Chapter: Antara Gue, Preman Bau Kencur, dan Uang 700 Perak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Chapter: Friendship Story Part 1

Writer: Anton Tanjung

Editor: Kartika @moanahana

"mungkin akan ada beribu-ribu kenangan yang mungkin akan menjadi memori yang sangat indah dan mungkin juga tidak dapat di ulang lagi."

I'm not a morning person.

Itulah kalimat yang selalu muncul di pikiran gue.

Hari ini adalah hari minggu, dan gue udah harus rela bangun jam 5 pagi karna ada kegiatan dari sekolah untuk ikutan acara yang namanya 'Gerak Jalan Santai'. Ya gue dan anak kelas lainnya yang saat itu masih duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama di suruh dateng untuk jadi peserta acara itu.

'OH MY GOD!'

Hari sekolah aja gue udah paling males bangun pagi, apalagi di hari libur kayak gini.

Gue pun mencoba bangun dengan mata yang masih segaris, satu tangan asik garukin rambut dan satunya lagi sibuk garuk-garuk bokong.

'AH DASAR MENGGANGGU HARI LIBUR GUE NIH.'

Terus akhirnya gue menarik nafas dalem-dalem dan mencoba berdamai dengan keadaan yang ada. Okay, time to take a shower!

Dengan rasa dendam yang membara gue akhirnya berangkat menuju zona tidak nyaman gue yaitu tempat dimana orang berlari, berolahraga dan sejenisnya. Pagi tu gue di anter oleh Bang Andre yang saat itu jadi supir gue. Di dalam mobil gue cemberut, kening gue berkerut, bibir gue manyun kayak bebek, tangan gue di lipet sambil meluk badan gue sendiri.

'Bentar... gue tau kalian pasti bingung, karena gue juga bingung ngejelasin ke kalian semua hahaha.'

Gue bete, supir gue juga bete, gue nguap, supir gue juga nguap. "Oke bang, kayaknya kita sehati, gimana kalo kita tukeran tempat aja, gue yang nyupir dan lo yang berangkat olahraga." Kata gue dalam hati.

Sesampainya di sana, gue akhirnya sedikit gembira karna ketemu dengan konco-konco kentel gue yaitu Bobby, Hari, dan Rian. 'Ya kita bisa di bilang satu komunitas remaja yang terlalu cepet akil baliqh atau kumpulan anak Mami yang sok jadi Playboy hahaha.'

Gue kenalin dulu temen gue satu-satu. Pertama adalah Bobby, dia adalah sobat gue yang paling cakep, kulitnya putih, dengan tinggi yang ala kadarnya sama kayak gue, matanya sedikit sipit, jago main basket dan jago berantem.

Kedua namanya Hari, sobat gue yang satu ini punya badan paling tinggi dan proporsional ala-ala model, cakep, jago main sepak bola, pendiem, dan tipikal temen yang paling enak diajak kemana-mana, karena apa? 'Karena pasti doi diem aja dan setuju dengan apa yang kita mau hahaha.'

Sobat ketiga namanya adalah Rian, nah sobat gue yang satu ini paling anak Mami di antara kita semua, badannya kecil, perawakannya bocah banget maklum pada saat ini kita masih kelas 1 SMP, kulitnya coklat, hidungnya mancung, mirip campuran arab dan india, anaknya juga manis.

'Dan gue? Kayaknya udah ga perlu dijelasin deh yah, gue yang paling hina deh di geng gue. Asik anak geng ternyata HAHAHAHAHA. '

Kita mulai akrab karna berada di kelas yang sama, dan parahnya lagi kita semua pada duduk sebangku, gue sama Hari dan Bobby dengan Rian. Keakraban ini di jalin karena Bobby sering ngajakin kita untuk main bareng, olahraga bareng, jalan bareng sampe nginep bareng. Yah bobby seperti ketua di kelompok kita, pantes aja sekarang dia jadi Polisi.

Oh ya gue sampe lupa, kita punya nama geng yaitu CARBONZ hahaha sumpah norak banget pokoknya, tapi itu gaul dijamannya. Dimana geng kita paling di sukai senior yang cewek dan paling di benci oleh senior cowok. Kita bukan kelompok yang suka bikin onar, kita termasuk murid yang cerdas dan aktif di OSIS.

***

"temanmu adalah cerminan sikapmu, pilihlah teman yang membawamu untuk maju, bukan malah menjerumuskanmu"

Lanjut ke cerita awal, di mana gue yang masih ngantuk berjalan mengarungi lautan masyarakat dan akhirnya bertemu dengan pasukan bodrex gue, Rian, Hari dan Bobby.

"ayo pokoknya kita jangan sampai kalah!" kata Bobby penuh semangat. "sekolah kita harus menang!" sambung Hari tapi tidak se-semangat sorakan Bobby sebelumnya.

Gerak jalan ini memiliki rute perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan bagi gue dan Rian yang notabennya paling ga suka sama yang namanya olahraga, berbeda dengan Bobby dan Hari yang keliatannya menikmati kegiatan yang melelahkan ini. Sejauh mata memandang gue ngeliat ada banyak jajanan yang tersuguhkan dan menggoda gue untuk membeli semuanya.

Berkat semua jajanan ini gue ngerasa sedikit menikmati kegiatan yang menguras tenaga dan dompet gue tentunya, sepertinya gue lebih banyak jajan daripada lari. Makin lama gue ngerasa jadi Alice di film Resident Evil: The Final Chapter adegan dia di iket dan di seret dengan tank yang ngebuat dia harus terus lari tanpa henti.

'Anggap aja Bobby dan Hari adalah tank-nya dan gue Alice-nya, jangan di tanya zombie-nya siapa hahaha.'

Ngeliat peserta lainnya yang masih memiliki semangat untuk ngelanjutin gerak jalan ini, ngebuat gue dan Rian yakin kalo kita ga bakal bisa menang apa lagi capai garis finish. Bayangin aja lo bangun pagi terus di suruh jalan sejauh 10KM dengan jiwa yang masih terombang-ambing. Akhirnya kita berhenti dan berencana mengakhiri perjuangan yang sia-sia ini.

"lo semua pada bawa baju ganti kan?" tanya Bobby. Dari semalam kita emang udah janjian untuk bawa baju ganti di dalam tas masing-masing, kali aja kita bakal berlain arah dari tujuan utama kita berkumpul disini.

"bawa kok." Jawab gue, Hari dan Rian sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"kalo gitu kita ganti baju di sekolah trus cabut ke Timezone, gue pengen main basket di sana." Akhirnya kita semua balik ke sekolah buat ganti baju dan nantinya akan di jemput sama Kakaknya Bobby.

Gue, Bobby dan Hari akhirnya keluar dari kamar mandi dengan pakaian bebas yang sedikit bergaya. Di susul dengan Rian yang keluar belakangan dengan pakaian anehnya. Baju berwarna abu-abu super ketat dengan lengan baju yang terlihat menggantung banget di lengannya, di padukan dengan celana ¾ warna serupa dan memperlihatkan kaos kakinya yang juga berwarna serupa dengan atasannya tak lupa dengan sepatu olahraganya yang berwarna sama dengan apa yang di kenakannya sekarang, warna abu-abu.

Ternyata dia salah ngebawa baju, baju yang di pakai Rian itu adalah baju milik kakak ceweknya, al hasil kita ketawa terbahak -bahak ngeliat penampilan Rian yang terlihat seperti karakter Jepang yaitu Totoro 'hahaha sumpah parah banget lucunya!' dasar bocah abu-abu.

Setelah itu Kakaknya Bobby dateng buat jemputin kitai dan langsung menuju ke salah satu Mall di Pekanbaru, di dalam mobil pun kita masih tetap ngeledekin Rian si anak abu-abu sampai Kakaknya Bobby juga ikut ketawa ngeliat wujud Rian dari kaca spion mobilnya hahaha. Bobby masih lumayan dengan pakaian kerennya, dan Hari tetap menarik karna postur dan emang cakep dari sananya.

'Sedangkan gue? Ya ga parah bangetlah ketimbang Rian, penampilan gue setidaknya lebih layak dari Rian sekarang hahaha.'

Sesampainya di Mall Pekanbaru, kita berjalan santai seolah ga terjadi apa-apa dan ga ngerasa ada ke ganjalan di antara kita berempat. kita memutuskan untuk makan terlebih dulu baru setelah itu baru deh main sepuasnya di area bermain Timezone. Duduk bersantai di foodcourt dan ngobrolin hal-hal ga penting, ga lupa tetap ngeledekin anak abu-abu yang masih terdiam dengan seribu bahasanya. Muka di tekuk, bibir manyun dan alis yang berkerut, pokoknya Rian keliatan bete banget mungkin sekarang dia pengen pulang dan menangisi kecerobohannya yang udah ngebawa dan pake baju Kakak ceweknya itu.

Akhirnya kita berada di area bermain Timezone dan mulai mengabsen semua permainan yang ada di sini, di mulai dari bermain basket seperti permintaan Bobby di awal sampai kita bermain di mesin permainan yang terdapat banyak koin di dalamnya yang siap tumpah dan meluncur keluar. Gue baru tau kalo itu adalah permainan yang berbau judi. Waktu Bobby dan Hari lagi serius main buat ngedapetin setumpuk koin-koin itu. Gue ngerasa ada yang sedang memperhatikan kita dari arah kejauhan, bener aja. Ada sekelompok preman yang jumlahnya sudah kayak pemain bola, dengan wajah sangar, pakai airliner warna hitam, rambut berwarna warni kayak anak ayam yang sering dijual didepan SD.

Perasaan gue mulai ga enak pas salah satu dari mereka menunjuk-nunjuk kearah kita dengan tatapan mengintimidasi mereka, dan gue berniat untuk menjauh dari permasalahan. Secara kita semua ini adalah anak Mami yang ga punya nyali buat berantem kecuali Bobby.

"eh, itu mereka preman-preman di sana kayaknya lagi liatin kita deh. Pergi aja yuk?" kata gue ke temen-temen gue dan mulai melangkah menjauh mencari tempat aman untuk sembunyi. Pas gue berbalik ngeliatin mereka lagi, ternyata Bobby dan Hari masih asik dengan mesin permainan itu dan Cuma Rian yang ngikutin gue buat sembunyi.

'Masa bodohlah dengan mereka, yang penting gue udah kasih tau ada bahaya yang mengancam.'

Gue intip dari balik mesin permainan di tempat gue sembunyi, para preman itu berjalan ngedeketin Bobby dan Hari.

"eh, bagi duit dong." Kata salah satu dari mereka dengan gaya belagu ala-ala bocah.

"ga ada, ga ada duit." Sahut Bobby yang masih fokus sama permainannya, ga salah kenapa Bobby sekarang jadi Polisi karna dia punya nyali yang gede dan ga takut dengan apapun.

"masa ga punya duit, yaudah koin aja sini bagi gue." Kata preman-preman itu lagi.

"koin juga ga ada." Bobby nge-respon mereka cuek banget, sumpah ni anak ga takut sama sekali.

"koin? Kayaknya si Atek punya deh." Celetuk Hari yang akhirnya ngebuka mulut untuk bicara.

"Atek.. Atek.!" Panggil Hari sambil celingak-celinguk nyariin gue.

Dan bodohnya gue malah nyembulin kepala gue dari balik persembunyian dan nyaut panggilan dari Hari barusan, "iya iya? Ada apa?" dengan begoknya gue malah datengin mereka.

Setelah gue liat baik-baik, ini preman keliatan masih bocah juga, dengan wajah serem ditambah atribut yang serem bikin mereka keliatan kayak groupband metal jaman 70an. Gue perhatiin lebih detail lagi ternyata mereka juga pakai tindik ditelinga, di hidung dan jangan sampai mereka juga tindik dilidah.

"eh, Tek. Minta koin dong. ini nih mereka minta koin." Kata Hari.

"ha? Koin? Cuma tinggal satu, Bang." Gue keluarin koin milik gue dari saku celana yang emang beneran tinggal satu.

"Cuma satu? jangan bohong lo. Coba keluarin isi saku lo sekarang."

Gue rogok saku celana gue sedalam-dalamnya dan ternyata cuma ada uang 500 perak. "adanya Cuma ini, Bang." Gue sodorin ke mereka uang gue satu-satunya yang tersisa di saku gue itu.

"Cuma 500? Eh, lo ga ada duit? Coba keluarin isi saku lo." Kata preman itu ke Bobby. Dan Bobby ngeluarin uang 200 perak dari saku celananya, "Cuma ada ini."

"masa Cuma 700 perak." Bisik salah satu temen preman-preman itu.

"gelang lo tuh sini buat gue." Mereka nunjuk gelang NIKE yang gue pake, "jangan Bang, ini punya Mama saya." Kata gue saat itu.

"yaudah jam lo aja siniin." Dia nunjuk jam tangan gue. "jangan Bang, ini Papa saya yang kasih. Ntar Papa saya marah, Bang." Kata gue makin memelas.

'sumpah itu alesan-alesan terkonyol yang pernah gue ucapin, hahaha.'

Terus tiba-tiba datenglah manusia penolong bak malaikat pada saait itu, ya siapa lagi, dia dalah security di timezone, dia langsung mengusir preman-preman itu.

Akhirnya preman-preman itu pergi ninggalin kita dengan ngebawa satu koin dan uang 700 perak yang gue sodorin tadi.

"eh, Rian mana?" tanya Bobby yang baru nyadar kalo si hantu kelabu itu ga ada bersama kita.

Gue lirik ke tempat persembunyian gue tadi tapi si Rian ga ada disana, gue liat ada Ibu-Ibu lagi main permainan balap mobil dengan satu anaknya yang duduk di sebelahnya memakai kaos abu-abu persis kayak yang di pake Rian.

"itu Rian?!" ternyata Rian mencari tempat berlindung yang menurut gue strategis banget, dia ngebuat seolah dia adalah anak dari Ibu-Ibu itu. Dengan tampangnya yang pucat ketakutan dan tangannya yang memeluk erat ranselnya sendiri, pokoknya kocak banget deh!

Jadi selama pemalakan yang terjadi barusan, Cuma Rian yang selamat, dan kita semuanya kena getahnya. Gue rasa ini adalah KARMA untuk kita karena udah nge-bully Rian habis-habisan dari tadi pagi. Terus kita datengin Rian sambil ketawa ngakak dan bilang kalo dia emang pinter banget untuk sembunyi dan selamat dari pemalakan preman-preman bau kencur itu.

Setelah itu Bobby langsung nelfon Kakaknya minta jemput tapi bukan jemput di depan Mall, melainkan ngejemput kita di Timezone karna preman-preman gelap gulita itu masih nungguin kita di pintu masuk Timezone.

Sepanjang perjalanan pulang giliran Rian yang ngatain kita habis-habisan.

'sumpah ini momen gak terlupakan banget, pecah pokoknya hahaha dan gue jadi kepikiran gimana kalo si preman itu ketemu kita yang sekarang yang udah jadi dokter, tentara, polisi dan pengusaha.

Rian ketawa, kakaknya Bobby ketawa, gue ketawa, Hari ketawa, Bobby ketawa, ya ga nyangka aja kalo Karma itu cepet banget datengnya. Hari ini adalah hari paling kocak yang pernah kita alamin pada saat itu. Untungnya kita selamat dari preman bau kencur yang sudah ngambil satu koin dan uang 700 rupiah kita. Goodbye 700 rupiah, semoga lo baik baik aja ditangan para pria berambut warna warni itu. HAHAHAHAHA

"What goes around comes back around."

To be continued

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro