Bab 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pekerjaan yang tengah digelutinya berhasil membuatnya lupa akan kehidupan yang sebenarnya. kehidupan yang sebenarnya harus dia lakukan dengan santai diumurnya yang sudah kepala 3. Vera nama perempuan itu, perempuan yang masih setia dengan kesendiriannya walaupun banyak orang diumur sepertinya sudah berkeluarga bahkan memiliki anak.

Kejadian masa lalu berhasil membuatnya menyerah untuk percaya pada siapapun, bahkan pada keluarganya sendiri. Dia bahkan juga tidak percaya akan cinta karena keluarganya sendiri malah selalu bermain api dibelakangnya.

Kedua orang tuanya kini memiliki keluarganya masing-masing, tanpa mau untuk berpisah dengan alasan bisnis. Mereka bahkan merelakan kebahagiaan Vera yang saat itu masih berumur 10 tahun.

Menjadi anak tunggal membuatnya terus menerus memendam segala perasaan dalam benaknya. Dia sudah terlalu lelah untuk sekedar memaki ataupun menangis. Dia hanya perlu bertahan hingga maut menjemputnya.

***

Pekerjaan Vera sangat menyita waktunya sejak 10 tahun yang lalu. Kakeknya memutuskan untuk memberi semua aset yang dia miliki pada Vera setelah tau bagaimana keluarga Vera saat itu. 10 tahun, kebusukan itu dipendam. Namun, akhirnya terungkap pula.

Setiap harinya Vera harus disibukkan dengan segudang pekerjaan yang menumpuk karena aset yang diberikan Kakeknya bukan hanya Rumah, melainkan juga Perusahaan Pakaian, Rumah kecantikan, Hotel, Restauran dan juga sebuah Mall. Semua, Vera yang menanganinya.

Jujur, dia sudah cukup lelah. Namun, disisi lain. Vera tak mau memberi aset yang telah Kakeknya beri kepada siapapun, apalagi pada Keluarga baru Ayah dan Ibunya. Mereka sungguh serakah. Walaupun, mereka sudah diberi beberapa Aset kecil oleh Kakeknya Vera. Namun, mereka tetap mengganggu aktifitas kegiatan di beberapa perusahaan yang telah menjadi milik Vera.

Mau tak mau Vera harus ekstra hati-hati dalam bertindak dan lebih detail dalam melakukan suatu hal yang sekiranya dapat menjadi lubang kehancuran perusahaannya.

***

Vera terbangun dengan kepala yang sangat sakit, dia kemudian bertanya-tanya apa yang terjadi semalam dan yang dia ingat bahwa saat dia berjalan menuju mobilnya diparkiran. Dia terjatuh pingsan.

Dia terus berfikir, Apa kelanjutan setelah dia pingsan. Namun, bayangan begitu buram. Dia hanya mampu  mengingat bahwa seorang pria menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah. Benar, seorang pria. Berompi hijau yang sepertinya sering dia lihat.

Apakah pria itu seorang ojek online?

Tak mau pusing memikirkan pria itu, Vera kemudian bangkit dari tidurnya. Bersiap-siap untuk pergi bekerja. Hari ini dia harus keluar kota untuk mengecek beberapa pekerjaan yang belum selesai mengenai cabang restoran di kota sebelah.

Selesai dia mandi, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Vera kemudian tak menghiraukan pesan itu, dia pikir mungkin lebih baik dia bersiap dahulu setelah itu dia bisa membaca dan membalas pesan yang masuk.

Setelah selesai bersiap, Vera kemudian duduk di sisi kasur tempat biasa dia tidur. Kemudian, dia mengambil ponselnya yang ia letakan pada meja kecil disamping kasur.

Ponselnya penuh dengan pemberitahuan, pesan ataupun panggilan tak terjawab oleh beberapa pegawainya.

Dengan dengusan kasar, dia kemudian membaca satu persatu pesan itu.

.

From : Rani

Pagi Bu Vera, keberangkatan hari ini

ditunda sampai pukul 2 siang ya bu.

Karena akan diadakan rapat di perusahaan

Pukul 10 nanti.

Membaca pesan yang dikirim Rani, sekretarisnya membuat Vera kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur. Dia kemudian melirik pada jam dinding yang menunjukan pukul 7 pagi.

'kenapa aku harus bangun sepagi ini ?'

Dengan malas dia kemudian membalas pesan yang Rani kirimkan beberapa menit sebelumnya saat dia selesai mandi.

.

                                              To : Rani

Baiklah, saya akan
terlambat masuk nanti.

Mungkin saya
masuk saat rapat saja

.

Tak berapa lama setelah pesan itu dikirim, sebuah panggilan masuk pada ponsel Vera. Dia menatap malas saat nama Rani tertulis di layar ponselnya. Dia tau Rani hanya khawatir padanya. Namun, Vera bukan anak kecil yang perlu dia khawatirkan setiap saat.

"Hallo" Dengan malas Vera menjawab panggilan itu, sebenarnya Rani adalah sahabat Vera saat masih berada dibangku kuliah, Rani adalah ibu tunggal dari kedua anaknya yang sudah cukup besar. 5 dan 2 tahun, Suami Rani sudah berpulang 1 tahun yang lalu karena kecelakaan.

"Ibu ga papa?" tanya Rani dengan nada khawatir

"Gak usah panggil Ibu, " ujar Vera dengan malas, terdengar tawa kecil di sana. Vera sangat tau bahwa Rani tengah meledeknya.

"Okay, Okay, Kamu masih sakit ? Bisa sakit emangnya?" tanya Rani dengan nada mengejek, bukan tanpa alasan Rani melakukan hal ini. Sebenarnya Rani sudah begitu lelah memberitahu Vera agar menjaga kesehatannya. Namun, apa yang terjadi ? Bos keras kepalanya itu, tidak mau mendengar ucapannya dan akhirnya terjadilah insiden semalam.

Sangking keras kepalanya Vera, dua bahkan tidak mau menyewa supir untuk mobilnya sehingga dia sendiri yang menyetir kemana pun dia pergi. Untung saja semalam Rani melihat Vera yang hampir jatuh. Namun, ditahan oleh seorang pria. Pria yang tentunya, juga Rani tak kenal.

"Kamu pikir aja sendiri. Memangnya aku robot yang tak boleh sakit ?" dengan nada kasar Vera membalas ucapan Rani.

"Tapi, Robot pun perlu istirahat atau berganti Baterai gitu, " sela Rani. Sebenarnya Vera tau bahwa dia tidak akan kalah dengan ucapan yang terus dilayangkan Rani. Namun, dia sudah tidak memiliki tenaga pagi ini. Dia hanya ingin beristirahat sejenak terus kembali ke perusahaan untuk rapat.

"Ya, ya, ya. Biarkan aku tidur dulu. Nanti aku akan kekantor"

"Tidak ingin ku kirimkan makanan ? Pasti kamu belum makan, Ver,"

Tepat, jawaban Rani tepat. Bukan hanya sarapan, dia bahkan lupa makan sejak kemarin.

"Tidak, aku tidak lapar. Aku hanya lelah. "

"Baiklah, selamat istirahat. "

Sambungan telepon itu akhirnya terputus. Tanpa berganti pakaian atau mengganti posisinya, Vera kembali terlelap dalam beberapa menit dan masuk ke dalam dunia mimpinya. Sungguh, saat ini tubuhnya sangat butuh istirahat.

***

Tepat pukul 9, Vera terbangun. Dia kemudian mengecek kembali ponselnya. Ada beberapa pesan masuk. Namun, banyak yang menurutnya tidak penting. Dia kemudian kembali mandi dan bersiap untuk pergi kekantor. Namun, di tengah perjalanan perutnya sangat lapar sehingga dia memutuskan untuk berhenti pada sebuah restoran cepat saji.

Vera kemudian mengantri, ada beberapa orang di depannya. Namun, ia tidak peduli karena yang ia ingin adalah makan dan entah kenapa ia mau makan disini padahal selama ini Vera sangat peduli dengan tubuhnya sehingga ia selalu mengkonsumsi makanan sehat dan juga berolahraga.

'Gak papa lah, sekali-kali makan ayam goreng'

Sampai pada gilirannya, Vera kemudian menyebutkan beberapa pesanannya dan langsung layani oleh kasir yang ada. Entah karena terlalu lapar atau apapun itu. Vera tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikannya pada kasir sebelah. Iya, kasir sebelah. Seorang pria yang entah kenapa begitu tertarik menatap Vera yang bukan pelanggannya itu.

Setelah semua makanan yang Vera pesan lengkap, dia kemudian membayar makanannya dan mencari tempat duduk untuk makan. Meja kosong dengan dua kursi adalah pilihan Vera, ia kemudian duduk di kursi itu sembari menatap ramainya jalan raya.

10 menit berlalu, Vera pun sudah menghabiskan makanannya. Ia hanya memesan satu ayam goreng tepung, satu piring nasi, satu mangkuk kecil sup sayur dan satu botol air mineral. Semua hal itu tentu sangat cukup baginya bahkan berlebih, Vera sebenarnya sering tak selera makan. Namun, hari ini ia berhasil menghabiskan semua pesanan makanannya.

***

Vera sampai di kantor pukul 9:50, hal itu tentu membuat gempar 1 kantor. Vera dikenal sebagai Bos yang sangat disiplin, ia bahkan tak segan datang disaat kantor masih tutup dan akan memaki pegawainya yang telat.

Vera selalu berkata 'Perusahaannya akan hancur jika karyawannya tidak disiplin', sebenarnya hal itu benar adanya. Namun, Vera terlalu mengikat karyawannya dengan segala peraturan yang ketat sehingga hanya beberapa karyawan yang mampu bertahan di kantor pusatnya ini.

Setiap hari bertemu dengan Vera menjadi hal yang begitu menegangkan bagi karyawannya. Berpapasan saja kadang membuat mereka merinding. Apalagi, jika harus berbincang dengan Vera. Mereka pasti akan menolak dengan berbagai alasan.

***

Vera menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya, hal itu berhasil membuat Rani yang baru saja masuk kaget bukan main.

"Apa-apaan sih, Ver," gerutu Rani. Vera yang sebelumnya menutup mata pun kemudian melirik Vera yang tengah berjalan kearahnya dengan sebuah berkas ditangannya.

"Simpan aja di atas meja, " pinta Vera.

Rani pun kemudian mengikuti intruksi Vera. Namun, ia tidak langsung keluar dari ruangan Vera. Ia malah duduk diatas meja kantor Vera. Ia menatap dengan seksama keadaan Vera hari ini. Begitu aneh tidak seperti biasanya.

"Kamu kenapa ?" tanya Rani yang berhasil membuat Vera menegakkan tubuhnya. Dia kemudian merenggangkan tubuhnya sebelum akhirnya membuka berkas yang tadi dibawah oleh Rani. "Jawab dong, Pertanyaan aku, " Rani sungguh sangat tau bahwa Vera tengah memiliki mood yang kurang bagus. Namun, dia sangat ingin tau alasannya. Alasan yang membuat Vera menjadi seperti sekarang.

"Aku engga papa, " jawab Vera dengan setengah hati.

"Tidak mungkin, Terus kenapa mukamu seperti itu?" mendengar ucapan Rani, membuat Vera menghentikan aktifitasnya dan memusatkan pandangannya pada Rani yang memasang wajah tak bersalah.

"Memangnya seperti apa mukaku biasanya ?" Rani kemudian berpikir.

'Apa yang berbeda, sepertinya sama saja bukan ?' tanyanya didalam hati.

"Baiklah, Baiklah. Rapat 5 menit lagi tuh, jangan sampai telat, " Rani kemudian keluar dari ruangan Vera, menyisakan Vera dengan mood yang kurang bagus.

***

Suasana ruang rapat sangat begitu menegangkan, beberapa karyawan kini sibuk membaca materi yang akan di bawakannya. Mereka takut akan dimarahi oleh Vera jika tidak menguasainya. Ingat bukan bahwa Vera sangat sempurna, ia juga ingin karyawannya sama sepertinya.

Satu menit sebelum pukul 10, Vera masuk ke ruang rapat dengan wajah datarnya. Di sampingnya berdiri Rani yang tengah membawa setumpuk berkas, salinan materi yang akan dibawakan karyawannya. Semua karyawan berdiri menyambut kedatangan Vera, hanya beberapa karyawan yang ikut serta pada rapat kali ini. Hanya perwakilan setiap departemen saja yang hadir.

"Silahkan, di mulai rapatnya, " ujar Vera sembari duduk dikursi yang memang disediakan untuknya. Rani pun ikut duduk tepat disamping Vera.

Vera mengikuti rapat dengan setengah hati, tak semua ucapan karyawannya dapat dia cerna. Entah kenapa dia hari ini. Mungkin suasana hatinya memang sedang tidak baik.

"Baiklah, Saya terima semua presentasi kalian. Saya harap pengaplikasiannya dilapangan sama baiknya dengan apa yang kalian prediksi. Sekian, " Vera kemudian keluar dari ruang dapat, diikuti oleh Rani yang tengah mengerutkan dahinya. Dia bingung, kenapa Vera menerima semua presentasi karyawannya. Menurut Rani bahkan hampir semua presentasi tadi banyak kurangnya.

Apakah Vera yang dulu keras, sekarang akan melunak ?

Rani terus bertanya-tanya didalam hati. Namun, semua pertanyannya dia tampung sampai di dalam ruangan Vera. Dia tak mau karyawan lain mendengar dia berbicara santai dengan Vera.

***

"Kamu kenapa Ver?" tanya Rani tanpa banyak basa basi setelah masuk ke ruangan Vera. Vera tak langsung menjawab pertanyaan Rani, dia malah menghempaskan tubuhnya pada sofa yang biasa digunakan untuk menyambut tamu. Sofa yang berada tepat didepan meja kerjanya. "Kamu kalau ada masalah cerita dong, " tanya Rani lagi.

Dia kemudian duduk disamping Vera yang tengah menutup matanya. Vera tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi sekarang, dia hanya sedang merasa kosong entah karena apa. Ia pun kemudian menghela nafas setelah berhasil mendapat solusi akan penat berkepanjangan yang ia rasakan.

"Ayo kita staycation"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro