13. Tergantung Sikap Lo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebulan sebelum acara perpisahan, Mima kembali bertemu dengan kepala sekolahnya tanpa sengaja di depan gerbang saat pulang sekolah.

"Eh, Manda," sapa Aryo dengan ramah.

Manda tersenyum kikuk setelah mendengar sapaan dari kepala sekolahnya itu. Matanya tak fokus menatap satu objek dan terlihat tengah berpikir cara keluar dari situasi saat ini.

Dari seberang jalan, Mima melihat Arni yang tengah berjalan ke arahnya. Perempuan itu ingin melarang Arni untuk mendekatinya. Namun, tanpa butuh waktu lama perempuan itu sudah sampai di sisi Manda.

"Maaf, Bapak siapa ya?" tanya Arni pada Aryo.

Dengan santai, kepala sekolah Manda itu mengulurkan tangannya pada Arni dan memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan, saya Aryo, kepala sekolahnya Manda."

Arni mengangguk paham dan menerima salaman dari Aryo. Perempuan itu kemudian menatap ke arah Manda dan yang ditatapnya pun memberi kode dengan kedipan mata.

Sayangnya, Arni tidak paham dan Aryo kembali mengeluarkan suaranya. "Hmm. Gimana, Man?Kamu sudah kasih tau Reza kan tentang sumbangan itu?" tanya Aryo yang membuat Manda menghela nafas. Karena tau bahwa kepala sekolahnya itu akan kembali bertanya masalah sumbangan.

"Hah, sumbangan yang mana ya, Pak?" tanya balik Manda dengan pura-pura lupa.

"Ituloh, sumbangan buat sekolah. Seikhlasnya aja kok."

Manda menggaruk kepalanya dengan pelan setelah mendengar ucapan Aryo. "Saya lupa, Pak. Nanti deh saya kasih tau Reza."

"Iya ... ."

"Duh, Pak. Saya udah ditelepon nih disuruh pulang, saya balik dulu ya," potong Manda sembari menarik Arni untuk menyebrang bersamanya.

Setelah masuk ke dalam mobil, Manda akhirnya dapat bernafas lega dan perlahan memperbaiki alunan nafasnya yang tak karuan.

Di sisinya, Arni juga melakukan hal yang sama. Namun, perempuan itu juga terlihat sibuk memperhatikan Manda.

Merasa diperhatikan, Manda kemudian menatap balik Arni sembari menaikkan kedua alis ya. "Kenapa?"

"Nggak pa-pa kok, Mbak," jawab Arni sembari menggelengkan kepala.

Penjaga Manda itu kemudian meluruskan pandangannya ke depan, tetapi Manda masih tetap memperhatikannya. "Ar, kamu jangan ngomong masalah yang tadi ke Reza ya!"

Arni menoleh ke arah Manda dengan alis bertaut. "Emangnya kenapa, Mbak?"

"Jangan aja."

Arni mengangguk paham dan keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Sesampai di rumah, Manda segera masuk ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Perempuan itu sudah menikmati kehidupan barunya dan menyukai segalanya. Walau sebenarnya dia ingin melakukan banyak hal. Namun, dia terus ingat bahwa dia masih belum cukup umur untuk melakukan hal lain.

Malam pun tiba dan Manda sudah dengan posisi nyamannya di sofa ruang keluarga. Perempuan itu dengan santainya tiduran di sofa sembari menonton televisi.

Tak lama kemudian, Reza pulang dan langsung disambut dengan Oliv. Dari kejauhan Manda melihat interaksi mereka. Namun, perempuan itu tidak terlalu peduli dan kembali menonton televisi.

Di tengah kegiatan menontonnya, tiba-tiba Reza datang dan duduk di sisi Manda yang sedang tiduran. Manda yang merasa terganggu kemudian mengusirnya. "Ngapain duduk di sini sih, ganggu aja!"

Reza melirik sekilas ke arah Manda dan tidak membalas ucapan perempuan itu. Dia tetap duduk di sisi Manda dengan kaki perempuan itu yang menyentuh tubuhnya.

Manda akhirnya menyerah dan bangun dari tidurnya. "Rese banget sih!"

Manda baru saja mau pergi dari ruang keluarga tersebut. Namun, tangannya kemudian ditarik oleh Reza. "Mau kemana lo?" tanya Reza dengan alis mengerut.

"Kamar," jawab Manda singkat sembari berusaha melepaskan tangan Reza yang melingkar di pergelangan tangan perempuan itu. "Lepasin!"

Reza tidak mengeluarkan suaranya dan menarik tangan Manda untuk kembali duduk di sisinya.

"Lo bisa nggak sih nggak kasar ke gue!" bentak Manda yang malah membuat Reza tertawa kecil.

"Sikap gue, tergantung sama sikap lo. Lo baik sama gue, gue baik sama lo. Begitupun sebaliknya."

Manda hanya dapat menghembuskan nafasnya kasar setelah mendengar ucapan dari Reza.

Selama film yang mereka tonton diputar, tangan Reza masih setia mencengkram pergelangan tangan Manda dan mau tak mau perempuan itu duduk manis di sisi Reza.

Setelah film selesai, Manda kembali berusaha pergi. Namun, Reza masih menahannya. "Mau lo apa sih?" tanya Manda dengan kesal.

"Gue maunya lo nurut sama gue!"

"Nggak, nggak akan!"

"Ya udah, gini aja sampe besok."

"Za!" bentak Manda yang malah mendapat pelototan dari Reza. "Gue mau ke kamar, gue mau tidur."

"Bicara dulu sama gue, abis itu lo boleh tidur."

"Ya udah, lo mau ngomong apa?"

Reza menarik nafasnya dengan pelan sebelum membuka suaranya. "Lo udah ada persiapan buat acara perpisahan?" tanya Reza yang malah membuat Manda terdiam sejenak.

"Emangnya gue perlu persiapan apa? Kan tinggal datang," jawab Manda dengan santai.

Hal itu malah membuat Reza menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Banyak hal yang lo perlu siapin, salah satunya gaun."

"Iya, bener. Nanti Mbak bantuin, Man," ucap seseorang di belakang kedua orang itu yang ternyata adalah Oliv.

Oliv baru saja lewat di belakang mereka berdua dan mendengar semua pembicaraan mereka. "Gimana, Man. Kamu mau kan?" tanya Oliv lagi dengan semangat.

Keduanya kini sudah menoleh ke belakang dimana Oliv tengah berada. Mau tak mau Manda mengangguk pelan dan akhirnya Reza melepaskan cengkeraman tangannya.

Manda yang menyadari itu kemudian bangun dari duduknya dan menatap lurus ke arah Oliv. "Makasih ya, Mbak," ucap Manda sembari tersenyum.

"Iya, sama-sama."

Sebenarnya ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Manda bukan karena tawaran Oliv untuk membantunya mencari gaun, melainkan Manda berterima kasih kepada Oliv karena sudah membantunya lepas dari Reza.

"Hmm, saya ke kamar dulu ya, Mbak. Ngantuk," ucap Manda sembari pura-pura menguap.

"Iya, tidur yang nyenyak ya," balas Oliv sembari memperhatikan Manda yang sudah berjalan menuju tangga.

Manda bersorak bahagia saat sampai di kamarnya dan membuat Arni kebingungan. Perempuan itu kemudian bangun dari tidurnya di atas kasur lipat dan menatap heran ke arah Manda. "Kenapa, Mbak?" tanya Arni yang malah dibalas senyuman oleh perempuan itu.

"Nggak pa-pa kok."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro