Bab 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Keesokkan harinya, Vera memutuskan untuk menemui kakeknya. Pria tua yang sudah berumur 78 tahun itu memutuskan untuk tinggal jauh dari kota. Sebuah pulau kecil yang tak banyak orang ketahui menjadi pilihan pria tua itu untuk menghabiskan masa tuanya. Tinggal bersama beberapa pelayan, tentu membuat kakek vera tidak kesepian dan juga dapat menjalani kehidupannya seperti biasa.

Vera sebenarnya tak ingin membuat kakeknya berurusan lagi pada perusahaan yang sudah menjadi miliknya tersebut. Namun, karena masalah yang baru saja terjadi. Dia pun memutuskan untuk menemui pria itu. Pergi ke rumah kakeknya memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Untungnya, wanita itu memiliki helikopter pribadi yang mampu mengantarnya ke rumah kakeknya yang jaraknya cukup jauh dengan waktu yang lebih cepat.

Wanita itu tentu saja tidak pergi sendiri, melainkan dia mengajak serta sahabatnya untuk ikut. walau ragu, sahabatnya tersebut akhirnya ikut bersama Vera karena mereka hanya akan pergi untuk beberapa saat dan kemudian kembali pulang lagi.

***

Hempasan angin dari baling-baling helikopter milik Vera berhasil menyapu bersih debu-debu yang berada di atas gedung perusahaan miliknya, wanita itu langsung naik ke atas helikopter dan kemudian sahabatnya pun ikut naik.

Tidak ada persiapan apapun, Vera dan Rani langsung pergi setelah jam makan siang berakhir. Menurutnya masalah ini harus cepat selesai dan dia tidak mau hal buruk terjadi pada perusahaannya.

Tyo bukanlah orang sembarangan, pria itu memiliki kedekatan dengan Kakek Vera. Hal itu tentu saja membuatnya merasa hebat. Namun, banyak kejanggalan yang Vera sadari setelah masalah kebocoran data ini kembali terjadi. Maka dari itu, vera memutuskan untuk menemui kakeknya. 

Vera tentu tidak bisa menuduh Tyo tanpa bukti yang kuat dan Kakeknya mungkin bisa melakukan sesuatu. 

"Wah, keren banget sih," ucap rani kagum pada helikopter milik vera. Rani pertama kali naik helikopter Vera karena memang wanita itu sangat jarang menggunakan helikopternya.

"Pakai dulu headphonenya." Vera memasangkan headphone kepada sahabatnya tersebut. 

Setelah itu, helikopter pun langsung pergi meninggalkan gedung perusahaan milik vera. Untungnya langit hari ini sangat cerah, sehingga perjalanan mereka mulus tanpa hambatan.

Tak sampai 1 jam, Vera dan Rani sampai di halaman rumah Kakek Vera. Iya, halaman milik pria tua itu sangatlah luas. Namun, untuk rumah yang beliau bangun sangatlah kecil. Bangunan satu lantai dengan gaya eropa menjadi rumah ternyaman baginya sekarang ini.

"Cucuku," teriak Kakek Jo saat melihat Vera turun dari helikopter.

Vera sebelumnya sudah menghubungi kakeknya kalau dia akan mengunjungi pria tua itu. Maka dari itu, kakeknya menyambut Vera saat datang.

Pria tua itu berjalan dengan sedikit cepat menuju sang cucu yang juga tengah mendekatinya.

Pelukan hangat kemudian dia berikan pada cucu kesayangannya itu."Apa kabar, Ver?" 

"Baik, Kek."

"Sungguh?"

Vera menganggukan kepalanya, dia tau sang kakek pasti memahami apa yang tengah wanita itu pikirkan. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu.

"Baiklah, mari masuk."

"Oh iya kek, ini sahabat aku Rani." Vera memperkenalkan Rani pada kakeknya, Rani dan kakeknya memang tidak pernah bertemu satu sama lain. Namun, Vera sering bercerita mengenai Rani pada kakeknya begitupun sebaliknya.

Tidak ada alasan khusus mengenai hal itu, alasan Rani baru pertama kali bertemu dengan kakek Vera. Wanita itu memang baru dekat dengan Rani setelah Vera berpacaran dengan Sam dan wanita itu juga tidak terlalu dekat dengan keluarga vera. Hanya sebatas bertemu dan ya sudah, sampai di situ saja.

Vera memang tidak terlalu terbuka pada kehidupan pribadinya, siapa juga yang mampu membanggakan keluarga berantakan milik Vera saat ini?.

"Ini Rani yang sering kamu ceritakan kan?"

"Iya, Kek. ini orangnya."

"Senang bertemu denganmu,Ran." Pria tua itu menyodorkan tangannya dihadapan Rani. Rani yang paham pun langsung menerima tangan Kakek jo.

"Iya, Kek. Senang bertemu dengan Kakek juga."

"Baiklah, mari kita masuk."

***

Rani lagi-lagi dibuat takjub oleh kehidupan Vera, wanita itu terlihat amat sempurna dengan semua kekayaan yang dia miliki. Baru saja melangkah masuk ke dalam rumah Kakek jo, mata wanita itu pun terpaku pada interior rumah kakek sahabatnya tersebut.

Rumah yang terlihat biasa di luar itu pun, sangat terlihat hebat di dalamnya. Tidak seperti rumah-rumah kebanyakan. Nuansa rumah yang dipilih kakek sahabatnya itu adalah gaya eropa yang minimalis. Cat rumahnya berwarna putih yang membuat kesan rumah tersebut sangat bersih. Putih, abu dan juga hitam menjadi pilihan warna yang mendominasi rumah tersebut.

Beberapa pelayan datang menyapa Vera dan juga Rani. Memandu mereka untuk duduk di sofa ruang keluarga milik kakek jo.

"Mau minum apa, Mbak?" tanya salah satu pelayan dengan pakaian yang terlihat bagus, semua pelayan di rumah tersebut memakai pakaian yang sama.

Sebanyak apa pelayan di rumah kakek jo. Satu pelayan? . Dua pelayan? . Tidak. Ada enam pelayan di rumah itu. sangat banyak kan. Mereka pun memiliki tugasnya masing-masing.

"Air putih aja," jawab Vera dengan cepat.

"Sama saya juga."

"Baik, Mbak. Saya buatkan terlebih dahulu ya. Permisi." Pelayan itu pergi meninggalkan Vera dan Rani yang tengah duduk berhadapan dengan Kakek jo.

Vera kemudian memasang wajah seriusnya di depan kakeknya dan hal itu tentu membuat pria tersebut mengulas senyumnya. "Jadi, tujuan kamu kesini untuk apa, Ver?" tanya Kakek jo pada Vera.

Pria itu menyandarkan tubuhnya pada sofa untuk membuat tubuhnya lebih rileks saat berdiskusi kelak.

"Kakek tentu tahu tujuanku," jawab Vera, wanita itu sangat tahu bahwa kakeknya masih terus mengawasinya. Hal itulah yang membuat wanita berumur 30 tahun tersebut memprediksi bahwa kakeknya mengetahui masalah yang tengah wanita itu hadapi.

"Tentang data yang bocor?" tanya kakek jo menebak apa yang Vera maksud.

Vera mengangguk sebagai jawaban. 

Kakeknya pun kembali duduk dengan tegak agar lebih serius pada pembahasannya dengan cucu kesayangannya itu.

"Tyo pasti bukan dalangnya," jelas jelas pria tua itu, hal tersebut tentu membuat Vera sedikit kesal. Dia bingung kenapa Kakeknya selalu melindungi Tyo.

"Tapi Kek-."

"Sudahlah, biar Kakek yang urus masalah itu."

***

Tanpa perpisahan, Vera dan Rani kembali ke perusahaannya. Kedua wanita itu kembali naik ke helikopter yang akan membawa mereka kembali pulang.

Raut wajah Vera kini terlihat kesal, wanita itu membuang pandangannya pada luar jendela. Dia memperhatikan bangunan-bangunan yang berada di bawahnya. Terlihat sangat kecil, seperti miniatur kota yang sering pegawainya perlihatkan saat rapat.

Rani tau bagaimana perasaan Vera sekarang ini, wanita itu pun sesekali melirik ke arah Vera. Dia jelas sangat ingin membuka pembicaraan. Namun, dia takut salah bicara sehingga akhirnya tak lama kemudian mereka sampai kembali ke perusahaan. Tidak ada satu patah kata pun terlontar dari mulutnya pada sahabatnya tersebut.

"Ada jadwal apa saya habis ini?" tanya Vera pada Rani yang tengah berjalan disampingnya. Wanita itu tengah berjalan menuju ruangannya dan sahabatnya terus mengikutinya.

"Enggak ada kok. Hari ini enggak ada jadwal apa-apa lagi," jelas Rani pada Vera. Hal itu membuat sahabatnya tersebut menghentikan langkahnya.

Wanita itu menatap wajah Rani dengan tatapan letih. "Kalau begitu, saya balik ke rumah."

***

Tepat pukul lima sore Vera sampai di rumah, wanita itu cukup terkejut ketika menemukan sebuah kotak di depan pintu masuknya. Dia pun memperhatikan sekeliling rumahnya dan dia tidak menemukan siapapun. Wanita itu pun memutuskan untuk membawa paket tersebut masuk dan meletakkannya di atas meja ruang keluarganya.

Wanita itu kemudian pergi ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Setelah mandi dan berganti baju, dia pun kembali ke ruang keluarga dan membuka kotak tersebut. Kotak yang cukup besar dengan dibalut oleh kertas kado bermotif bunga itu tentu membuat Vera penasaran. Dia pikir selama ini, dia tidak pernah memesan apapun. atau mungkin ini kotak dari Rani. Tapi, apa isinya?.

Setelah bertanya-tanya di dalam hati, vera pun membuka kotak tersebut dan terkejutnya dia saat melihat pakaiannya tengah berada di dalam kotak tersebut dengan sebuah surat. 

'Hai Vera, setelah kamu lihat baju ini. pasti kamu ingat bukan, bahwa ini adalah baju yang kamu pakai saat terakhir bertemu denganku. Saat itu kita masih berstatus pacaran loh. Hmm, pasti kamu bertanya-tanya kenapa aku mengembalikan baju ini. Alasannya adalah aku ingin kembali bersamamu Ver. Persetan dengan bocah itu, tentu kamu tidak serius dengannya kan?. Hmm, sekarang aku tengah di Singapura untuk urusan bisnis. Setelah aku kembali, mari kita makan di restoran kesukaanmu. Aku masih ingat loh makanan kesukaanmu. spagetikan.'

Salam sayang dari Sam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro