C: Change |3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sekiranya terlampau sebulan kita berhubungan. Pria yang kusamakan dengan kucing hitam ini benar-benar membuatku jatuh luluh di dalam kolam cintanya. Tidak ada sifat buruk atau pun perlakuan buruk darinya padaku. 

Jaminan hidup jika aku sudah bersamanya. 

Tapi, hari ini aku begitu terkejut saat bertemu dengan teman masa kecil Keisuke. Pria itu berkata banyak hal tentang sifat Keisuke yang berbanding terbalik dengan yang aku ketahui dan aku alami. Ya memang, sifat yang dia jelaskan pas dengan tampang Keisuke tanpa kacamata atau kuncir kuda. Tapi, aku jauh lebih percaya pada Keisuke dibandingkan dirinya. 

"Kau ini, sebegitu tidak percayanya kah kau padaku?" ujar pria berambut kuning buceri itu. Wajahnya terlihat sedikit putus asa saat aku menggeleng. 

"Bagaimana aku bisa percaya? Aku lebih dulu mengenal Keisuke dibanding dirimu." 

Kepala pria itu dipegang kedua sisinya, lalu menggeleng seperti orang yang sedang membereskan susunan kepala yang sempat terpendar. "Haduh-haduh," eluhnya. "Kalau begitu kau harus bersembunyi di balik pintu toilet saat mendengar Baji datang," usulnya. 

"Maksudmu? Kau suka sekali, ya, menjatuhkan citra sahabatmu sendiri?" 

Lagi pria itu menggeleng. "Bukan begitu, Nona cantik. Maksudku adalah, agar kau tidak terkejut jika melihat Baji mengamuk." 

Kulirik dia sedikit tajam. "Alasan," tukasku cepat padanya. 

"Sudah, sembunyi saja di balik meja bar jika Keisuke datang dari toilet," nadanya kali ini terdengar serius dan terencana. Entah apa yang dia susun untuk kedepannya, tapi naluriku menyuruh untuk mengikuti perintah pria bertatto bonten ini. 

Tepat saat kudengar langkah kaki Keisuke dari lorong toilet, segera dia mendorongku masuk dan menyelundup di bawah meja. 

"Kemana pacarku, Mikey?" biar kutebak, Keisuke pasti bertanya pada pria yang merencanakan ide tidak jelas ini. 

 B R U A K . . .

Astagah, apa itu. Tidak lama saat Keisuke bertanya, bunyi tendangan gila terdengar begitu menyakitkan. 

"Brengsek kau, Sano!" pekik Keisuke. 

Kenapa? Apa yang pria itu lakukan pada Keisuke. Kakiku gemetar, tungkak-ku bahkan sudah begitu lemas saat Keisuke mengerang kesakitan. Bertumpu pada kursi putar bundar tanpa sandaran, aku berdiri menyaksikan apa yang mereka lakukan berdua. 

Dan, aku sedikit kesal dan menyesal menyaksikannya. 

Keisuke, sebagai korban, menghimpit kedua tangannya di selangka. Jelas sekali apa yang pria bernama Manjiro lakukan pada Keisuke. Menendang miliknya. 

"Pecah tidak, ya."

Wajah itu. Wajah baby face yang santai dan songong itu, ingin sekali kutonjok saat dia berujar seolah tidak menendang kekasihku barusan. 

Lalu tidak berlangsung lama, Keisuke kembali bangkit. Rambut panjang hitam legamnya tetiba saja berdiri dan mengeluarkan warna merah api. Tendangan. Pukulan. Tamparan. Atau bahkan jambakan Keisuke hujami pada pria berambut kuning itu. Tapi hanya sedikit yang berhasil mengenainya. 

"Ahaha. Hanya itu saja kemampuanmu?" 

Gila. Memang gila dan tidak waras pria berambut kuning ini. Tahu begini aku tidak mau mengikuti rencana tidak tercernanya. Kuakui dia berhasil membuat Keisuke mengamuk, tapi kuwajari juga. Wajar jika Keisuke mengamuk, Manjiro itu menendang milik pacarku . 

"KEMARI SINI, KAU!!" teriak Keisuke pada Manjiro yang berlari menjauhinya. Tidak mau kalah dan diungguli, dua kursi bar sekaligus dia lempar pada Manjiro.

Satu berhasil mengenai pria itu. 

Mampus. 

Aku geram. Dan tidak lama geramku terbalaskan oleh Keisuke yang berhasil menjatuh pria tidak tahu diuntung itu. 

Dan kurasa Keisuke juga tidak menyadari keberadaanku di belakangnya yang sedari tadi menyaksikan apa yang mereka lakukan. 

"Sini kau! Biar kubunuh kau!" Dengan cepat Keisuke hampiri dan piting kepala Manjiro di lantai. 

Sedikit kwalahan tidak bisa menghirup udara banyak-banyak, Manjiro menepuki lengan Keisuke yang memiting lehernya. "Baji ... Baji ... pacarmu melihat ..." ucapnya serak. 

Nyalang Keisuke menatapku cepat. Dan segera dia lepaskan pitingan leher temannya itu. Berdiri menghampiriku dan membungkukkan tubuhnya begitu tunduk. 

"Maaf, lain kali aku akan menjaga sikapku," ucapnya seolah seorang abdi negara yang sedang berbicara dengan orang yang jabatannya lebih tinggi darinya.

Aku menghempaskan tanganku di udara beberapakali. "Tidak. Tidak masalah."

Keisuke menegakkan tubuhnya, menarik tanganku dan menggenggamnya. "Keisuke tidak mau membuatmu kecewa." 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro