Piece Of Puzzle | Part 2 - Perceval

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

** Happy Reading **

Hotel Ritz, Paris, France - 08.30 AM

"Bonjour (1) ...." Perceval tersenyum saat wanita di sampingnya perlahan membuka mata.

"Jam berapa sekarang?" tanya Alexa dengan suara parau. Ia mengucek matanya pelan, berharap pandangannya bisa sedikit lebih jelas. Yang bisa ia lihat saat ini, hanyalah kamar bernuansa putih.

"Hampir jam 9 pagi." Perceval menyesap kopinya kemudian menaruhnya kembali di atas nakas.

Alexa langsung terduduk, sesaat kemudian memukul dada Perceval sebelum akhirnya berkata dengan panik. "Mengapa kau tak membangunkanku, Percy?! Aku ada pemotretan jam 10!" Alexa merangkak keluar dari ranjang lalu melangkah ke kamar mandi dengan sedikit terburu-buru, tetapi langkahnya terhenti seakan mengingat sesuatu. "Lagipula, bukankah kau ada rapat siang ini?" Alexa menoleh sebelum melangkah kembali ke kamar mandi dan menutup pintu.

Perceval mendengus. "Biarkan mereka menunggu. Aku malas kalau harus menunggu mereka, para pekerja rendahan!"

Perceval membuka smartphone-nya. Ada beberapa pesan dari assistennya, Lucas. Tanpa harus membukanya satu persatu, ia sudah tau apa isi pesan itu. Ia memang tak suka terlambat, tetapi ia lebih tak suka jika pegawainya itu yang sering terlambat. Padahal jabatan mereka bukan sembarangan. Ada kepala cabang, General Manager, Excecutive Chef, jabatan yang notabene lebih rendah dari posisinya. Namun, dengan berani para pegawai rendahan itu membuang-buang waktunya yang berharga dibandingkan hidup mereka yang tak ada apa-apanya.

"Bébé (2), apa yang sedang kau pikirkan?"

Lamunan Perceval terpecah saat Alexa dengan lembut memeluk pinggangnya. Gadis itu sudah berganti baju dengan baju hangat rupanya.

Perceval tersenyum tipis saat kekasihnya semakin mengeratkan pelukannya, mengecup lehernya pelan, membuat Perceval mengembuskan napas berat.

"Jangan mulai," Perceval mencium pucuk kepala Alexa pelan, "aku tak ingin kau terlambat. Apa kau memang ingin di tempat tidur seharian bersamaku?" Perceval tersenyum menggoda. Ia mencium kembali kepala Alexa dan melepas pelukannya. Melangkah keluar dari ranjang, menuju kamar mandi.

Alexa melihat Perceval melangkah dengan tatapan kesal. Ia ingin sedikit menggodanya, tetapi lelaki itu malah menghindarinya. Alexa tersenyum penuh arti.

Perceval tersentak, saat Alexa memeluknya dari belakang.

"Aku ingin kau mengantarku ke tempat pemotretan, Percy."

Perceval tersenyum tipis. Ia hafal betul tabiat kekasihnya ini. Jika manjanya itu sudah keluar, ia pasti menginginkan sesuatu. "Tentu, Lexi. Aku pasti akan mengantarmu, tapi lepaskan dulu. Aku harus mandi. Badanku lengket."

Sedikit merengut tak rela, tetapi akhirnya Alexa melepas pelukannya. Ia hanya bisa melihat punggung Perceval yang hilang di balik pintu kamar mandi.

Alexa menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tiba-tiba handphone Perceval berdering, mengalihkannya dari lamunan. Ia mengerutkan kening saat nama Père (3) muncul di layar smartphone kekasihnya.

"Percy, ayahmu menelepon."

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, membuat Perceval yang sedang membasuh muka menyernyit bingung saat nama ayahnya keluar dari mulut Alexa.

Kening Perceval mengerut. Dengan segera ia melilitkan handuk di pinggangnya dan membuka pintu. Alexa sudah berdiri sambil memegang ponsel yang terus saja berdering.

Perceval berdecak kesal, sebelum akhirnya menerima smartphone dari tangan Alexa.

"Ya, Ayah?"

Perceval mengernyit.

"Ke rumah? Ada apa?"

Hening kemudian.

"Baiklah. Aku akan mengantar Alexa terlebih dulu, setelah itu langsung ke rumah sebelum rapat dimulai." Perceval melirik ke arah Alexa, lalu tersenyum tipis.

"Iya, aku tau. Baiklah."

Alexa memberikan baju Perceval yang ia kenakan semalam, kemudian bertanya karena penasaran.

"Ada apa?"

Perceval menggeleng bingung. "Entahlah. Ayah bilang ada yang ingin dia bicarakan denganku." Ia mulai memakai celana dan kemeja, lengannya ia gulung hingga ke siku.

"Kau sudah siap, kan? Ayo kita pergi."

Perceval menggenggam tangan Alexa dan menariknya pelan. Gadis itu melingkarkan tangan kanannya ke tangan kiri Perceval, membuat posisinya sangat nyaman.

Perceval, laki-laki keturunan Prancis yang harus kehilangan ibunya saat ia berumur 15 tahun. Tak banyak orang yang tau, laki-laki arogan ini adalah laki-laki yang sangat lembut jika kepada kekasihnya.

"Hei! Menyingkir dari mobilku!" teriak Perceval marah saat ia baru saja menerima kunci dari petugas vallet. Alexa menoleh.

Seorang petugas hotel yang sedang membawa koper hampir saja menyenggol mobil kekasihnya--mobil Bugatti Chiron yang baru saja dibeli dua hari yang lalu--tolong garis bawahi, hampir. Lihatlah laki-laki itu, dia pasti akan berkata.

"Apa kau tak tahu berapa harga mobil itu?! Bahkan seumur hidup kau bekerja di sini pun, gajimu tak akan pernah cukup untuk membayar biaya perbaikannya!"

Perceval mencengkeram kerah baju petugas tersebut, sesaat setelah ia melepas genggaman Alexa. Petugas itu terlihat sangat ketakutan.

"Maafkan kami, Monsieur (4) Bennett. Sebagai gantinya, kami akan memberikan gratis menginap selama satu tahun untuk anda." Tiba-tiba sang manajer datang entah darimana.

"Hanya itu?" Perceval menoleh tak suka.

Alexa menghela napas lelah. Ia berdecak pelan. "Sudahlah, Percy. Kau mau mengantarku atau tidak? Kalau kau masih mau di sini, lebih baik aku memanggil taxi!" Alexa melangkah dengan kesal.

Perceval menggeram marah. Sikap moody kekasihnya mulai keluar dan ia tak akan suka jika kekasihnya itu marah padanya. Dengan kasar ia melepaskan kerah pegawai tersebut dan langsung menarik tangan Alexa. "Tentu saja aku akan mengantarmu, Lexi." Perceval mengecup dahi Alexa kemudian mengelus pipinya lembut.

Alexa hanya bisa tersenyum saat Perceval dengan gentle membukakan pintu untuknya.

(1) : Selamat pagi
(2) : Sayang
(3) : Ayah
(4) : Tuan

** If you like this story, please vote, comment & share to your friend **

** Thank You ** 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro