BAB 13: Hilang Tanggung Jawab

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng





###

Kegelapan absolut berkuasa sebelum membuka mata. Saat Intan sadar, dia mendapati dirinya berada di ruangan dalam Gedung Khusus, kemudian suatu hal membuatnya nausea. Putri bermuka ayu itu melirik meja, terdapat genangan cairan merah melimpah. Teringatlah memori terbunuhnya kawan. Intan pun mengeluarkan isi lambung. Selepas menguasai diri, Intan pun teringat para putra yang telah raib, juga notifikasi aplikasi yang berisi perintah ganjil. 

Keluar dari ruangan, Intan dihadapkan pada pemandangan berdarah Bumi Perkemahan, dengan spot darah dan bekas pembunuhan ada di sana-sini. Intan tak dapat menahan mual, kepalanya pusing, mata berkunang-kunang, terus berjalan terhuyung hingga langkahnya membawa ke lapangan apel.

Ada para putra yang dia cari-cari. Fathur tampak membelakangi di muka, terlihat marah-marah kepada beberapa putri yang duduk bersimpuh sambil diikat tangannya, dengan pakaian dan tubuh berlumur darah. Mereka tersurat menyesali suatu hal. Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Otak Intan tak dapat memproses apa pun. Apalagi Ahim dan Ghani yang merenungi sesuatu di tengah lapangan.

Intan pun menentang lebih lanjut pada lapangan rumput. Di sana, sejumlah potongan tubuh manusia berserakan di mana-mana, bersimbah darah pula ceceran daging. Ada pula yang disusun rapi, entah membentuk pola tertentu. Intan menduga jasad-jasad termutilasi itu sebagai temannya, menyebut nama mereka yang masih dapat dikenal.

Teriakan histeris tercipta seketika, membuat para peserta menoleh kepada putri berbaju tidur itu. Intan bermimik ketakutan, seluruh badan gemetar, mata terbelalak dan mulut menganga. Dia tak percaya atas apa yang diasaksikan.

“Intan … ? Kupikir kau hilang bersama Shilka ….” Ryan perlahan menghampiri si putri yang masih syok. Putra berbadan tegap itu langsung menenangkan Intan, membawa ke tempat teduh yang mencegah terlihatnya pemandangan di lapangan.

Intan begitu terpukul. Teman-temannya mati mengenaskan, apalagi saat Ryan mengatakan bahwa mereka semua dibunuh oleh para putri yang diikat tangannya, bersimpuh dalam satu baris di lapangan rumput. Saat ini Fathur dan Panca sedang menanyakan sejumlah hal sebagai kejelasan situasi gila ini.

Mendengar demikian, Intan tak dapat berpikir apa-apa lagi. “Lalu, bagaimana dengan Shilka?”

“Menurut aplikasi Buper Saba, di menu ‘peserta’, nama dan foto Shilka tidak dicoret. Itu artinya dia masih hidup, begitu kata Fathur dan Ahim.” Si putri mencerna perkataan Ryan dalam-dalam, meski dalam otaknya terjadi ketimpangan. “Tadi kami sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tak ada hasil.”

Lantas, sebuah pemikiran terlintas dalam benak Intan. “Apa jangan-jangan … Shilka berhasil keluar dari Bumi Perkemahan … ?”

Ryan menatap si putri, masih menatap dalam hening, berikutnya mengernyitkan dahi, lalu terbelalak kala menyadari ucapannya.

“Tidak mungkin ….”

***

“Cepat katakan, kenapa kalian membunuh teman kalian sendiri … !” Fathur memasang wajah yang diliputi murka, begitu mengerikan. Kemarahan yang bahkan baru pertama kali dilakukannya.

Para putri segera menyangkal pertanyaan tersebut, mengatakan bahwa mereka semua tak berniat melakukannya, melainkan dikendalikan oleh kekuatan paranormal yang kemungkinan besar berasal dari aplikasi Buper Saba.

Fathur masih belum percaya, berikutnya menanyakan terkait perintah 3 yang disuruh menyusun pola gambar menggunakan potongan tubuh manusia.

Ebe pun menimpali bahwa mereka tak ingin untuk mematuhinya, tetapi sesaat setelah datangnya perintah itu, tubuhnya seketika dirasuki oleh kekuatan luar biasa yang mengambil alih, membunuh para peserta putri dengan brutal lagi sadis.

Fathur sulit percaya, semua hal yang terjadi bukan main tak masuk di akal. Akal sehat orang-orang sudah hilang, pikirnya. Ketika memikirkan dan menyusun satu demi satu kepingan teka-teki itulah, tiba-tiba sebuah pemikiran yang terlintas memmbuatnya amat tercengang.

Bahwa kegiatan supernatural di Bumi Perkemahan ini bukanlah bersumber dari aplikasi Buper Saba, melainkan dari Bumi Perkemahan itu sendiri.

Para putri dan Panca di sebelahnya terbeliak, tak terpikirkan hal demikian. Jika begitu, maka mau bagaimanapun, mereka harus keluar dari Bumi Perkemahan supaya bebas dari kekuatan supernatural yang dapat membunuh peserta kapan saja yang diinginkannya.

Intan menghampiri bersama Ryan. Putri berbaju tidur itu tampak begitu syok, masih belum dapat menenangkan pikiran. Namun, setelah menampak teman-temannya sama terkejutnya, Intan pun memutuskan untuk menguasai diri.

***

Ahim mengikuti posisi Ghani yang bertinggung. Untuk menemani, katanya. Dua putra berbaju pramuka itu merenungi potongan jasad yang tak utuh, dengan kepala putri berkacamata yang wajahnya tampak tersiksa, bersimbah darah, dengan kerudung besar panjang masih menempel.

Terlintaslah memori dua putra tersebut bersama satu putri yang familier, saat istirahat di kelas bercanda bersama, kala di depan mempresentasikan materi kelas bersama, ketika di perpustakaan membaca buku bersama, masa di kantin memesan makanan bersama.

Ingatan berharga yang membuat tersiksa.

Beberapa saat kemudian, Fathur dan dua putra bersama Intan, datang sambil membawa sejumlah gulungan tikar serta terpal. Mereka semua pun bersama-sama menutupi potongan-potongan tubuh sampai semuanya lumayan tak bisa terlihat lagi. Meski cairan yang meresap masih dapat memberi tanda. 

“Kita harus cepat-cepat mencari Shilka, atau petunjuk lainnya. Kalau bisa otak-atik aplikasi sialan itu. Beberapa puluh menit lagi kemungkinan perintah selanjutnya sudah tiba.”

Setelah memerintahkan demikian, Fathur mendongak. Langit telah beralih biru campur jingga keemasan, menyadari matahari hampir turun ke horizon. Situasi akan semakin buruk jika hari telah gelap, pikirnya.

“Fathur, lalu bagaimana dengan putri lainnya?” tanya Intan.

“Oh, biarkan mereka merenungi hal yang telah mereka perbuat.” Fathur masih menyayangkan kejadian yang menimpa mereka, tetapi apa boleh buat. Untuk menghindari hal tak diinginkan terjadi, perlakuan demikian diperlukan.

Maka, para peserta tersisa mulai bergerak untuk bekerja sama. Kali ini Fathur berusaha menaruh keprcayaan pada Ahim, walau masih ragu-ragu. Ghani tak banyak bicara, tetapi aksinya lumayan juga kala menjumpai bahwa barang-barang Shilka sudah raib seluruhnya. Di antara tumpukan tas dalam tenda, milik Shilka tak ditemukan. Intan pun membenarkan, secara mereka berdua satu tenda karena bernomor absen genap.

Waktu hampir habis, tak ada titik terang. Perintah yang ditakuti kunjung tiba, tetapi satu pun petunjuk berarti tak didapat. Hal ini membuat perasaan bernama putus asa berubah wujud menjadi bernga, mulai menggerogoti tubuh tiap-tiap peserta.

Merasa sia-sia, Fathur memutuskan melepas ikatan tali pramuka dari pergelangan tangan para putri. Kemudian dia menyuruh mereka memberishkan badan dan ganti baju, untuk kemudian turut bantu mencari jalan keluar dari Bumi Perkemahan terkutuk ini.

***

Di tenda, Dilla selesai beres diri. Saat mengecek barang-barangnya, tiba-tiba putri itu tersentak. Ingatan mengerikan terlihat dalam benaknya. Tentang teman-temannya yang merupakan peserta gerak jalan kedua, mati satu per satu secara mengenaskan, saling bunuh brutal seakan dirasuki, tertawa ngeri diliputi kegilaan. Hal tersebut membuat Dilla tertekan, menjadi tak waras mungkin. Dia bergegas lari keluar dengan panik, lalu tak sengaja menabrak tubuh seorang putra berkumis tebal, ialah Panca.

Panca berusaha menenangkan putri itu, lalu memintanya bercerita dengan pelan-pelan.

Selepasnya, Panca meminta semua temannya berkumpul, mendengar keterangan dari Dilla yang sudah mau bicara.

Katanya, delapan peserta hiking awalnya mengikuti rute yang diberikan aplikasi Buper Saba. Saat batas waktu pertama tercapai, seseornag mati, lalu rute berubah. Peserta lain memutuskan terus berjalan, walau satu per satu orang mati. Setelah sampai di Pos 1, suara misterius mengungkap bahwa terdapat pengkhianat yang menyebabkan semua peserta berada di Bumi Perkemahan. Orang-orang menjadi gila dan saling bunuh, menyisakan Dilla dan satu putri. Sebelum batas waktu terakhir, putri itu menunjukkan luka sayatan di lengan kanan, lalu tahu-tahu mati dihukum.

Hanya Dilla yang berhasil mencapai Bumi Perkemahan.

###

Kudus, 12 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro