🥀Fall in love 🥀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~ Sepotong hati dalam bentuk rasa yang Allah titipkan belum tentu terjaga dan saling melengkapi jika lafaz akad belum terucap oleh lisan ~

****
Pilihan Zahra by Galuch Fema

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pagi ini, Rayhan berangkat ke kantor dengan wajah berseri-seri setelah pertemuan semalam dengan seorang perempuan yang sudah mengisi hatinya.

Tak biasanya ia memberi salam kepada karyawan yang ia temui selama menuju ruangannya. Alhasil semua karyawan hampir tak percaya. Bos yang dikenal angkuh, dingin, pendiam dan jarang bertegur sapa paling hanya kepada orang-orang tertentu yang memiliki pangkat di sini.

Bicara dengan karyawan biasa paling hanya untuk kepentingan pekerjaan saja. Banyak karyawan yang  terpana mendapat ucapan salam dari bosnya.

Termasuk Anggi—staff keuangan yang hampir pingsan ketika disapa oleh pimpinannya. Ia kemudian menghampiri Anita—teman bagian resepsionis yang sudah sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu kenapa lari-lari? Seperti habis lihat hantu saja," ucap Anita yang tengah sibuk menyiapkan beberapa buku tamu di meja kerjanya.

"Itu itu bos kita, tumben banget sapa aku. Jantung sudah hampir lepas saja. Senyumannya itu loh?" ucap Anggi sambil memegang dadanya.

"Iya barusan sama aku juga. Mimpi apa aku semalam, pagi-pagi sudah dapat perhatian dari Pak Rayhan. Biasanya juga kalau lewat selalu cuek. Jangankan disapa, dilirik pun tidak."

"Kenapa itu orang kok tiba-tiba berubah drastis. Seperti orang habis kesambet setan saja."

"Eh, pagi-pagi sudah ngomongin setan saja! Siapa yang habis lihat setan?" tanya Ryan yang baru saja datang di lobi terus mendengar percakapan kedua rekannya.

"Bos kamu itu, tumben pagi-pagi semua karyawan disapa satu-satu. Yang ada semua pada heran. Bukannya pada menjawab salam Pak bos, malah pada bengong. Tahu sendiri mana pernah Pak Rayhan sapa kita satu persatu? Dilirik saja tidak. Itu Anggi saja sampai mau pingsan disapa sama Pak Bos."

"Yakin? Tidak bohong kan?" tanya Ryan heran. Dirinya sangat paham sifat dan kepribadian bos sekaligus sahabatnya.

"Masuk saja ke ruangannya dan lihat sendiri. Takutnya bos lagi mabuk, makanya hari ini aneh banget."

"Hush segalaknya Rayhan tidak bakalan minum-minuman keras tau," elak Ryan merasa tidak suka tuduhan bawahannya.

"Ya bisa saja. Kadang kan orang mabuk suka bertingkah aneh," kata Anita membela diri.

"Menurut aku Pak Rayhan tidak pernah mabuk deh. Salatnya saja rajin, dengar azan saja langsung ke mushola. Sepertinya....?"

Anggi sengaja menghentikan bicaranya sehingga membuat rekan kerjanya saling menatap satu sama lain.

"Sepertinya apa?" tanya Ryan dan Anita bersamaan.

"Sepertinya....?" Ulang Anggi sehingga membuat kedua temannya geregetan

"Sepertinya apa, Anggi?" sahut Ryan dan Anita dengan intonasi yang lebih keras, sehingga membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah mereka bertiga.

"JATUH CINTA."

Ryan dan Anita bersamaan tepuk jidat di kening masing-masing,  sedangkan Anggi cengengesan merasa tak bersalah walaupun ia barusan mendapatkan tatapan tajam dari kedua rekannya.

Ryan pun langsung melangkah menuju ke ruangan Rayhan. Sebelum masuk, ia mengetuk pintu dahulu karena Rayhan paling tidak suka orang masuk ke ruangannya tanpa salam terlebih dahulu, walaupun itu sahabat sendiri.

"Pagi, Pak Rayhan,"sapa Ryan lirih.

Sepertinya ucapan Ryan tak digubris karena kedua netra Ryan melihat sosok Rayhan tengah senyum-senyum sendiri sambil terus memutar kanan kiri tempat duduk kebesarannya.

"SELAMAT PAGI PAK RAYHAN?" sapa Ryan, lebih tepatnya berteriak sehingga pemilik nama yang merasa di panggil tersentak kaget dan loncat dari kursi kerjanya.

"Eh kamu, kirain siapa?"

"Yee, pagi-pagi sudah melamun saja," sindir Ryan sambil mengeluarkan beberapa dokumen dari tasnya.

"Terima kasih ya, nih kunci motornya," kata Rayhan sambil menyerahkan kunci motor sambil tersenyum.

Ryan tampak bingung dengan raut muka sahabatnya, biasanya laki-laki ini paling tidak suka kalau mobil dipakai kencan oleh dirinya. Pasti besok paginya, Rayhan bakalan cemberut dan marah-marah. Pernah saking marahnya, kunci motor miliknya dibuang di tempat sampah ruangan ini. Namun tidak dengan hari ini, wajahnya terlihat sangat bahagia.

"Benar yang dikatakan Anita sama Anggi di depan. Ada yang tidak beres."

Ryan terus mengamati wajah di depan, terlihat cerah dan bahagia seperti habis menang undian.

"Kamu habis kesambet setan mana?" tanya Ryan dengan hati-hati karena kucing yang sekarang di depan bisa menjelma menjadi singa kapan saja.

"Mana ada setan pagi-pagi. Kamu kali setannya?" ucap Rayhan sambil tertawa terbahak-bahak.

"Mana ada setan seganteng aku!" pekik Ryan sambil melemparkan buku telepon ke arah Rayhan. Dan dengan sigap Rayhan menangkap buku tersebut.

"Itu satu kantor pada heran lihat kamu. Biasanya kamu seperti kulkas berjalan, sekarang senyum-senyum sama semua orang. Untung saja orang satu kantor tidak pingsan."

"Apaan sih kamu," sahut Rayhan sambil tertawa ringan.

"Kamu habis ketemu sama siapa sih? Kelihatannya bahagia banget."

"Ketemu sama perempuan," jawab Rayhan enteng.

"Yakin? Dari dulu kamu ketemu perempuan, juga diam saja. Di perusahaan ini juga banyak cewek cantik tetapi kamu tidak pernah tertarik. Belum sekretaris kolega kamu yang pakaiannya nempel sama body dan kamu sama sekali tidak pernah tertarik. Kamu masih normal kan, Ray?"

"Ngaco. Aku tidak suka perempuan yang seperti itu," umpat Rayhan dengan wajah yang berubah kesal.

"Lah terus yang kaya apaan? Kaya setan?"

"Hust!"

Rayhan melemparkan buku telepon yang tadi. Dan sasarannya tertuju pada wajah Ryan tetapi lebih tepatnya buku itu mengenai jerawat Ryan.

"RAYHAN, JERAWAT AKU MELEDAK!" pekik Ryan sambil marah-marah tak jelas. Ia langsung berdiri dan menyambar tisu di atas meja Rayhan kemudian berdiri di depan kaca dekat wastafel.

"Gila kamu Ray, kejam banget sama bawahan," umpat Ryan semakin kesal melihat benda ajaib di wajahnya yang sekarang sudah memerah karena luka.

"Lagian kamu bicara setan-setan terus?" ucap Rayhan sambil menatap Ryan yang masih sibuk dengan wajahnya.

"Ya sudah, mana aku lihat foto perempuan yang sudah berhasil meluluhkan hati kamu!"pekik Ryan penasaran.

"Mampus kenapa aku tidak minta nomor teleponnya!" pekik Rayhan sambil menepuk kepala karena menyadari kebodohannya.

"Aneh." Ryan segera meninggalkan ruangan sahabatnya takut ketularan menjadi aneh.

"Tidak apa- apa yang penting aku tahu rumahnya," ucap Rayhan sendiri sambil tersenyum mengingat kejadian semalam.

"Zahra."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro