28. Balik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepanjang jalan pulang, Reza terus tersenyum kemenangan setelah akhirnya bisa tidur dengan Manda walau harus terpaksa oleh keadaan. Mau bagaimana pun, mereka tetap akan melakukannya apalagi Manda sudah berjanji akan melahirkan seorang anak untuk suaminya itu.

Manda yang berjalan di belakang perlu menyesuaikan langkahnya dengan Reza yang sudah nyaris sampai di pintu bandara.

"Tungguin gue kek!" pekik Manda yang membuat Reza menoleh ke arahnya.

Pria itu kemudian berlari ke arah Manda dan membantunya berjalan. Tubuh Manda terasa begitu sakit setelah permainan kasar yang suaminya lakukan. Di dalam hati, Manda berjanji untuk tidak melakukannya lagi.

Tapi, mengingat apa yang pernah dia ucapkan. Membuat perempuan itu menyesal. Gimana gue bisa hamil, kalau main sekali aja gue bisa tepar gini! omelnya di dalam hati sembari melirik ke arah Reza.

Sesampai mereka di rumah, Reza dan Manda langsung berpisah. Manda masuk ke dalam kamarnya dan Reza pergi entah kemana.

Karena terlalu lelah, Manda merebahkan dirinya di atas kasur dan mencoba untuk beristirahat sebentar. Sore nanti, dia dan Reza akan menjenguk Oliv di rumah sakit.

***

Tepat pukul empat sore, Manda dan Reza pergi ke rumah sakit tempat Oliv di rawat. Sepanjang jalan, Manda asyik melempar pandangannya ke luar jendela. Di sana, air mulai turun dan membuat beberapa pemotor menepi.

Kondisi itu membuat Manda kembali mengingat masa lalunya. Setiap hujan, perasaannya menjadi resah. Rumah tepat dia tinggal dulu begitu rapuh dengan atap yang bocor di mana-mana.

Ngomong-ngomong masalah rumah, Manda tiba-tiba merindukan bangunan tua itu. Wajah Manda menoleh ke arah Reza yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Dengan ragu, perempuan itu memanggil sang suami. "Za."

Reza ikut menoleh dan mata keduanya saling bertemu. "Kenapa?" tanya pria itu dengan salah satu alis terangkat.

"Rumah gue dulu, gimana kabarnya?"

Reza terdiam sejenak setelah mendapat pertanyaan dari Manda. Sudah lama, perempuan itu tidak mengungkit masalah rumah tua yang pernah dia tempati dan entah kenapa Manda sekarang bertanya.

"Kenapa lo pengen tau?"

"Nggak pa-pa, gue kangen aja sama tempat itu."

Reza mematikan ponselnya dan kembali fokus untuk berbicara pada istrinya. Dia tau bahwa Manda ingin berbicara serius dengannya. "Rumah itu nggak bakal gue apa-apain kok, sesuai apa yang lo mau. Lo juga boleh ke sana, asal sama gue."

Manda mengangguk pelan sembari mengulum bibirnya, ingin sekali dia pergi ke rumah tempat tinggalnya dulu. Tapi, dia takut kembali mengingat masa lalu yang sudah terkubur di sana.

"Makasih ya, Za."

"Makasih buat?"

"Buat lakuin apa yang gue mau, gue nggak pernah ngebayangin bakal nikah sama lo. Bakal tinggal di rumah gede punya lo. Bakal naik mobil mewah ini," jelas Manda dengan mata berkaca. Dia memang tidak pernah membayangkan untuk bisa berada di posisi sekarang.

Tangan Reza terangkat dan perlahan membelai rambut hitam sebahu milik Manda yang baru saja perempuan itu potong beberapa minggu yang lalu."Sekarang, lo nggak usah mikirin yang aneh-aneh. Lo tinggal hidup bareng gue dan semuanya gue yang urus."

***

Sesampai di rumah sakit, Manda dan Reza langsung berjalan menuju kamar rawat Oliv dengan beberapa pegawal di belakang mereka. Seakan tidak mau kehilangan Manda, Reza terus menggenggam tangan istrinya itu bahkan sampai di kamar rawat istri pertamanya, Oliv.

"Mas," panggil Oliv dengan pelan setelah melihat Reza masuk ke dalam kamar rawatnya.

Menyadari bahwa tangannya masih berpegangan dengan Reza, Manda langsung melepaskannya dan sedikit menjauh dari sang suami. Dia harus paham dengan situasi saat ini. Posisinya jauh di bawah Oliv sebagai istri pertama.

Reza menoleh saat genggaman tangannya terlepas, matanya seakan meminta penjelasan pada Manda. Namun, istrinya itu langsung menggeleng pelan.

"Mas," panggil Oliv lagi yang membuat Reza langsung menoleh ke arahnya.

"Iya, Liv," balas Reza sembari berjalan mendekat ke arah kasur rawat istri pertamanya.

Wajah Oliv begitu pucat bahkan lebih parah dari sebelumnya, Manda yang ikut berjalan di belakang Reza sibuk memperhatikan kedua orang itu. Tangan kanan Oliv terpasang infus dan di hidungnya terpasang alat bantu pernapasan. Manda yakin, Oliv memiliki penyakit yang cukup serius.

"Maaf ya, Mas. Aku buat kamu balik ke sini," ucap Oliv dengan sekuat tenaga.

"Iya, nggak pa-pa kok. Tapi, kamu udah nggak pa-pa kan?" tanya Reza yang membuat Oliv tersenyum kecil.

"Iya, nggak pa-pa kok."

"Syukurlah," balas Reza sembari mengusap kepala Oliv dengan pelan. Karena hal itu, Manda yang tengah bersembunyi di balik tubuh Reza terlihat oleh Oliv.

"Manda," panggil Oliv pelan yang langsung membuat kepala Manda bergeser untuk menatap Oliv.

"Hai, Mbak. Gimana keadaan, Mbak?"

"Baik kok. Maaf ya sudah ganggu waktu bulan madu kalian."

Manda menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah. "Nggak, Mbak. Nggak pa-pa kok. Lagian di sana nggak seseru di sini."

Reza langsung menoleh ke arah Manda saat perempuan itu berbicara. Dia ingin menyanggah ucapan Manda. Namun, mata perempuan itu langsung melolot tajam.

Karena tak mau bertengkar akhirnya Reza mengalah dan kembali fokus pada kedua perempuan di dekatnya.

***

Beberapa hari setelah Oliv di rawat, perempuan itu akhirnya bisa pulang ke rumah walau badannya belum sehat sepenuhnya. Dia merasa begitu bosan saat di rumah sakit dan terus memaksa untuk pulang. Untungnya, hasil pemeriksaan membuatnya diperbolehkan untuk pulang tepat setelah empat hari di rawat.

Sesampai di rumah, Reza mengantar Oliv ke kamarnya karena malam ini dia akan tidur bersama Manda. Namun, karena begitu khawatir pada Oliv, dia memutuskan untuk mengantar istrinya itu sampai ke kamar.

Sebelum keluar dari kamar istri pertamanya itu, Reza memastikan keadaan Oliv terlebih dahulu yang sudah berbaring di atas kasur. Tangan pria itu mengusap kepala Oliv dan mencium keningnya. "Semoga mimpi indah ya."

Reza membalik tubuhnya bersiap untuk pergi. Namun, tangannya ditarik dari belakang. Mau tak mau pria itu kembali membalik tubuhnya dan memperhatikan Oliv yang sepertinya ingin berbicara sesuatu padanya.

Perlahan, Reza berlutut agar sejajar pada Manda yang tengah tidur. "Ada apa?" tanya Reza dengan lembut.

Sayangnya, Oliv tak dapat langsung berbicara karena ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Dia juga tak bisa menatap mata suaminya karena jika mata mereka bertemu, Oliv merasa ingin menangis.

"Bisa nggak, Mas tidur di sini aja malam ini?" tanya Oliv dengan ragu yang membuat Reza menghela napas pelan.

Seakan tau apa yang suaminya pikirkan, Oliv kembali berbicara. "Nggak jadi deh, Mas."

Perempuan itu langsung membalik tubuhnya agar tidak berhadapan dengan Reza. Dia tau akan mendapat penolakan dari suaminya itu. Namun, rasanya begitu berat jika mendengar secara langsung dari mulut Reza.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro