal buat lo nikahin."

Reza mengangguk pelan sebagai jawaban dan hal itu kembali membuat Dokter Tomi terkejut. "Beneran, belum 17 tahun?"

"Iya, dua bulan lagi kayanya dia udah legal."

"Jadi? Lo mau kurung dia di sini?"

"Iya, dua bulan nggak lama kok. Setelahnya gue nikahin terus gue hamilin, selesai."

Helaan napas yang Dokter Tomi lakukan sudah menjelaskan bagaimana dia tak tahan dengan kelakuan sahabatnya itu. Reza memang terkenal sebagai pria yang keras kepala dan semua ucapan yang keluar dari mulutnya adalah suatu kewajiban yang harus diikuti begitu pula dengan kasus kali ini.

"Yaudah lah, pusing kepala gue lama-lama di sini. Jagain tuh calon istri lo. Kasih makan yang banyak, lo liat aja badannya sekurus itu."

Dokter Tomi memang benar, tubuh Manda terlihat sangat kurus dan berbeda dengan perempuan seusianya. Entah karena apa, Manda bisa sekurus itu dan mungkin Reza perlu mencari taunya.

"Ya udah, gue balik ya," ucap Dokter Tomi lagi sembari keluar dari kamar Reza. Dia meninggalkan sahabatnya itu berduaan dengan Manda yang masih pingsan.

Jujur, Reza sendiri masih bingung harus bertindak seperti apa setelah ini apalagi dia harus menunggu dua bulan sampai Manda bisa dia nikahi.

Ribet banget sih mau nikahin anak ini, ucapnya di dalam hati sembari memperhatikan tubuh Manda yang tidak bergerak sedikitpun di atas kasur.


***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro