🥀Rasa yang tiba-tiba hadir🥀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~ Ingatlah, jika nama yang sekarang sedang ada di hati  tidak sama dengan nama yang tertulis di Lauhul Mahfudz, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali Allah berkehendak~

🌿🌿🌿🌿

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 

Rayhan hanya bisa tersenyum-senyum menatap motor yang sedang ia dorong. Seumur hidup ia tidak bisa menyangka melakukan hal bodoh seperti ini. Jika bukan karena belas kasihan kepada Ryan — sahabatnya, ia mungkin tidak akan melakukan seperti ini. Merelakan mobil yang tadi dipakai kepada Ryan untuk kencan bersama kekasihnya. Sedangkan dirinya hanya memakai motor matic biasa.

Ternyata rasa ikhlas berbuah manis, malam ini bisa dipertemukan lagi dengan seseorang di masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam suatu ketidaksengajaan.

Ia menghentikan motor, bukan karena lelah tetapi untuk memastikan jika ini bukanlah mimpi semata. Salah satu tangannya mencubit kulitnya. Ternyata sakit, ia mengaduh sendirian. Rayhan sedang tidak bermimpi jika telah bertemu dengan perempuan itu, lagi.

Rayhan sendiri belum bisa menyadari jika dirinya menolong perempuan itu benar-benar dari hatinya atau sebuah hati yang menginginkan lebih.

Sebuah senyuman tercetak di wajah yang masih tertutup oleh helm. Ada sebuah ide yang terlintas dalam pikiran laki-laki itu.

꧁༺PZ༻꧂

Hati Zahra mulai bimbang selama naik motor. Untung saja jalanan masih sepi.

"Maksud orang tadi apa ya? Apa betul -betul tulus menolong,  atau ada maksud lain? Astaghfirullahal'adzim kenapa suudzon sama orang itu?" Batin perempuan itu terus bertanya-tanya.

Pandangan perempuan itu tertuju pada sekelompok orang di pinggir jalan. Mereka sedang tertawa terbahak-bahak dan di tangan mereka terdapat sebotol minuman air keras. Bahkan diantara mereka ada yang menari-nari di tengah jalan. Untung jalanan sedang dalam keadaan sepi. Zahra jadi teringat ucapan  laki-laki barusan. Jika tidak ada yang menolong dirinya, ia tidak tahu nasibnya jika harus berhadapan dengan preman itu.

Tidak lama kemudian, Zahra  sampai dipertigaan jalan depan. Hati perempuan itu berbunga-bunga ketika melihat tempat yang dituju masih buka. Ia melihat seorang laki-laki paruh baya sedang menikmati cerutu untuk menghangatkan badan di tengah malam.

Keberuntungan masih berpihak pada Zahra, bapak pemilik bengkel masih mau memperbaiki motor miliknya. Awal pertama Bapak tersebut melihat Zahra dengan janggal karena motor yang dinaiki perempuan itu seperti tidak ada masalah.

"Tumben Pak, masih buka padahal jalanan sudah sangat sepi?" tanya Zahra kepada Bapak itu untuk mengusir rasa sepi.

"Itung-itung bantu orang yang lagi susah, Mbak," sahut paruh baya yang sedang meletakkan sisa cerutu yang tinggal sedikit.

Zahra menunduk, ia sangat malu dengan jawabannya telak laki-laki tua itu. Bagaimana tidak, dirinya yang baru pernah pulang larut malam seperti ini sedari di perjalanan selalu mengeluh.

"Ya Allah maafkanlah hamba ini  yang tak pernah bersyukur."

Zahra meminta izin untuk membeli minuman di minimarket depan. Semakin berdekatan dengan laki-laki paruh baya tersebut, dirinya semakin menciut tatkala pandangannya tertuju pada salah satu tangan beliau memegang sebuah tasbih kecil.

Saat menyusuri trotoar menuju minimarket, ingatan Zahra kembali lagi pada laki-laki yang sedang mendorong motornya. Pertemuan pertama, ada sedikit drama karena mengira laki-laki itu akan berbuat jahat kepada dirinya.

🌿🌿🌿🌿

Keringat bercucuran membasahi kemeja yang sedang dipakai. Jaket yang ia kenakan hanya menambahkan gerah saja. Lumayan juga malam-malam olahraga seperti ini, sebuah senyuman kembali muncul ketika mengingat perempuan itu lagi dan lagi.

"Astaghfirullahal'adzim. Kenapa aku jadi seperti ini?" tanya Rayhan dalam hati.

Akhirnya sampai juga di tempat yang dituju. Ia menghela napas panjang, pandangannya mencari sosok yang selalu menari-nari di ingatannya setelah pertemuan pertama. Namun sayang, ia tidak menemukan sosok itu. Yang ada sepeda motor milik Ryan yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Ada semburat rasa kecewa dalam hati Rayhan.

"Assalamualaikum. Pak, mau tambal ban motor," ucap Rayhan dengan lesu.

"Wa'alaikumsalam. Eh, Pak Rayhan, kirain siapa? Pak Rayhan bareng sama perempuan tadi bukan?" Laki-laki tua sedikit membungkuk badan ke arah Rayhan karena ia paham yang sedang dihadapinya.

"Iya Pak. Sekarang dia ada di mana?" tanya Rayhan dengan lirih.

"Tadi pami mau membeli minuman buat Pak Rayhan. Eh itu dia datang," kata Bapak pemilik bengkel sambil menunjuk perempuan yang tengah membawa kantung kresek putih berlogo lambang minimarket.

Rayhan sangat antusias melihat seorang yang sedang ia harapkan. Ia melihat perempuan itu tengah berjala ke arahnya. Wajahnya yang manis walaupun di kegelapan malam membuat jantung Rayhan berdetak lebih kencang. Ia melihat ujung kerudung yang tiba-tiba bergerak tertiup angin malam, buru-buru perempuan itu merapikan kerudungnya. Dan sekarang, posisi mereka berhadapan.

"Eh, sudah sampai. Ini minumannya," ucap Zahra dengan canggung sambil menyerahkan botol air mineral kepada laki-laki itu. Zahra tak berani menatap wajah tersebut walaupun kaca helm sudah terbuka sedikit.

"Pegang dahulu sebentar! Mau lepasin jaket sama helm,"  ucap laki-laki itu sambil melepas jaket dan helm secara perlahan-lahan.

Zahra terpana kaget melihat laki laki yang menolongnya.  Ternyata masih muda sepantaran dirinya. Tampang wajahnya juga lumayan. Kulitnya sawo matang dan dia juga memakai kaca mata.

Karena terlalu lama mengamati laki-laki yang ada di hadapannya secara detail,  Zahra tidak menyadari jija laki-laki itu sedang mendekati dirinya.

"Mana minumanku?  Kok melamun?" tanya Rayhan sambil tersenyum.

"Eh ini maaf," kata Zahra buru- buru memberikan botol yang dipegang.

Suasana jadi semakin canggung. Dalam hatinya Zahra beristighfar karena dirinya terlalu lama mengagumi sosok laki-laki yang bukan mahram.

Zahra melihat laki-laki itu sedang mengusap peluh yang membasahi wajahnya dengan menggunakan salah satu tangannya.

Zahra buru-buru mengambil sapu tangan kesayangannya di dalam tas.

"Mas, ini pakai sapu tangan saya saja buat menyeka keringat," ucap Zahra sambil menyerahkan sapu tangan.

"Tidak terima kasih. Nanti bau keringat saya lagi," tolak Rayhan dengan halus.

"Tidak apa-apa, " kata Zahra sambil memajukan tangan yang memegang sapu tangan ke arah laki-laki itu lebih dekat. Hampir saja tangan mereka bersentuhan.

"Eh maaf," ucap Rayhan terpaksa mengambil sapu tangan tersebut.

"Nama kamu siapa?" tanya Rayhan secara tiba-tiba sehingga membuat Zahra sedikit kaget.

"Zahra," jawabnya pelan.

Rayhan akan terus mengingat nama itu, senyum kembali muncul di bibirnya. Setidaknya ia bisa tahu nama terlebih dahulu. Alamat rumah atau nomor telepon bisa nanti belakangan .

Keduanya sekarang duduk berjauhan di kursi kayu yang ada di bengkel untuk menunggu motor yang sedang diperbaiki oleh bapak pemilik bengkel. Rayhan bolak-balik mencuri pandang ke arah Zahra yang tengah memainkan kerudungnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro