02 Evil Pieces

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Intro:

Cerita ini di ambil dari sebuah anime berjudul Highschool DxD milik Ichiei Ishibumi. Saya hanya meminjam cerita miliknya.

Di cerita ini, saya akan memperkenalkan sosok seorang pemuda yang bereinkarnasi menjadi salah satu bangsa iblis Phenex. Kehidupan barunya akan menjadi pengalaman berharga di setiap chapter.

Selamat membaca yaw!
........

Kelas X-5 ...

Achazia memasuki ruang kelas baru miliknya. Nuasana cat perpanduan antara merah dan hijau begitu nyentrik, menurut Achazia. Ia tidak terlalu menyukai kedua warna itu, hanya warna orange yang ia sukai mirip seperti warna rambutnya.

Achazia memilih bangku urutan keempat pojok kiri dengan jendela. Tempat favorit para tokoh utama di serial anime. Ia menikmati sesaat pemandangan di luar jendela, ketika sosok Reyna datang mengganggu dirinya lagi.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Achazia malas. Ia tak melirik sedikitpun ke arah Reyna.

Reyna Aurora Sitri. Dia merupakan gadis keturunan salah satu pilar Iblis yaitu bangsa Sitri. Jika kalian ingat dengan Sitri, berarti anda telah menonton anime ini. Sona Sitri, sang karakter pendukung yang dahulu menjabat sebagai ketua osis di masanya.

"Ara ... Ara ..., setelah kamu bertemu dengan gadis lain. Aku dicampakkan begitu saja. Kau memang jahat sekali," ucap Reyna pura-pura bersedih. Ia merupakan gadis yang pintar akting.

Perkataan Reyna membuat semua orang memandangi dirinya tak terkecuali Aiko. Aiko ternyata berada satu kelas dengannya.

Achazia menghela napas kasar. Ia menatap tajam Reyna yang tersenyum penuh kemenangan.

Tuk!

Achazia menjitak kecil kening Reyna. Reyna mengaduh kesakitan. Ia mengelus keningnya yang berubah warna merah. Achazia tertawa senang melihat Reyna seperti itu. Ia menyalurkan sedikit kekuatan iblis miliknya tadi.

Reyna mengembungkan kedua pipi. Bibirnya maju beberapa centi mirip seperti seekor bebek. Ia membalikan badan, lalu duduk di bangkunya sendiri tepat di depan Achazia.

Beberapa murid laki-laki menatap Reyna dengan pandangan mesum. Jangan salahkan mereka jika tertarik melihat lekuk tubuh milik Reyna yang memang menggoda sekali.

Achazia jadi teringat waktu kecil pernah mandi bareng dengan Reyna. Perkembangan tubuh Reyna begitu pesat hingga menumpuk di kedua gunung miliknya itu.

Pikiran mesum di pagi hari memang begitu menggoda iman Achazia. Eh, apakah Iblis seperti Achazia memiliki iman? Hanya dia dan Dewi Waktu yang mengetahuinya.

Pelajaran pertama dan kedua telah di mulai dengan kegiatan lain selain belajar. Semacam perkenalan kecil dan pemilihan anggota kelas saja. Aiko Tachibana terpilih menjadi Ketua kelas X-5 dan wakilnya adalah seorang pemuda berkacamata kotak bernama Gen.
.
.
.
.

Waktu istirahat telah tiba, Achazia dan Reyna memilih untuk makan di kantin sekolah. Begitu mereka sampai di sana, antrian panjang langsung menjadi pemandangan indah.

Kedua Iblis muda itu ikut mengantri. Setelah beberapa menit berlalu, mereka sudah duduk manis di salah satu bangku kantin dekat gedung utama. SMA Kuoh merupakan bangunan yang sangat luas dan megah. Berbagai macam fasilitas terpenuhi di sini, termasuk berkumpulnya para makhluk-makhluk gaib.

Di sebelah meja kedua Iblis muda itu terdapat seorang gadis bertubuh kecil. Ia duduk sendirian ditemani dengan sepiring nasi kari dan jus lemon. Ia dapat mengelabui identitas aslinya sebagai manusia biasa, namun wujud aslinya adalah siluman kelinci.

Pemandangan itu sudah tak asing selama masa kejayaan Rias dan Sona berlangsung dulu. Tetapi ada beberapa peraturan tercantum untuk mereka patuhi, salah satunya tidak membuat atau memancing keributan besar antarfraksi.

"Hei Reyna," panggil Achazia.

Reyna yang tengah asyik menyantap hamburger miliknya sedikit terganggu. "Ada apa?" tanyanya tajam. Ia melanjutkan makan dengan dua kali gigitan besar.

Achazia menengok ke kanan dan kiri, lalu ia menciptakan sebuah pelindung tak kasat mata. Reyna yang mengerti langsung menatap Achazia serius.

"Apa kau sudah memiliki budak?" tanya Achazia.

"Hmm ..., sudah ada satu," jawab Reyna tersenyum kecil.

Achazia tak dapat menyembunyikan ekpresi terkejutnya. Ia sampai memegang kedua pundak Reyna. Suasana menjadi agak tegang.

Tatapan yang diberikan Achazia begitu tertera. Reyna memberitahukan siapa anggota budak pertama miliknya. "Dia adalah seorang murid baru seperti kita. Tadi pagi aku tidak sengaja bertemu dengannya di perjalanan sekolah. Aku merasakan ia memiliki sebuah kekuatan aneh di dalam tubuhnya."

Reyna berhenti sejenak. Ia melepaskan kedua tangan Achazia yang berada di pundaknya itu. "Apa kau tahu dengan sacred gear?" Achazia menganggukan kepala kecil.

Sacred Gear ialah sebuah senjata yang diciptakan oleh Tuhan sendiri. Ia menyebarkan berbagai macam sacred gear ke dalam tubuh orang-orang terpilih sejak dilahirkan. Senjata ini bahkan mampu bisa membunuh Tuhan itu sendiri.

Di kehidupan sebelumnya, Achazia memang sangat menyukai anime ini. Sampai-sampai ia mencari tahu berbagai macam sacred gear yang sudah dipublikasikan dan belum. Ia menemukan sebuah situs, di mana terdapat novel tentang Highschool DxD walau belum terlalu lengkap.

Dan Achazia memiliki sebuah sacred gear di dalam tubuhnya. Ia masih belum mengetahui sacred gear apa miliknya itu. Masih menjadi suatu rahasia yang belum terpecahkan.

"Baiklah, aku tidak harus menjelaskan secara detail. Pemuda itu memiliki sacred gear berbentuk sarung tangan. Ia dapat memanipulasi berbagai macam elemen yang disentuhnya," jelas Reyna antusias. Kedua dadanya bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan lincah pemiliknya.

Achazia kembali fokus. Ia belum pernah mendengar informasi yang diberikan Reyna tentang sacred gear milik budaknya itu. Sepertinya ia harus bertemu langsung dengan pemuda tersebut.

Tiba-tiba bel berbunyi, menandakan bahwa jam istirahat telah usai. Semua murid termasuk guru kembali ke ruang masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.
.
.
.
.

Percakapan kembali berlanjut. Kali ini mereka berada di sebuah klub milik Alviro yang bernama klub kendo. Saat ini kondisi klub sedang kosong dikarenakan memang tidak ada jadwal.

"Kita lanjutkan pembicaraan tadi. Apa posisi budakmu itu?" tanya Achazia.

"Bidak Benteng," jawab Reyna cepat. Ia menunjukkan evil pieces miliknya yang hanya tersisa 14 bidak saja.

Achazia sudah menduga dan benar. Sacred gear jenis budak Reyna sang pemuda itu memiliki kemampuan dalam bidang pertahanan.

Evil Pieces atau disebut potongan jahat juga dikenal sebagai bidak Iblis, adalah seperangkat 15 bidak catur yang diberikan kepada Iblis kelas tinggi untuk meningkatkan peringkat mereka dengan mereinkarnasi makhluk lain menjadi Iblis.

Evil Pieces diciptakan oleh Ajuka Beelzebub menggunakan kristal yang tersedia di Pulau Agreas untuk membantu mengisi jumlah Iblis setelah Perang Besar yang menyebabkan kematian Iblis yang tak terhitung jumlahnya. Sementara banyak Iblis mampu beradaptasi dengan Evil Pieces.

Evil Pieces sendiri terdiri dari 16 bidak catur. Di mulai dari posisi tertinggi yaitu bidak King atau Raja. Biasanya bidak ini digunakan oleh Iblis kelas tinggi atau bangsawan yang menandakan dirinya adalah pemimpin di antara bidak-bidak lainnya.

Bidak Queen atau Ratu, posisi kedua setelah King. Posisi Ratu sangat diperlukan untuk mengimbangi kekuatan sang Raja. Bidak Ratu juga memiliki semua karakteristik Benteng, Ksatria dan Uskup.

Setelah itu, Bidak Rook atau Benteng. Bidak ini mendapatkan kekuatan manusia super, yang mengarah kepada serangan, pertahanan tinggi dan kekuatan yang kuat.

Bidak Knight atau Kstaria. Bidak ini memiliki kekuatan dan kecepatan. Hal ini termasuk dalam bidang menggunakan sebuah senjata seperti pedang dan lainnya.

Bidak Bishop atau Uskup. Bidak yang memiliki kemampuan biasanya dalam hal magis. Unsur sihir, mantera dan penyembuhan sangat dikuasai bidak ini. Ketiga bidak ini memiliki jumlah masing-masing dua.

Dan tersisa bidak Pawn atau Pion. Bidak yang memiliki kemampuan tempur dalam hal mempromosikan sebagai Ratu, Benteng, Kstaria maupun Uskup. Bidak ini juga memiliki jumlah sebanyak delapan.

Ada satu bidak spesial yaitu Mutation. Bidak ini memiliki sebuah kemampuan di luar nalar dan kekuatan khusus. Biasanya para Iblis tingkat atas ataupun bangsawan hanya akan mendapatkan satu bidak spesial ini.

Itulah penjelasan mengenai evil pieces dalam anime Highschool DxD yang dipakai. Evil pieces tak mudah didapatkan jika tak mencapai tingkat atas Iblis murni serta Iblis Reinkarnasi sekalipun.
.
.
.
.

Achazia dan Reyna masih berada di klub kendo. Keduanya terus berbincang dengan berbagai topik yang berbeda. Tiba-tiba terdengar suara ledakan cukup besar dari arah belakang sekolah.

"Kita ke sana!" seru Achazia. Kedua iblis muda itu menghilang di balik lingkaran sihir berwarna orange dan biru.

Di halaman belakang sekolah...

Kepulasan asap menutupi sebagian halaman belakang sekolah. Beberapa pohon terpotong menjadi dua sampai tiga bagian. Kawah berukuran kecil tercipta di mana-mana.

Seorang pemuda terlihat muncul di belakang sosok monster. Ia mengayunkan  pedang berwarna kehitaman ke arah monster tersebut. Monster berwujud seperti seekor banteng, namun ia bisa berdiri. Ukuran tubuhnya yang cukup besar kira-kira setinggi dua orang dewasa.

Tebasan itu berhasil mengenai punggung monster. Sang monster menjerit kesakitan. Ia mengayunkan lengan besarnya untuk menghantam tubuh pemuda itu.

Hanya dengan sebilah pedang mampu menahan pukulan itu, tetapi perlahan si pemuda mulai terdorong ke belakang. Si pemuda melakukan lompatan mundur sekitar 100 meter.

"Kau kuat juga monster," ucap pemuda itu.

Pedang si pemuda memancarkan aura kuat berwarna hitam. Ia mengayunkan pedang ke atas, pancaran aura kini berkumpul di ujung bilah pedang.

"Terimalah ini monster jelek!" seru Pemuda itu. Ia ayunkan cepat pedang miliknya. Terciptalah sebuah tebasan dengan aura hitam pekat.

Monster itu menatap penuh amarah. Ia menerjang tebasan dengan kedua tangan ia silangkan. Benturan keras pun terjadi, kepulan asap sedikit menutupi tubuh sang monster.

"Seles-,"

Bugh!

Tubuh si pemuda terpental kencang sampai menghancurkan beberapa pohon di belakang. Pemuda itu tertumpuk oleh batang pohon.

Lingkaran sihir berwarna orange dan biru muncul di sekitar area. Achazia dan Reyna langsung memasang sikap waspada. Mereka melihat satu monster di balik kepulan asap yang menghilang.

"Roaarr!!!"

"Itu ... Minotaurus!" seru Achazia.

Reyna mengeluarkan sihir es miliknya. Ia membuat sebuah tombak es. Ia lemparkan tombak es ke arah Minotaurus.

Minotaurus mengepalkan tangan kanan. Aura berwarna kuning terkumpul di sana. Hanya dengan satu pukulan, tombak es milik Reyna berhasil dihancurkan.

"Dia terlalu kuat," ucap Reyna.

Achazia akan mengeluarkan sekarang, namun terlihat sebuah tebasan pedang melintang ke arah sang monster. Minotaurus akan menahan serangan itu kembali.

"Serangan ini," gumam Achazia. Ia pun ikut andil dalam menyerang. Ia menciptakan dua bola api berukuran besar. Masing-masing tangan muncul dua bola api. Langsung ia lemparkan ke arah lawan.

Kedua serangan datang secara bersamaan. Bola-bola api berhasil menghentikan sejenak kegiatan Minotaurus untuk menahan serangan kedua.

Tebasan pedang melintang langsung menebas salah satu tangan monster. Lengan yang putus menyemburkan darah segar berwarna hitam.

Minotaurus meraung kesakitan. Suaranya sampai membuat burung-burung gagak berterbangan tak tentu arah.
.
.
.
.

Si pemuda berdiri di dekat ia terlempar. Beberapa luka serius terlihat di tubuhnya. Pedang miliknya masih ia genggam erat.

Achazia dan Reyna terkejut melihat sang pemuda. Mereka cukup mengenal wajah pemuda itu.

"Gen dan ... pedang Balmung," ujar Achazia.

Akhirnya sang pemuda sudah diketahui identitas aslinya. Ia adalah seorang murid SMA Kuoh, tepatnya teman sekelas dengan kedua iblis muda ini. Gen Siegfreid, nama lengkapnya.

Gen memiliki wajah rupawan dan rahang tegas. Beberapa otot bisep dan trisep terlihat menonjol. Rambut cokelatnya terurai berantakan dan iris mata berwarna hijau bening.

"Dua iblis muda ternyata ada di sini juga," ucap Gen tanpa mengalihkan pandangan pada lawannya Minotaurus.

Gen menerjang lurus ke depan. Ia mengayunkan kembali pedang Balmung miliknya. Ia akan menyelesaikan pertarungan ini.

Aura kehitaman berkilauan layaknya bayangan malam. Gen mengerahkan seluruh kekuatan dan energinya pada serangan terakhir.

Reyna dan Achazia tak mau hanya berdiam diri saja. Sekolah ini juga merupakan kawasan milik tiga pilar Iblis yaitu Gremory, Sitri dan Phenex. Jadi, tidak ada salahnya mereka membantu Gen untuk mengalahkan Minotaurus yang tengah mengacau di wilayah ini.

Achazia memunculkan empat sayap api di punggungnya. Ia terbang tak terlalu tinggi. Kedua tangan diangkat ke atas, lalu sebuah bola api besar tercipta di sana. Ia lemparkan bola api besar itu tepat di tempat Minotaurus berada.

Reyna meluncur dengan cepat menggunakan lintasan es yang ia buat. Pedang terbuat dari es ia ayunkan secara horizontal. Serangan terkuat ia kerahkan.

Bola api besar membungkus tubuh Minotaurus. Sensasi terbakar dirasakan olehnya, belum lagi sebuah tebasan es berhasil mengoyak perut miliknya. Dan serangan terakhir dari Gen berupa tebasan melintang seperti sebelumnya ia ayunkan cepat.

Tubuh Minotaurus terbelah menjadi dua bagian dan terjatuh. Api dari iblis Phenex membakar habis hingga tak menyisahkan sedikutpun. Hanya bekas abu tercetak di tanah.

Achazia turun ke bawah, empat pasang sayap apinya menghilang. Ia segera menghampiri Gen. Tiba-tiba tubuh Gen terjatuh akibat kelelahan dan luka serius yang ia derita. Bercak darah membekas di pakaian yang Gen kenakan.

"Selesai juga," ucap Gen lemas.

Sebuah kursi terbuat dari es muncul di belakang tubuh Gen hingga pemuda itu tak terjatuh ke tanah. Reyna datang dengan senyum tipis menghiasi bibir manisnya.

"Kau harus segera diobati, lukamu cukup parah," ucap Achazia cemas. Ia pun mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna orange. Ia langsung memberikan kepada Gen.

"Ini pasti air mata Phenex," balas Gen lemas. Wajahnya semakin pucat akibat kekurangan darah. Achazia hanya menganggunkan kepala kecil sebagai jawaban 'iya'.

Gen langsung membuka botol itu dan meminuman hingga habis. Gen sedikit menjerit kesakitan, namun perlahan luka-luka di tubuhnya mulai tertutup.

Reyna menghela napas lega. Ia melirik ke arah teman kecilnya itu. Ia memiliki insting yang kuat sebagai seorang wanita bahwa Achazia ingin pemuda itu bergabung menjadi budaknya.

Gen mencoba untuk berdiri. Pedang Balmung miliknya sudah lama menghilang. Senjata milik Gen merupakan salah satu sacred gear. Sebelumnya, pedang itu dimiliki oleh pahlawan legendaris bernama Siegfreid. Sama seperti nama belakang Gen yang berarti ia adalah penerus atau bagian dari keluarga itu.

(Sacred Gear : Balmung, Dragon Slaying Sword)

Sacred gear ini secara turun menurun akan diwariskan kepada penerusnya dan dia adalah Gen Siegfreid. Konon katanya pedang ini mampu mengalahkan seekor naga bernama Fenfir.

Achazia juga baru mengetahui fakta itu setelah dijelaskan sedikit oleh pemiliknya. Terlihat dari ekspresi wajahnya bahwa ia semakin menginginkan Gen masuk ke dalam budaknya. Selain impian membuat harem, Achazia juga berencana untuk mengumpulkan pengguna sacred gear ke dalam kelompoknya.

Ketiga pemuda itu memutuskan untuk pergi ke ruang UKS. Walau luka-luka Gen telah tertutupi, tetapi ia harus diberikan penolongan serta obat untuk menambah stamina.

Setelah kepergian mereka, seseorang bertopeng mengawasi kejadian dari awal hingga berakhir. Orang itu tersenyum tipis di balik topeng, lalu menghilang.

"Bersambung"

(Sabtu, 14 November 2020)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro