15. Gaun Pesta Perpisahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Butik khusus gaun pesta yang Manda dan Oliv datangi menjadi sedikit sibuk karena kedua perempuan itu. Oliv adalah pelanggan VIP dari butik tersebut dan saat datang, dia langsung dilayani dengan baik bahkan oleh pemilik butik tersebut yang bernama Cantika.

"Siang, Mbak Oliv, ada yang bisa saya bantu?" tanya Cantika dengan ramah.

"Hmm, saya butuh gaun untuk acara perpisahan SMA," jawab Oliv yang membuat Cantika bingung. Perempuan yang lebih tua beberapa tahun dari Oliv itu kemudian menautkan dahinya saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut pelanggan setianya itu.

Oliv yang memahami ada kesalahpahaman antaranya dengan Cantik kemudian langsung menarik tangan Manda yang sejak awal berdiri di belakangnya.

"Dia yang mau pakai gaun itu," jelas Oliv singkat yang membuat Cantik mengangguk paham.

"Baik, Mbak. Mari ikuti saya."

Cantika membawa Oliv dan Manda ke sudut lain di butik tersebut. Di sana, ada banyak gaun yang terpanjang dan mungkin akan sesuai dengan selera Manda.

Beberapa gaun Manda coba sesuai perintah Oliv. Oliv yang tidak memiliki kegiatan kemudian duduk di sebuah sofa sembari menunggu Manda berganti baju.

Tak lama kemudian, Manda muncul dengan gaun pilihan Oliv. Gaun silver dengan bahan satin menjadi pilihan pertama Oliv untuk Manda Coba. Namun, sepertinya Manda tidak menyukainya terlihat dari wajahnya yang cemberut.

"Gimana, Mbak? Bagus, kan?" tanya Cantika yang mengambil alih perhatian Oliv pada Manda.

Perlahan Oliv memperhatikan Manda dari bawah hingga atas dan memang, Oliv akui bahwa Manda terlihat begitu cantik. "Bagus kok, tapi, saya mau liat Manda coba gaun yang lain."

"Baik, Mbak."

Cantika kembali menutup tirai tempat Manda berganti baju. Di dalam sana, perempuan yang jauh lebih muda terus menghela napas karena membenci semua gaun yang Oliv pilih. Semua sangat terbuka dan Manda tidak menyukainya.

"Mbak, nggak ada gaun yang tertutup apa?" tanya Manda di tengah kegiatannya berganti baju.

Cantika yang sebelumnya sibuk merapikan bagian bawah gaun Manda, kemudian mengangkat wajahnya. "Mbak nggak suka yang terbuka ya?" tanya perempuan cantik itu yang langsung dijawab anggukan oleh Manda.

"Ya sudah, saya carikan dulu ya."

Cantika menyibak tirai yang menutupi Manda dengan pelan, perempuan itu bergegas mencari gaun yang Manda inginkan.

Di luar sana, Oliv terus memperhatikan Cantika yang tidak menyadari perhatian tersebut.

Hingga akhirnya Cantika mendapat gaun yang mungkin Manda sukai dan perempuan itu kembali masuk ke dalam ruang ganti Manda.

"Kalau ini bagaimana?" tanya Cantika sembari mengangkat tinggi gaun yang sebelumnya dia bawa.

Manda memperhatikan dengan saksama gaun tersebut. Gaun berwarna peach itu sangat sesuai dengan keinginan Manda. Tertutup. Namun juga, cantik.

"Boleh deh, Mbak. Saya mau coba yang itu."

Dengan cepat, Manda melepas pakaiannya lagi dan memakai gaun yang dibawa oleh Cantika. Saat gaun tersebut dia gunakan, Manda langsung menyadari bahwa gaun tersebut adalah gaun yang sesuai dengannya.

Badan kurus miliknya. Terasa pas saat menggunakan gaun tersebut.

Sebelum tirai kembali dibuka, Manda terus memandangi pantulan tubuhnya di cermin besar yang ada. Seketika, pikirannya dikuasai dengan suatu hal yaitu pernikahan. Apa nanti, gaun pernikahan gue sebagus ini ya? tanyanya di dalam hati.

Walau tak tau kapan dia akan menikah dengan Reza. Namun, entah kenapa tiba-tiba dia kepikiran tentang pernikahan tersebut padahal jelas Manda terpaksa melakukan hal itu.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba suara Cantika terdengar. "Saya buka ya, tirainya."

Manda mengangguk pelan dan membalik tubuhnya, seketika tirai yang sebelumnya tertutup kini terbuka dengan lebar menampilkan sosok Oliv yang masih setia menunggu di atas sofa.

"Bagaimana, Mbak?" tanya Cantika dengan pelan.

Gaun yang digunakan Manda berbeda dengan gaun yang Oliv pilih dan membuat perempuan itu sedikit kebingungan. Kenapa gaungnya berbeda?

Walau ada perasaan bingung di benaknya. Namun, Oliv akhirnya menerima gaun tersebut setelah melihat raut bahagia di wajah Manda. "Bagus, saya mau itu ya."

Cantika mengangguk pelan dan meminta para bawahannya untuk membungkus gaun yang diinginkan oleh Oliv.

Setelah Manda berganti pakaian, perempuan itu kembali berjalan ke arah Oliv.

Oliv yang melihat kedatangan Manda kemudian menepuk sisi sofa yang kosong. "Sini, duduk," ajak Oliv yang langsung membuat Manda duduk di sisinya.

Keduanya kemudian terdiam cukup lama sembari menunggu gaun yang mereka beli selesai di bungkus. Oliv perlahan menoleh ke arah Manda yang masih fokus menatap ke depan. Tanpa sadar perempuan itu tersenyum kecil saat menatap wajah polos milik calon istri suaminya.

"Hmm, gimana, kamu suka nggak sama gaunnya?" tanya Oliv tiba-tiba yang membuat Manda tersadar dari lamunannya.

Manda menoleh ke arah perempuan itu dan tersenyum canggung. "Suka kok, Mbak."

"Syukurlah."

Tak lama kemudian, gaun yang mereka beli akhirnya selesai di bungkus dan setelah membayar, keduanya memutuskan untuk pergi pulang.

Sesampai di rumah, kedua perempuan itu tak sengaja bertemu dengan Reza yang memang tidak ikut ke butik.

Saat bertemu dengan Reza, wajah Oliv berubah bahagia. Namun berbeda dengan Manda, perempuan itu malah terus melangkah meninggalkan Reza dan Oliv yang masih setia berdiri di depan pintu masuk rumah.

Manda tidak sendiri, melainkan bersama dengan Arni yang juga ikut pergi ke butik. Pembantu Reza itu terlihat menenteng paper bag berisikan gaun milik Manda.

Di sisi lain, mata Reza terus mengikuti arah Manda pergi hingga tubuh perempuan itu tak lagi dia bisa lihat.

Merasa tak diperhatikan, Oliv menepuk lengan atas suaminya dan  membuat Reza kembali menatapnya. "Mas, nggak jadi pergi?" tanya Oliv karena sebelumnya Reza mengatakan bahwa dia akan pergi bermain golf.

"Jadi kok, ini aku mau pergi," jawab Reza dengan singkat.

"Ya udah, hati-hati ya."

"Iya, aku pergi dulu ya."

"Iya, Mas."

***

Menjelang malam, Reza yang baru saja pulang dari bermain golf bertemu dengan Manda yang menunggunya di depan rumah. Perempuan itu sebenarnya tak ingin berbicara dengan Reza. Namun, ada hal yang perlu dia bicarakan pada pria tersebut.

"Ngapain duduk di depan rumah?" tanya Reza karena dia bingung melihat Manda yang duduk di tangga teras rumahnya.

Perlahan Manda berdiri dari duduknya dan menyerahkan sebuah surat pada pria di hadapannya. Surat itu tidak diberikan dengan sopan. Melainkan, Manda menyerahkannya dengan menempelkan kasar surat itu ke dada bidang milik Reza.

Mata Reza melirik sesaat surat tersebut, lalu beralih menatap Manda yang terlihat tidak mau menatapnya. "Surat apa ini?"

"Bukan surat! Tapi undangan, undangan acara perpisahan gue."

Setelah menjelaskan dengan singkat tentang surat--undangan tersebut. Manda segera dan meninggalkan Reza sendirian di depan rumah. Ada-ada aja kelakuan itu anak!

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro