20. Malam Pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pintu putih di hadapan Reza menjadi suatu hal yang menarik di mata pria itu. Dia bahkan sempat berhalusinasi melihat pintu itu terbuka karena tak sabar menunggu Arni selesai mengurus Manda. Kenapa lama banget sih! omel pria itu di dalam hati.

Reza pikir, mengganti baju Manda cukup mudah padahal Arni begitu susah payah mengurus istri kedua majikannya itu.

Tahap terakhir setelah selesai mengganti baju Manda adalah memasangkan plester kompres di dahi istri majikannya itu. Sebelumnya, dia sudah memberi Manda obat dan membuat perempuan itu kembali tidur sebagai efek sampingnya.

Arni mengulas senyum tipis di wajahnya setelah melihat Manda tidur dengan damai seperti sebelum-sebelumnya. Tidak ada pergerakan yang perempuan itu lakukan hingga akhirnya, Arni memutuskan untuk keluar dari kamar Manda dengan membawa baju kotor perempuan itu.

"Pak Reza," ucap Arni pelan setelah bertemu dengan Reza tepat di depan kamar Manda. Sebelumnya dia berpikir bahwa majikannya itu akan tidur dengan istri pertamanya karena Manda tiba-tiba sakit. Namun pikirannya salah, Reza masih menunggunya selesai mengurus Manda.

"Gimana keadaan Manda?" tanya Reza dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Mbak Manda sudah baikan kok, Pak. Saya juga sudah kasih obat dan kompres. Semoga panasnya cepat turun."

Reza mengangguk pelan sebagai jawaban, sebenarnya dia ingin sekali menghubungi Dokter Tama, sahabatnya untuk mengurus Manda. Namun, dia tidak mau ditertawakan lagi oleh pria itu. Seperti saat acara pernikahannya tadi pagi.

Dokter Tama tentu diundang dalam acara pernikahan Reza dan Manda tadi pagi. Selain menjadi sahabat, Dokter Tama juga berperan sebagai pengganti orang tua Reza yang sudah lama tiada.

Hanya ada beberapa orang yang datang ke pernikahan Reza dan Manda, karena memang pernikahan mereka bersifat tersembunyi. Berbeda dengan pernikahan Reza pertama yang dirayakan dengan meriah.

Di tengah lamunan Reza, tiba-tiba Arni mengeluarkan suaranya. "Maaf, Pak. Saya pamit ke kamar dulu."

Kamar yang dimaksud Arni adalah kamarnya sendiri yang berada di lantai satu. Kamar yang sejak dia bekerja di rumah Reza dia tinggali dan dia abaikan setelah majikannya itu memintanya menjaga Manda.

Sepeninggal Arni, Reza membuka pintu kamar Manda dengan hati-hati. Dia tidak mau mengganggu waktu tidur istrinya apalagi Manda tengah sakit sekarang.

Dengan langkah penuh hati-hati, Reza mendekat ke arah kasur yang cukup jauh dari pintu masuk. Matanya menjelajahi wajah Manda yang terlihat begitu pucat, tak seperti biasanya. Selama tinggal di sini, lo udah berapa kali sakit, Man.

Jujur, ada rasa bersalah di benak Reza saat ini karena Manda yang terus menerus sakit dengan berbagai alasan. Apa mungkin, sakit dia ada pengaruhnya dari rumah ini ya?

Reza memperhatikan setiap sudut kamar Manda dengan teliti. Namun, tidak ada yang salah menurutnya. Toh, dia sudah cukup lama tinggal di sini dan tidak pernah terjadi apa-apa.

Karena tidak mau memikirkan hal yang aneh-aneh, Reza memutuskan untuk naik ke atas kasur milik Manda. Dia sangat rindu tidur dengan perempuan itu. Sudah cukup lama Reza menunggu kesempatan itu kembali datang dan hari inilah waktunya.

Kasur yang cukup luas itu sedikit bergerak dan membuat Reza gugup, dia takut mengganggu tidur Manda. Untungnya, perempuan itu tidak terganggu sedikit pun karena saat Reza sudah sepenuhnya tidur di sisi perempuan itu, Manda tak kunjung bergerak.

Reza akhirnya bisa bernapas lega setelah menyadari bahwa kini dia bisa tidur bersama dengan Manda. Walau tak langsung dapat melihat wajah damai perempuan itu saat tidur, Reza tetap bersyukur karena sudah bisa bersama dengan Manda.

Tidak butuh waktu lama, Reza pun ikut masuk ke dalam alam mimpi. Dia benar-benar merasa penat setelah mengurus banyak hal hari ini, apalagi setelah ditinggal Manda. Dia perlu menyapa beberapa tamu yang hadir saat pernikahannya tadi. Ya walaupun mereka hanya menikah secara sederhana. Namun, ada beberapa tamu yang turut hadir salah satunya Dokter Tama. Pria itu beberapa kali menggoda Reza dan membuatnya merasa malu.

***

Keesokan harinya, Manda terlebih dahulu bangun dari tidurnya. Dia sangat terkejut karena melihat sosok Reza tengah tidur di sisinya, bahkan tangan pria itu memeluk erat tubuhnya dari samping. Kenapa dia bisa tidur di sini?

Manda tiba-tiba lupa bahwa dia sudah menjadi istri sah Reza dan tentu pria itu memiliki hak untuk tidur bersamanya.

Karena ingin segera bangkit dari tidurnya, Manda beberapa kali mencoba melepaskan pelukan Reza. Sayangnya, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya hingga Manda merasa sesak.

Helaan napas keluar dari mulut Manda setelah lelah mencoba melepaskan pelukan Reza. Sebenarnya dia malas untuk mengeluarkan suaranya. Namun, dia harus melakukannya.

"Za! Lepasin pelukan lo!" ucap Manda dengan sedikit berteriak. Bukannya melepaskan, Reza malah terdengar asyik mendumel tak jelas. "Za! Gue sesek!"

Kali ini, usaha Manda berhasil karena pelukan Reza perlahan terlepas. Pria itu mengganti posisi tidurnya menjadi telentang dan perlahan matanya terbuka.

Setelah mata Reza terbuka secara penuh, pria itu menoleh ke arah Manda yang masih berada di tempatnya. "Gimana keadaan lo?" tanya Reza yang langsung membuat Manda mengerutkan dahinya. Namun, karena tertutup oleh plester kompres yang semalam Arni pasang, gerakan perempuan itu tak terlihat dengan jelas.

Merasa ada sesuatu di dahinya, Manda kemudian meraba plester kompres tersebut. Dengan perlahan, perempuan itu melepas kompres yang ada di dahinya. Lagipula sensasi dingin kompres itu sudah habis dan tidak akan khasiat apa-apa lagi.

Sebelum Manda menjawab, tiba-tiba Reza meletakkan telapak tangannya di dahi bersih perempuan itu. "Panas lo udah turun."

Layaknya sebuah informasi, Reza mengatakan hal tersebut pada Manda. Padahal perempuan itu juga sudah menyadari bahwa panasnya sudah turun dan bahkan berada di batas normal.

Berbeda dengan Manda yang perlahan bangun dari tidurnya dan duduk di atas kasur, Reza malah masih tiduran tanpa ada niat bangun dari kasur milik istrinya tersebut.

"Lo kok di sini?" tanya Manda dengan polosnya.

Reza tertawa kecil sembari ikut bangun. Dia duduk di sisi Manda dan perlahan mengangkat tangan kanan perempuan itu. "Lo nggak sadar kalau udah nikah sama gue?"

Mata Manda membulat sempurna saat melihat sebuah cincin sederhana dengan berlian kecil di tengahnya terpasang di jari manis perempuan itu. Cincin tersebut serupa dengan yang Reza gunakan sekarang.

Serabut merah muncul di pipi Manda karena merasa malu akan pertanyaannya. Dia benar-benar lupa jika statusnya kini sudah berubah. "Enggak, gue nggak lupa kok," bantah Manda yang kembali membuat Reza tertawa.

"Gara-gara lo sakit kemarin, kita nggak jadi malam pertama."

Manda langsung menoleh setelah mendengar ucapan dari Reza, dia sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ya walaupun dia tau bahwa pernikahannya hanya karena keinginan Reza memiliki anak. Namun, setidaknya pria itu harus mengerti tentang keadaan Manda semalam.

"Gila ya lo, masih mikirin malam pertama. Gue sakit bego!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro