24. Wajah Pucat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selera pakaian Manda ternyata amat sederhana, perempuan itu banyak membeli baju lengan panjang juga celana yang serupa. Akan hal itu, Reza tidak perlu khawatir pada pakaian istrinya tersebut.

"Udah, ini aja?" tanya Reza setelah mereka sampai di kasir. Pria itu mengeluarkan dompet dari saku celananya dan memberikan salah satu kartu debit miliknya kepada si kasir yang melayani mereka. "Ini, Mbak."

"Iya, itu aja," jawab Manda singkat sembari memperhatikan kertas struk yang tengah keluar dari mesinnya. Memang Manda sedang kurang kerjaan. Namun, tidak ada salahnya kan melakukan hal seperti itu.

Setelah selesai membayar, Manda, Arni dan juga Reza keluar dari toko baju tersebut dengan membawa beberapa paper bag berisi pakaian Manda. Tidak banyak, tetapi cukup untuk dia bawa pergi nanti.

"Mau makan dulu nggak?" tanya Reza yang membuat Manda menoleh ke arahnya sembari berpikir sejenak.

"Nggak deh, gue mau balik aja. Gue capek. Kita makan di rumah aja lah."

Memang benar bahwa Manda tengah kelelahan sekarang karena ternyata acara berbelanja mereka tadi menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaganya yang tidak seberapa ini.

"Ya udah, kalau gitu gue hubungin Pak Jamal dulu."

Reza kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jamal, sopir yang membawa mereka tadi. Setelah itu, ketiganya pergi ke depan mal dan menunggu Jamal menjemput mereka.

***

Sehari sebelum Manda dan Reza pergi honeymoon, keduanya terlihat begitu sibuk. Manda sibuk me-packing pakaian dan kebutuhannya. Reza malah sibuk dengan beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Tepat pukul 10 malam, Reza pulang dengan badan yang sangat letih. Pria itu langsung pergi ke kamar Manda karena hari ini adalah jadwal mereka untuk tidur bersama.

"Loh, ngapain ke sini?" tanya Manda yang tengah sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam tas ransel kecil miliknya.

Reza memijat pelipisnya dengan pelan, dia ingin marah. Namun, tidak ada tenaga yang tersisa. "Kan hari ini jadwal kita tidur bareng," jawab Reza singkat sembari perlahan naik ke atas kasur.

"Eh, jangan naik," larang Manda yang membuat Reza menghentikan kegiatannya. Pria itu kembali berdiri sembari menatap Manda yang masih mengangkat tangannya guna menghentikan gerakan Reza.

Dengan pelan, pria itu menurunkan tangan istrinya. "Apaan sih lo!"

"Gue tau, hari ini jadwal kita tidur bareng. Tapi..."

"Tapi apaan?"

"Jangan dipotong dulu omongan gue!" omel Manda dengan wajah kesal. Perempuan itu kemudian kembali berkata, "karena kita besok mau bulan madu, lebih baik, lo tidur sama Mbak Oliv aja malam ini."

"Kenapa gitu?"

"Yakan, selama bulan madu kita bakal tidur bareng mulu. Terus, jadwal lo sama Mbak Oliv bakal keganggu."

Reza terdiam sejenak sembari memikirkan ucapan Manda yang memang benar adanya. Pria itu tanpa sadar menghela napas sebelum akhirnya keluar dari kamar Manda. "Ya udah, gue ke kamar Oliv. Besok jangan sampe telat lo!"

"Iya, iya. Bawel banget sih! "

***

Jarak dari kamar Manda dan kamar Oliv tidaklah jauh. Namun, entah kenapa Reza merasa bahwa jarak tersebut sangatlah jauh. Langkahnya begitu berat menuju kamar istri pertamanya tersebut.

Sesampai di depan pintu kamar Oliv, Reza terdiam sembari menatap pintu berwarna putih tersebut. Warnanya sama dengan pintu kamar Manda. Namun, ukurannya jauh lebih besar.

Satu dua kali ketukan Reza lakukan sebelum akhirnya membuka perlahan pintu kamar tersebut tanpa menunggu Oliv membukakannya. Saat masuk, mata pria tersebut menatap punggung istri pertamanya yang ternyata sudah tertidur pulas. Pantesan nggak dijawab, Oliv tidur ternyata.

Reza kemudian mengganti pakaiannya dan bergegas naik ke atas kasur. Berbeda dengan Manda, Oliv langsung bangun setelah merasa ada pergerakan di kasur miliknya. "Eh, Mas tidur di sini?" tanya Oliv setelah membalik tubuhnya untuk menatap Reza yang tengah menatap lurus ke langit-langit kamar mereka.

"Iya, kan besok aku sama Manda mau honeymoon. Terus, selama itu kita kan nggak bisa tidur bareng. Jadi sekarang, aku tidur sama kamu ya," ucap Reza dengan lembut sembari perlahan menoleh ke arah Oliv.

Perempuan cantik berstatus istri pertama Reza itu kemudian tersenyum ke arah suaminya, tentu dia sangat bahagia dengan jawaban Reza sekarang. Walau sebenarnya dia tidak tau bahwa tindakan suaminya dikarenakan Manda, istri keduanya.

"Ya udah, tidur. Yuk," ajak Reza yang langsung membuat Oliv mengangguk pelan. Perempuan itu perlahan memeluk tubuh Reza dari samping dan membuat suaminya itu cukup terkejut.

Reza menatap wajah Oliv dari samping. Namun, perempuan itu sudah menutup rapat matanya. Bibirnya tersunging seakan menjelaskan bagaimana bahagianya dia sekarang. Udah lama banget gue nggak liat dia senyum, ucap Reza di dalam hati.

Memang, Reza bukanlah pria romantis yang bisa membuat istri-istrinya bahagia. Dia terlalu kaku karena berasal dari keluarga yang berantakan. Tetapi, Reza tetap mau membahagiakan kedua istrinya.

Perlahan, pria itu merapatkan tubuhnya ke arah Oliv dan menarik selimut yang mereka gunakan. Menutupi penuh tubuh istri pertamanya agar tak kedinginan. "Semoga mimpi indah ya," bisik Reza sembari mencium kening Oliv dengan pelan.

Keduanya kemudian masuk ke dalam alam mimpi dan melupakan segala hal yang sekiranya tengah mengganggu mereka.

***

Keesokan harinya, tepat pukul tujuh pagi. Reza dan Manda bersiap untuk pergi bulan madu. Keduanya membawa koper mereka masing-masing. Namun, Manda menambah bawaan lebih berupa tas ransel kecil berisikan beberapa barang penting.

Layaknya seorang anak yang akan pergi berliburan, Manda menggunakan pakaian lengkapnya beserta topi pantai yang sebelumnya dia beli bersama Reza. Kata suaminya, mereka akan pergi ke sebuah pulau yang dikelilingi oleh laut. Walau tak tau pulau mana yang pria itu maksud. Namun, Manda tetap bersemangat untuk pergi ke sana.

"Semua udah siap kan?" tanya Reza yang langsung dijawab anggukan oleh Manda. Mereka diantar oleh Arni juga Oliv sampai ke depan rumah dan setelahnya kedua orang itu akan pergi menggunakan mobil pribadi.

"Semoga honeymoon kalian lancar ya," ucap Oliv sembari tersenyum kecil ke arah Reza dan Manda.

Sebelum Manda membalas ucapan Oliv, perempuan itu perlahan menoleh ke arah istri pertama Reza tersebut. Mulutnya kemudian terkunci saat menatap wajah Oliv yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Pucat dan terlihat tak bersemangat.

Karena mengejar waktu penerbangan, Reza segera menarik tangan Manda untuk masuk ke dalam mobil dan pergi ke bandara. Selama perjalanan, perempuan itu memikirkan tentang wajah pucat milik Oliv.

Perlahan wajahnya kemudian menoleh ke arah Reza yang tengah sibuk dengan ponsel di tangannya. "Za, kenapa muka Mbak Oliv pucat gitu sih?" tanya Manda dengan wajah serius.

Perhatian Reza teralihkan oleh pertanyaan Manda, ponsel yang sebelumnya tengah dia pegang kemudian dia masukkan kembali ke dalam saku kemeja yang dia gunakan. "Pucat? Nggak kok, biasa aja."

Mendengar jawaban singkat dari Reza membuat Manda semakin bingung, dia memang baru mengenal Oliv beberapa bulan ini sehingga dia kurang mengetahui tentang wajah perempuan itu biasanya seperti apa. Ya bisa dibilang, Manda kurang peduli.

Manda yang tak mau berpikir lebih jauh kemudian mengangguk pelan untuk mengakhiri perbincangannya dengan sang suami.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro