GD; 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

HALLOO

Happy satnight semua!
Udah siap sama yang uwu-uwu?

Komen gemoy sama bintangnyaa yaa biar makin lengkap 😉

Buat yang belum tau Gery itu salah satu anggota Pascal di atas Artik. Dia juga pernah muncul di cerita Sadavir walaupun cuma sekilas.

Tapi, kali inii kisah Gery-Diandra akan hadir menyeluruh di cerita inii 😚

Mari, jadi saksi kisah cinta mereka sampai di titik terakhir 🤍

Selamat Membaca!
Enjoy!

GD; 1

Pintu ruang operasi yang dikhususkan untuk dokter dan suster terbuka lebar dengan menampilkan seorang lelaki lengkap dengan pakaian khas operasi, sarung tangan, dan masker yang belum dilepas.

Ia berjalan menuju tempat khusus untuk menaruh pakaian operasi yang dipakainya dan juga untuk membuang masker serta sarung tangan.

Beberapa suster atau staff rumah sakit menyapanya yang tentu dibalas tak kalah ramah oleh lelaki pemilik senyum lebar itu yang semakin menambah kadar ketampanannya ketika tersenyum atau pun tertawa.

Alkautzar Gery Caesar dan kerap disapa Gery. Dokter bedah paling muda yang tentunya menjadi idola para suster atau pun pasien Rumah Sakit Internasional. Sikapnya yang ramah dan humoris membuat anak kecil pun menjadi tidak takut pergi ke rumah sakit untuk diperiksa.

Tidak hanya itu Gery juga merupakan salah satu dokter yang disegani dan sangat dihormati oleh semua orang yang ada di rumah sakit karena keperfeksionisannya dan keahliannya dalam bidang bedah.

Terlebih ia yang sebentar lagi akan mendapat gelar Professornya di usia yang terbilang cukup muda dalam jajaran dokter lainnya.

"Dok, silahkan tanda tangan disini," ujar seorang suster bernama Anta yang juga merupakan asisten selama Gery praktek di rumah sakit ini.

Selagi menunggu Gery menandatangani absen yang menandakan ia telah selesai mengoperasi Anta seperti mengingat sesuatu sebelum mengatakannya. "Oh, iya, Dok. Tadi, Nona Diandra menelpon katanya Dokter Gery nggak perlu jemput soalnya Nona Diandra langsung ke rumah dokter," ujar Anta.

"Terus kamu?" tanya Gery membuat Anta sedikit melebarkan kedua mata dengan menunjuk dirinya.

"Saya?" Gery mengangguk.

"Kapan punya pacarnya? Nggak bosen malam minggu mainnya ke rumah sakit. Pokoknya itu PR buat kamu minggu depan harus udah punya pacar kalau masih mau jadi asisten saya," ujar Gery dengan nada yang dibuat tegas sedangkan Anta terkejut mendengarnya.

"Tapi, dok-"

"Dah-dah! Saya mau ketemu pacar saya. Lian, coba, deh, deketin asisten saya kasian dia hobinya bikin story video galau terus dari TikTok," kata Gery kepada salah satu adik tingkatnya saat kuliah yang kini tengah menjadi dokter magang.

"Dokter!" kesal Anta dengan wajah merahnya menahan malu sedangkan Lian justru tertawa kecil dengan memberi hormat kepada Gery.

Itu lah salah satu cara Gery agar dapat akrab dengan rekan-rekan kerjanya. Suasana rumah sakit pun ikut menjadi lebih menyenangkan karena kehumorisab yang dimilikinya.

Meskipun begitu Anta yang sudah dianggap Gery sebagai adiknya itu tidak pernah tersinggung karena kejahilan Gery yang sering menjodoh-jodohkannya dengan staff atau dokter-dokter rumah sakit ini.

Gery menghela napasnya berat ketika panggilan telponnya diabaikan oleh sang kekasih. Kebiasaan gadis yang sudah ia pacari sedari kelas satu SMA itu bila stress dan banyak pikiran selalu mematikan ponselnya.

"Kemana lagi pacar gemoy gue? Apa lagi gadoin bubuk cabe?" Gery berbicara sendiri sebelum melangkah menuju ruangannya untuk berganti pakaian dan bergegas pulang.

****

Di meja makan rumah mewah ini seorang gadis cantik dengan pakaian sederhana tapi selalu terlihat menarik itu berada.

Tingkahnya yang masih seperti remaja SMA itu membuat seorang wanita paruh baya terkekeh melihatnya membuatnya teringat akan masa mudanya dahulu.

Gadis pemilik nama lengkap Diandra Thalovanka. Seorang mahasiswi yang sedang mengejar S3 sarjananya dan juga seorang HRD di salah satu perusahaan besar di Jakarta itu kini tengah berada di rumah kekasihnya yang siapa lagi jika bukan Gery, dokter bedah idola semua pasien.

Ia yang sudah dianggap anak sendiri oleh kedua orang tua Gery dan juga adik oleh kedua kakak lelaki itu pun tidak jarang pergi ke rumah ini seperti halnya rumah kedua.
Begitupun Gery yang juga sudah sangat akrab dengan semua anggota keluarga Diandra.

"Yaudah, kalau gitu Mama mau siapin pakaian yang dibawa besok," ujar wanita paruh baya bernama Vada.

"Diandra bantuin, ya, Tan," kata Diandra.

"Nggak usah. Kamu habisin aja makanannya tapi jangan kebanyakan pedesnya, ya, Di. Terus kalau kamu mau tidur ke kamar aja langsung soalnya Mama sekalian mau ketemu salah satu rekan Papa," pesan Vada kepada calon menantunya walaupun putra bungsunya belum melamar Diandra secara resmi tapi ia tetap menganggap Diandra calon menantunya atau bahkan sudah seperti anaknya sendiri.

"Tapi, serius tante nggak mau Diandra bantuin pilih gantungan baju gitu nggak papa, deh, bener," balas Diandra dengan wajah polosnya membuat wanita yang telah melahirkan kekasihnya itu tertawa.

"Lucu banget kamu ini. Panggil Mama, Di," ujar Vada berkali-kali membuat Diandra menyengir polos.

"Iya, Ma..." Diandra menuruti.

"Hati-hati, ya, di rumah. Kalau butuh sesuatu bilang Mbak Laksmi aja," kata Vada.

"Okay, Ma!"

Setelahnya Vada pergi meninggalkan Diandra yang masih duduk di pantry. Diandra menghela napasnya dengan mengukir senyumnya.

Meskipun kedua orang tua Gery selalu memintanya untuk menganggil dengan sebutan 'Mama dan Papa' tetap saja Diandra belum terbiasa terlebih ia dan Gery belum benar-benar menjadi seorang suami dan istri.

"NAH KAN!"

Diandra berjenggit kaget dengan kehadiran Gery yang tiba-tiba disertai juga dengan suara besar cowok itu. Untung saja ia sedang tidak memakan bubuk cabe karena yang ada ia bisa tersedak akibat terkejut.

"Salam dulu, ih!" kesal Diandra.

"Udah tadi." Gery menyahut. "Dalam hati tapi," lanjut Gery terkekeh yang langsung mendapat tabokan dari Diandra.

"Iya, assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam. Dateng-dateng udah ngagetin aja!" jawab Diandra membuat Gery tertawa pelan mendengarnya.

Lelaki itu mendekati kekasihnya dan meraih kepala Diandra untuk diciumnya seperti biasa setiap kali mereka bertemu sebelum Gery meletakkan dompet dan ponselnya di atas pantry dan menyingkirkan bubuk cabe yang sudah dicampur dengan garam buatan Diandra.

"Eh... jangan itu-"

"Sssst!" Gery melarang pergerakkan Diandra membuat gadis itu memasang wajah sedihnya tapi tidak mempan untuk Gery. "Kamu udah cemilin bubuk cabe terus dari kemarin. Nurut aja sekali aku nggak mau, ya, kalau kamu jadi pasien aku," ujar Gery kemudian dengan wajah seriusnya.

"Nggak, kok. Aku pakai nasi juga tadi makannya bareng Mama kamu," kata Diandra yang mulai menurut karena takut dengan ekspresi Gery ketika serius.

"Sama aja bubuk cabe sama nasi doang nggak pakai lauk," ujar Gery mendengus lelah.

Diandra menyengir dan tertawa mendengarnya. Gadis itu mengusap rambut Gery membuat lelaki itu memejamkan matanya beberapa saat. "Kasian delapan jam di ruang operasi. Lancar?"

Gery mengangguk. "Alhamdulillah. Sempat ada kekurangan darah tapi untungnya bisa diatasi," ujar Gery.

"Alhamdulillah..." Diandra tanpa disadari Gery mengambil mangkuk yang berisi bubuk cabe itu sambil melanjutkan cerita kegiatan mereka masing-masing setelah dua hari tidak bertemu.

"Itu pasien kamu yang awalnya nggak mau di operasi?" tanya Diandra.

"Iya. Habis dikunjungi sama anak pertamanya terus mau di operasi," jawab Gery menerima suapan bubuk cabe dari Diandra membuatnya sedikit menyipitkan mata padahal ia yang tadi menyingkirkannya agar tidak dimakan lagi oleh Diandra.

"Asin banget yang ini," kata Gery meraih botol minum di dekatnya.

"Iya, bubuk cabenya kata Mbak Laksmi habis makannya tadi aku makannya sama nasi biar nggak ke asinan," ujar Diandra.

"Skripsi kamu ditolak sama dosen?" tanya Gery.

Diandra meletakkan mangkuk tersebut dengan wajah kesalnya kembali. "Ini yang bikin stress, Yaang! Kamu harus tau, ya, aku udah turuti dosen buat dateng ke prodi tapi dia nggak ada terus aku ke gedung utama katanya. Eh, sampai disana dosennya bilang gini 'Maaf, saya ada penerbangan ke Amerika anak saya lahiran disana. Kita tunda tanda tangannya minggu depan, ya.' KAN NYEBELIN!"

Gery terbahak mendengarnya dan langsung menarik Diandra ke dalam pelukkannya. "Utututu... kasian pacar gemoy aku!"

"Kamu, ih! Malah ketawain aku." Diandra memukul dada Gery yang masih menertawainya.

"Ya, terus aku harus gimana? Kita samperin ke Amerika, hm?" sahut Gery menunduk untuk melihat wajah gadisnya yang berada dalam pelukkannya. "Pantes aja cemilin bubuk cabe sama garem terus," lanjut Gery.

"Maunya gitu tapi yang ada nanti kita malah boros jalan-jalan disana," kata Diandra dengan tertawa pelan yang menular pada Gery.

"Sabar. Aku terus nungguin kamu sampai lulus S3," ujar Gery dengan suara lembutnya.

"Maaf, ya, lama," balas Diandra membalas pelukkan Gery tak kalah erat.

Gery tersenyum tulus. "Nggak papa..."

****

Gimana pemanasannyaa?
Ada yang tipe cowoknya nambah nggak nih? Wkwk candaa..

Besok mau update berapa kali? Bicarain yaa di instagram aku atau instagram pascal 😉

Terima kasih dan selamat menunggu kelanjutan cerita gemoynyaa 🙌🏻

SALAM HANGAT
IBU KEPALA SUKU PASCAL
sekar_pipit
pascal.official

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro