Pencarianku

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hendra pov

Berulang kali aku mondar-mandir di dalam kamar kosku selama aku bertugas di sini hingga Fauzian tertangkap. Ya, dia kabur ke sini hingga aku sementara waktu aku harus pindah tugas di sini dan berkoordinasi dengan kepolisian di sini.

Apa aku senang dengan semua ini? Mungkin jika dalam keadaan normal, Diona baik-baik saja aku akan senang sangat senang. Tapi sekarang, aku tak bisa senang maupun tenang dalam keadaan yang benar-benar berbahaya bagi Diona.

Aku terus saja mencoba menghubungi siapa saja yang bisa membantuku untuk menemukan Diona. Aku sangat khawatir dengan keselamatannya. Tapi entah kenapa tak ada satu pun yang dapat menolongku.

Tik tik tik

Jam berjalan serasa sangat lambat hingga hari tak segera berganti dengan pagi. Kuambik jaket kulit yang bertengger di atas kursi dan segera mengenakannya. Aku tak dapat terus berdiam diri walau hanya tinggal 2 jam lagi jam akan menunjukkan pukul 07.00 dan aku dapat berkoordinasi dengan kepolisian.

"Mau kemana Hen?" tanya Wilman saat aku berjalan di depan kamar kosnya.

Ya, aku memang kos di tempat yang sama dengan tempat kos Wilman. Tidak, di sini bukan hanya ada Wilman tapi juga ada polisi yang lainnya.

"Cari Diona," jawabku singkat.

"Ini masih jam 5 subuh Hen, kamu mau cari kemana?"

"Kemana saja yang penting aku dapat menemukannya,"

"Sabarlah Hen, tunggu sampai jam 7 dan kita koordinasi sama sat-reskrim,"

"Aku tak ingin membuang waktu,"

"Ya sudah aku ikut, sebentar aku ganti baju,"

Akhirnya terpaksa aku duduk di depan kamar kos Wilman. Aku menunggunya berganti pakaian untuk bersama-sama mencari Diona.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Wilman keluar dari kamarnya dan telah berpakaian Dinas. Dia memang seorang polantas hingga mengharuskannya untuk selalu berpakaian dinas saat berdinas, beda denganku.

"Ayo," kataku padanya sambil berjalan menuju pelataran parkir.

Beberapa pasang mata yang sedang berada di luar kamar kos menatap aneh pada kami. Aku mengerti karena ini baru jam 5 dan Wilman sudah mulai berangkat kerja sedang tidak ada jadwal razia pagi ini.

Aku tak menghiraukan semua pandangan itu, yang aku pedulikan hanya Diona. Aku harus dapat menemukannya secepat mungkin.

"Yang ada hutan di sebelah mana?" tanyaku ketika sudah berada di balik kemudi.

"Apa?"

"Di sini yang ada hutan dimana Wil?"

"Untuk apa ke hutan?"

"Apa kamu tidak belajar dari pengalaman sebelumnya kalau mereka selalu berada di sekitar hutan,"

"Di sini gak ada hutan Hen,"

Shit...sekarang aku harus mencari Diona kemana? Aku hanya tahu bahwa mereka biasa hidup di sekitar hutan. Dan tentu saja di sana...

Aku segera menjalankan mobilku dengan kecepatan tinggi. Aku sungguh tak peduli dengan teriakan-teriakan Wilman yang mulai ketakutan karena aku menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi.

"Hen, sadar Hen!" teriak Wilman yang duduk di kursi penumpang yang ada di sebelahku.

Aku tak menghiraukannya karna dalam pikiranku hanya ada Diona dan Diona. Aku akan sangat merasa bersalah jika sesuatu terjadi padanya.

The front pages are your pictures,
They make you look so small,
How could someone not miss you at all?

(Oh-ah-oh)

I never would mistreat ya,
Oh I'm not a criminal,
I speak a different language but I still hear your call.

Diana,
Let me be the one to light a fire inside you child,
You could love me, you don't even know me,
But I can feel you crying,
Diana,
Let me be the one to lift your heart up and save your life,
I don't think you even realize baby you'll be saving mine.

Diana

It's only been four months but,
You've fallen down so far,
How could someone mislead you at all?

Alunan lagu Diana by Obe Direction mempu membuatku menepikan mobil dan langsung mengangkat telpon.

"Hallo," kataku.

"Hallo Bapak Hendra yang terhormat, masih ingat saya?" kata orang di seberang sana.

Dia...walau aku hanya mendengar suaranya beberapa kali, tapi aku sangat tahu suara itu milik Fauzian.

"Mana Diona?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Owh...jadi ternyata kamu sudah tahu kalau aku yang menculik Diona,"

"Dimana Diona?"

"Sabar Pak Hendra, kita belum bernegosiasi,"

"Maumu apa?"

"Simple, aku cuma mau bundaku,"

"Bun...," aku belum selesai bicara tapi dia sudah menutup telponnya.

"Shit...," umpatku sambil memukul stir mobil.

"Ada apa Hen?" tanya Wilman.

"Dia telpon dan minta barter sma bundanya,"

"Bunda?"

Kulihat Wilman mengerutkan keningnya terlihat berpikir siapa yang dimaksud penculik itu. Bukan hanya Wilman yang berpikir tapi aku juga.

Bunda...bunda...Diona sering mengatakannya saat dia mencari Wilman. Saat aku bertemu dengannya dan dia masih menangis.

"Kita ke kantor sekarang," kataku pada Wilman.

"Ada apa Hen?"

"Kita harus ke kantor sekarang,"

Kembali aku menjalankan mobilku dengan kecepatan kencang. Aku tak ingin sedetik pun kehilangan waktu untuk menolong Diona.

Wilman terlihat berpegangan dengan sangat erat seolah takut tubuhnya akan terbanting karena kecepatan mobil yang aku bawa.

"Pelan kenapa Hen?" lagi, Wilman protes untuk yang ke sekian kalinya tapi aku tak menghiraukannya.

Jalanan pagi yang masih lengang mempermudahku untuk menjalankan kuda besiku ini dengan kecepatan tinggi.

Ciiiittt

Suara ban mobil berdecit bergesekan dengan aspal. Aku dan Wilman telah sampai di depan POLRES. Aku segera turun dan berlari masuk ke dalam menuju sat-reskrim.

Tapi di dalam belum ada siapa pun, karena hari memang terlalu pagi. "Belum ada orang Hen, lihat tu baru jam 6," kata Wilman.

Lagi aku tak menghiraukan Wilman. Aku langsung kembali masuk ke dalam mobil dan kembali menjalankannya dengan kecepatan tinggi.

Aku harus menemukanmu sekarang Di!

Kujalankan mobil menuju pinggiran kota, berharap jika aku akan menemukan dia di sana. Aku mencoba mencarinya dari pengalaman-pengalamanku menghadapi mereka.

Saat Dioba KKN, mereka berada di perkampuangan yang dekat dengan hutan pinus. Dan saat di kota sebelah, mereka berada di sebuah hotel yang memiliki ruang bawah tanah dan berdekatan dengan hutan.

Wilman memang mengatakan bahwa di sini tak ada hutan, tapi setidaknya di sini ada rumah atau bangunan yang memiliki ruang bawah tanah.

Ruang bawah tanah, itu artinya rumah-rumah berdesain kuno. Rumah-rumah peninggalan zaman penajajahan Belanda atau Jepang.

Aku terus menyusuri jalanan pinggir kota yang perlahan mulai ramai karena sudah mulai banyak orang yang beraktivitas. Sejauh ini aku belum dapat menemukan rumah berdesain kuno. Semua rumah sudah menjadi rumah-rumah modern yang mewah dan besar.

Besar...ya, di sana, di sana Diona berada.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro