≧ Temaniku - Yonnyboii

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Judul: Pertemanan]

[Lagu: Temaniku-Yonnyboii]
[Story' by: NathaliaAdelle ]
[Pair dan Fandom: Mechabot, Mechamato]

 
 
"Hebatlah, Amato!"

Pujian dari Pian terdengar olehku disertai gelak tawa khas dari pemilik nama.

"Kan~? Sudah pasti aku hebat!"

Begitu tengil nadanya, tatapanku begitu malas pada anak laki-laki itu, Amato. Tangan besiku terangkat, memakan karipap yang kutemui di meja makan. 

"Ceh, tengil betul!" gerutuku tanpa menghentikan acara makan. Mataku tak henti menatap dua sekawan itu, entah apa yang mereka buat aku tidak tahu.

Lagipula aku juga tidak peduli.

Aku masih menghabiskan karipap dan menjilat piring kotor itu, mata biru cerah seperti langit masih menatap mereka dengan pikiranku termenung.

Pikiran melalang buana ke pertemuan kami kali pertama dari sebuah pesawat persembunyianku terlempar ke bumi dan berakhir di salah satu bukit di kota Hilir, bertemu dengan Amato dan berakhir menjadi kawan karib.

Kami sudah melewati masa berat maupun ringan, menyingkirkan dan menangkap para robot jahat. Perdebatan ringan nan sepele turut mewarnai. Terkadang berpikir, kenapa kami bisa berteman? Kenapa aku bisa tunduk padanya?

Aku tidak tahu apa jawabannya. Dan pendapatku mengenai anak itu tidaklah lebih dari seorang anak yang punya banyak imajinasi hanya saja buruk di bagian menggambar, menggambar jerapah saja seperti menggambar kuda. Aneh.

Tetapi terkadang aku mengerti apa yang dia gambarkan, aneh betul.

"Hah! Bagaimana menurutmu, Pian? Keren, bukan?"

Suaranya sembari menunjukkan hasil gambar, lagi-lagi terlihat aneh. Pian menatap gambar itu bingung, menggaruk pipi dan berpikir. Aku bertaruh dia tidak mengerti gambar apa itu.

"Eee ... apa yang kau gambar, Amato?"

"Sepertinya menggambar jerapah bentuk kuda lagi," ejekku dibalas tatapan sengit dari Amato.

"Diam kau, Mechabot!"

Aku hanya menatap ejek dan kembali termenung. Kembali bertanya kenapa dan kenapa.

Kenapa bisa berteman dengannya? Kenapa semua hal yang begitu kekanakan mampu menciptakan pertemanan? Kenapa dari sekian banyak anak-anak di kota Hilir, aku harus bertemu dengannya?

Meski demikian, satu hal yang pasti mengenai Amato bahwa ....

"Oh, jadi kau ingin membuat sesuatu yang fantastis?!"

... dia adalah anak yang tulus, dapat diandalkan dan mampu memegang tanggung jawab begitu besar. Untuk memiliki dan menjagaku notabene robot pemusnah paling hebat di galaksi, dia mampu. Benar-benar mampu. Kadang kala aku merasa begitu hampa dan lemah tanpa Amato, mungkinkah ikatan batin dan emosional kami sudah terjalin erat? Padahal hanya tingkah konyol kami mewarnai, tetapi kenapa bisa?

"Betul! Dan aku butuh hal yang hebat untuk mewujudkannya!"

Aku melihat Amato melirik ke arahku, seringai miring terlintas di wajahnya. Perasaanku tak enak.

"Mechabot, kau tidak ada kerjaan, bukan? Bagaimana jika kau tolong kami~?"

"Tolong apa?" Aku balas bertanya, nadaku masih mengejek. "Tolong wujudkan benda berbentuk kuda yang kau anggap jerapah itu?"

Lihat, seperti inilah interaksi kami. Tak habis-habis saling mengejek dan berdebat kecil.

"Ck, jangan mengejekku!" pekiknya kesal, dia menunjukkan kertas hasil gambar yang agak tak beraturan tepat di depan wajahku.

"Lihat ini! Apa ini masih terlihat hewan yang kau maksud untuk mengejekku?!" 

Aku merampas kertas itu dari tangan Amato, melihat apa yang dia rancang. Sebuah kursi roda dengan dinamo kecil sebagai penggeraknya, bisa ditebak ini untuk Mara. Mataku melirik ke arahnya, tidak buruk bila dilihat.

"Kau ingin aku bantu apa?" tanyaku masih melirik ke arahnya. "Bergabung ke beberapa barang seperti biasa?"

Ekspresi Amato tampak berubah, menjadi seringai kecil. Menggeleng pasti.

"Bukan! Aku ingin kau menolong kami untuk mencari dinamo serta alat lain dan memasangnya di kursi roda sesuai rancanganku!"

Aku menatapnya sedikit tidak percaya, tidak biasanya. Biasanya dia akan menyuruhku untuk bergabung dengan benda-benda itu agar menakjubkan bahkan bisa berfungsi dengan baik.

Mataku melirik ke arah Pian, meminta klarifikasi benarkah teman karibmu itu mengatakan hal demikian?

Amato tampak tahu apa maksud dari tatapanku, segera dia berkacak pinggang dan merengut.

"Kau meragukan aku? Kau kira aku akan memintamu bergabung seperti yang sudah-sudah?"

"Memang benar."

Amato tampak kesal, perubahan ekspresinya tampak jelas. "Kau ini ...!"

Aku menatapnya mengejek, secarik kertas bergambar aku gulung. "Apa? Mau protes?"

Dia berdecak pelan, memalingkan wajah ke arah lain dan mendengus kesal. 

"Sudahlah tuh kalian, tidak habis-habis berdebat ...."

Pian menegur lebih tepatnya menengahi perdebatan tak guna kami, dia berdiri di antara kami dan menatap bergantian.

"Kau akan membantu kami, bukan?"

Aku terdiam sejenak sebelum berbicara, "Jika ada bayaran karipap, aku mau membantu kalian."

"Aduh!"

Aku meringis kecil, mengusap kepala besi setelah dilempar gelas dari Amato. Dia menatap galak padaku.

"Membantu orang lain yang ikhlas!"

"Baik-baik! Aku ikhlas, aku ikhlas!" ucapku mengalah.

Amato tampak sedikit puas, dia menarik tangan Pian untuk pergi ke luar mencari dinamo bekas namun masih berfungsi dan lainnya. Aku menyusul tepat di belakang mereka.

Seperti itulah interaksi kami, tak jauh-jauh dari ejekan, lemparan dan pukulan. Akan tetapi, itu membuat kami semakin lengket seperti perangko. Interaksi yang aneh namun berbeda dari lain.

Namun dalam benak ... aku berharap ... jalinan kami tidak terlepas sampai kapanpun, bahkan jika dia pergi ke suatu tempat, aku akan ikut. Dia jatuh, aku akan meraih tangannya dan membantu untuk kembali bangkit. Karena kami saling membutuhkan sampai kapanpun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro