#7 - Know Your Wants and Needs

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ane baru sadar soal dua sejoli ini dari kelas menulis skenario Koh Ernest yang dibeli lewat kartu Prakerja.

Kedua hal ini selalu muncul berpasangan ketika bicara soal character development.

Penjelasan singkatnya kek gini.

Wants itu keinginan si karakter di dalam cerita. Hal ini kelihatan jelas selama cerita berlangsung.

Needs itu hal yang paling dibutuhkan si karakter tersebut. Needs muncul secara tersirat dari cerita.

Psst. Pembaca gak usah tahu. Cukup itu jadi rahasia penulis buat patokan pengembangan karakter.

Ane ambil contoh bedanya wants sama needs dari karakter di cerita ane.

Abay

wants: ketemu ibunya

needs: kasih sayang keluarga

Killi

wants: ingin jadi arkeolog

needs: kebebasan

Jelas 'kan perbedaannya?

Nah, bagaimana dengan character development dari penulisnya sendiri? Hal ini jarang diulas karena sekilas emang gak penting.

Mengenali Wants dan Needs Diri Sendiri

Pada dasarnya, bikin cerita itu beda tipis sama data science. Sama-sama merepresentasikan objek dunia nyata dan mengubahnya menjadi pengetahuan bermakna.

Bedanya cuman pendekatannya. Kalo data science itu pake metode analitik yang menggunakan pendekatan matematika dan logika. Cerita berkaitan dengan psikologi manusia.

Belajar soal character development pun rasanya kurang afdol tanpa bicarain soal penulisnya sendiri. Hal ini, ironisnya, sering kali terlupakan.

Ane baru ngeh soal ini pas nonton video Fardi Yandi di YouTube.

https://www.youtube.com/watch?v=9EhD-AHJggw

Saran ane: tonton deh video ini sebelum lanjut ke alinea berikutnya.

Video ini emang bahas soal cara dapetin followers di Instagram dalam waktu dua bulan.

Namun, ada salah satu hal menarik yang ditekankan di video ini.

Apa tujuan temen-temen bikin konten?

Kebanyakan orang sering melupakan hal ini.

Mereka hanya fokus buat bikin tulisan yang menghasilkan cuan.

Mereka fokus buat cari cara biar naikin pembaca.

Mereka fokus buat naikin rank di Wattpad (meskipun sekarang gak ngaruh lagi).

Tapi, mereka gak tahu hal yang menjadi alasan semua itu.

Kalo kita kaitin hal ini sama character development, sebenarnya ini masih berhubungan dan bisa dijabarkan.

Apa tujuan kita menulis?

Tujuan sendiri bisa dijabarkan lagi jadi lebih spesifik.

Apa yang kita inginkan dari menulis?

Kenapa kita kudu menulis?

Coba deh perhatiin kedua kalimat itu dengan definisi wants dan needs yang ane ceritain di awal.

Semuanya masih berhubungan.

Needs akan muncul secara tersirat dari wants yang dijawab dengan hati.

Itu karena kebutuhan dasar manusia itu selalu tulus dan bukan karena gengsi layaknya keinginan.

Cara Mengenali Wants dan Needs Kita

Caranya sama seperti menentukan wants dan needs dari karakter kita.

Apa yang kita inginkan?

Pikirkan dan catat semua keinginan temen-temen dalam melakukan suatu hal.

Jangan batasi setiap keinginan yang muncul sekilas di pikiran temen-temen.

Kalo emang tujuan temen-temen nulis buat "balas dendam secara elegan", tulis aja.

Kalo tujuan dari awal emang pengen nyari duit ya sah-sah aja.

Kalo tujuannya buat nyiksa karakter ya terserah temen-temen. Ngapain ane ikut campur urusan orang?

Abis gitu, baca lagi daftar tujuan kita. Bacanya gak pake mata dan mulut. Coba deh baca pake hati.

Kenapa kita nulis semua itu?

Adakah kesamaan di antara semuanya?

Pertanyaan sederhana itu emang memakan waktu untuk direnungkan. Coba kita jujur dengan diri sendiri dan dengarkan sejenak hati kita untuk menemukannya.

Hilangkan pula gengsi sesaat dari setiap daftar keinginan yang ada. Dengan demikian, kita akan menemukan alasan yang menjadi panggilan jiwa kita untuk menulis.

Pentingnya Mengenali Wants dan Needs Diri Sendiri

Seperti halnya dalam membuat karakter, keduanya sangat membantu kita menentukan arah kita dalam menulis.

Ane baru menyadari hal itu setelah nonton video YouTube di atas.

Apa yang menjadi tujuan ane untuk menulis?

wants: menghasilkan cuan, ngehalu liat buku sendiri di tokbuk

needs: ane hanya ingin berbagi

Lihat, alasan ane menulis itu sebenarnya sederhana. Karena ane biasa diabaikan, ane menulis.

Ane hanya ingin didengar.

Ane hanya ingin diperhatikan.

Sebuah kebahagiaan besar ketika seseorang peduli dengan ane apalagi bisa menjadi manfaat bagi orang lain.

Ketika tujuan kita dalam menulis sudah jelas, kita akan lebih mudah untuk menulis.

"Menulis dengan hati" itu kalimat klise. Tidak semua orang bisa memahami kalimat itu dengan mudah.

Namun, jika kita mau mendengar keinginan kita dari hati yang terdalam, kita takkan kehilangan arah.

Kita juga takkan terpuruk sewaktu tak seorangpun membaca tulisan kita. Toh keinginan yang tulus dari dalam hati bisa membuat seseorang bahagia. Tak peduli sekecil apapun kebahagiaan tersebut.

Tulisan kita pun akan menghasilkan karakter yang mencerminkan diri kita. Itu karena ketulusan akan membantu seseorang mengeluarkan potensi terbaik dari dirinya.

Tulisan kita akan bermakna bahkan bisa mengubah hidup seseorang. Bonusnya, cuan bakal mengalir sendiri.

Itu bukan kata ane ye. Itu kata para mentor di bidang marketing yang kelasnya ane ikuti belakangan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro