06. Cowok Aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cathleen bersenandung ria mengikuti alunan musik yang didengarnya melalui earphone. Ia memasukan satu per satu buku-buknnya ke dalam tas setelah digunakan dalam pelajaran matematika tadi.


"Cathleen. Ayo," panggil Ega yang berdiri di luar kelas mengajak Cathleen untuk pulang bersama.

Cathleen mengangguk lalu menghampiri Ega.

"Kamu masih kesal sama Julio?" Tanya Ega.

"Sudah tidak kok."

Ega mengangguk.
"Kenapa sih kemarin kamu larang kita buat tidak datang ke rumah kamu?"

"Kenapa kalian datang ke rumah aku? Kan tidak ada apa-apa di rumah aku," ucap Cathleen menatap Ega dengan raut bingung.

"Leen?"

"Kenapa? Mau minta aku terima kenyataan lagi." Cathleen menyorot Ega ketus.

Ega diam. Dia tidak seberani Julio  untuk membuat Cathleen sadar dari harapan semu itu. Tapi,  kadang-kadang dia kasihan juga melihat Cathleen setiap harinya menanti kedatangan Alardo. Orang yang sudah menghilang selama dua tahun dan sudah di pastikan ia telah meninggal.

"Kok diam!" Ketus Cathleen.

"Emmm. Kita lebih baik tidak bahas itu."

"Tadi yang mulai siapa?"

"ya...aku."

"Mukanya kenapa gitu? Tegang banget. Takut aku marah?"

Ega mengangguk kaku.

"Hmmm.  Padahal aku cuma prank." Cathleen tertawa menggelegar melihat raut ketakutan Ega. Dia tahu benar Ega adalah tipe cowok yang tidak suka mencari masalah dengan teman sendiri. Karena bagi Ega bertengkar dengan teman itu bukanlah pilihan yang benar.

"Cathleen!" Kesal Ega merangkul Cathleen erat lalu  mengacak-acak rambut Cathleen.

Keduanya lalu tertawa bersama membuat beberapa orang memperhatikan mereka karena suara tawa mereka yang begitu besar. Ada juga yang menyorot Cathleen iri karena bisa dekat dengan seorang most wanted. Si bad boy Ega, Most Wanted-nya SMA  BlueStart. Salah satu sekolah swasta terbaik di jakarta.

"Beruntungnya jadi kak Cathleen, tiap hari kumpulnya sama cowok ganteng." Komentar ade kelas Cathleen yang berjalan tepat di belakang Cathleen dan Ega.

Cathleen terkekeh mendengar komentar itu. "Emang kamu ganteng, Ga?" Tanya Cathleen menatap lekat wajah Ega.

"Kalau aku tidak ganteng, tidak mungkin sejak tadi kamu ditatap iri sama cewek-cewek." Ega tersenyum bangga.

Cathleen terkekeh lalu mengusap wajah Ega kasar dengan tangannya.
"Kepedean kamu."

"Lah, itukan real."

"Yah...Yah...yah," ucap Cathleen lalu masuk ke dalam Toilet. 

"Aku tungguin kamu disini," Teriak Ega.

"Jangan. Kamu pulang saja. Kalau kamu tunggu aku nanti anak-anak yang lain pada ikut."

"Aku tidak bisa biarin kamu sendiri seperti ini."

"Tidak apa-apa, Ga. Kamu pulang saja."

"Kamu yakin?"

"Iya. Kalau yang tanyain aku bilang saja aku sudah pulang."

"Okay."

Setelah selesai mengganti rok dengan celana jeans hitam, Cathleen mencuci wajahnya yang sedikit kusam.

Suasana di luar toilet sudah mulai sepi karena tidak ada lagi suara riuh siswa. Cathleen tersenyum senang.  Sekarang ia bisa pergi ke rumah si Hacker dengan tenang tanpa harus diikuti oleh teman-temannya yang super posesif tentang keselamatannya.

"Lho. kok tidak bisa," bingung Cathleen ketika pintu toilet tidak bisa di buka.

"Yah...aku malah di kunci sama satpam," Ngeluh Cathleen.

"Halo...ada orang di luar? Aku di kunci nih," teriak Cathleen memukul-mukul pintu.

Setelah menunggu beberapa menit dan tidak ada jawaban dari luar Cathleen memutuskan untuk mendobrak pintu toilet. Gadis itu mundur beberapa langkah lalu bergerak cepat menendang pintu sekuat tenaga.

Tidak terbuka.

Cathleen mencoba sekali lagi. Kali ini dengan kekuatan penuh.

Tidak terbuka juga.

Cathleen menarik napasnya dalam mencoba mengembalikan kekuatannya. Ia mundur beberapa langkah kali ini lebih jauh lalu berlari kencang dan...

Tendangan Cathleen melayang di udara ketika pintu terbuka. Seseorang berpakaian serba hitam ada di balik pintu. Ia menatap Cathleen sesaat lalu pergi.

"My  hero?" Cathleen menurunkan kakinya dan mengejar orang tersebut. 

"Hei?" Cathleen meraih tangan orang itu membuat tubuh orang itu langsung berhadapan dengannya. 

"Makasih sudah tolongin aku," Cathleen tersenyum  manis.

Orang itu hanya diam lalu berbalik hendak melangkah pergi tapi di tahan  oleh Cathleen lagi.

"Sudah lama aku ingin bicara sama kamu, jadi jangan pergi dulu."

Orang itu hanya diam.

"Nama kamu siapa? Emm...aku Cathleen." Cathleen menyodorkan tangannya dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.

Cathleen menurunkan tangannya kaku ketika tidak ada balasan.

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau beritahu tahu nama kamu. Tapi boleh aku tahu alasan kamu selalu menolong aku tiap kali aku dalam bahaya?" Tanya Cathleen. Akhirnya ia bisa menanyakan pertanyaan  ini langsung ke My Hero-nya. Dia bingung tiba-tiba saja mendapatkan seorang penolong dari enam bulan yang lalu.

Orang itu masih diam.

"Masih tidak mau ngomong juga," Cathleen tersenyum sedih.

"Kalau kamu tidak mau ngomong, izinin aku meluk kamu. Dua menit saja." Cathleen memasang wajah melasnya. 

Orang itu masih diam.

"Diamnya kamu aku anggap itu setuju," Cathleen tersenyum manis lalu mendekat dan memeluk orang itu erat.

I love you. Kalimat itu yang ingin Cathleen lontarkan  untuk My Hero-nya tapi dia takut orang itu akan pergi meninggalkannya karena kalimat barbarnya itu.

Iya. Cathleen jatuh cinta terhadap pria yang terus menolongnya di kalah susah itu. Dia sangat menyukai pria itu. Dia mencintainya.

Orang itu menarik tubuh Cathleen menjauh lalu melangkah pergi dengan cepat dan menghilang dari hadapan Cathleen.

"Cuma kamu yang bisa buat jantung aku berdetak seperti ini." Cathleen tersenyum manis merabah dadanya merasakan detak jantungnya yang berdegub tak berirama.

🌟✏✔

Setelah kejadian tadi Cathleen melajukan motornya ke alamat rumah si Hacker. Dia sudah bertekad hari ini akan mengambil kembali akun game miliknya, lebih tepatnya milik Alardo.
Ia memarkirkan motornya tepat di depan pagar rumah Si Hacker ketika sampai.

"Lo lagi!"

Cathleen langsung menoleh ketika nada suara dingin itu menghampiri telinganya. Ia turun dari motornya dan menghampiri Cleon pemilik suara dingin  dan Ketus itu.

"Kakak lo ada nggak?" Tanya Cathleen.

"Nggak sopan banget!" Ketus Cleon. Raut Cleon memang datar tapi nada suaranya begitu dingin dan ketus. 

"Maaf." Cathleen langsung membuka helm full face-nya membuat rambut hitam panjangnya yang tersembunyi di balik helm keluar dan terkibas-kibas oleh angin.

Cleon meneguk ludahnya melihat pemandangan indah di depannya. Cathleen sangat cantik saat ini.

"Cleon?" Panggil Cathleen.

Cleon diam terpaku dengan mata yang terus menyorot Cathleen tanpa berkedip. Dia terpana dengan kecantikan Cathleen.

"Helo!" Cathleen menepuk pipi Cleon membuat cowok itu langsung tersadar. 

Cleon menggelengkan kepalanya beberapa kali menghilangkan pikiran anehnya.
"Lo siapa gue berani nyentuh-nyentuh gue?!" Ketus Cleon melap pipinya yang di sentuh Cathleen dengan sapu tangan miliknya.

"Berlebihan banget sih lo. Tangan gue bersih dan terbebas dari kuman." Cathleen menunjukan telapak tangannya ke arah Cleon.

"Oh! Kakak gue ada di pengadilan negeri jika lo mau ketemu dia. Ini orangnya." Cleon mengeluarkan ponsel dari saku celana sekolahnya, mengotak-atik ponselnya lalu menunjukan foto seorang laki-laki yang tak kalah tampan darinya.

"Thanks."

"Nggak usah berterima kasih. Gue ngasih tahu itu, biar lo cepat-cepat pergi dari hidup gue" Ketus Cleon.

"Semoga nanti kita bisa berteman. Gue yakin lo akan suka berteman sama gue." Cathleen mengacak-acak rambut Cleon lalu memasang helm  dan naik ke atas motornya.

Cathleen menekan tombol klakson lalu melajukan motornya pergi.

"Dasar cewek aneh!" Komentar Cleon merapikan rambutnya yang berantakan.

"Aneh atau unik?" Gumamnya dengan raut bingung di wajahnya.

🌟✏✔

Cathleen membuka helmnya dan menyimpannya di atas tengki motornya ketika ia sampai di pengadilan Negeri. Pandangan matanya menyapu seluruh area parkiran pengadilan negeri.

Senyum Cathleen mengembang ketika matanya mendapati cowok yang di carinya. Si Hacker.

Ia melangkah pelan menghampiri seorang cowok yang tengah sibuk dengan barang-barang yang ada di dalam bagasi mobilnya.

"Ehem!" Dehem Cathleen menyandarkan tubuhnya di mobil cowok itu.  Rautnya tampak dingin.

"Eh, lo sini." Panggil cowok itu.

Mata Cathleen membulat sempurna. Cowok itu malah bertingkah seolah tidak mengenalnya. Apa dia salah orang? Tapi wajahnya sama persis.

"What?!" Ketus Cathleen.

"Lo bisa ngendarain drone?" Tanya cowok itu.

Dahi Cathleen mengerut.
"Kenapa?"

"Baguslah. Sekarang lo bantuin gue dan teman gue lamar ceweknya."

"Bukan urusan gue. Gue kesini mau...."

"Lo ngendarain drone yang ini." cowok itu memotong kalimat Cathleen dan memberikan remot kontrol kepada Cathleen beserta dengan Drone yang sudah di pasangkan salah satu ujung baliho.

"Hei! Gue nggak bilang mau bantuin lo atau tem..."

"Sekarang!"perintah cowok itu membuat Cathleen langsung mengaktifkan Drone tersebut dan mengontrol Drone itu terbang.

"Laju drone kita harus sama biar balihonya bisa di baca sama mereka," Saran cowok itu menyorot lurus kedepan.

Cathleen mengikuti pandangan cowok itu. Dua orang berjenis kelamin berbeda tengah saling berhadapan. Mata keduanya saling bertemu menunjukan perasaan cinta mereka.

"Tahan disitu," Perintah cowok itu.

Drone yang mereka kontrol berhenti tepat di atas kedua insan tersebut.
Cowok itu tersenyum bahagia ketika kedua insan itu saling berpelukan.

"Pegang ini. Kontrol keduanya untuk mendarat." Perintah cowok itu lagi, lalu mengambil drone yang lainya dan mengontrol drone tersebut.

Cathleen menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Sudah cukup dia bersabar dengan cowok aneh di sampingnya.

Niatnya kesini ingin meminta akun gamenya tapi malah di perintah-perintah oleh Hacker gila itu.

"Nih!" Cathleen memberikan dua remot kontrol di tangannya kepada cowok itu dengan kasar lalu melangkah pergi.

"Dasar cowok aneh! Gila!  Cowok kek gitu nggak akan gue jadikan teman." Grutu Cathleen berjalan menghampiri motornya. Sejak tadi ia mencoba ramah tapi cowok itu malah membuatnya emosi.

"Kalau nggak mau di jadikan teman berarti di jadikan  pacar dong." Cowok itu berteriak  tersenyum menggoda ke arah Cathleen.

"Di jadikan teman aja gue ogah apa lagi di jadikan  pacar. Bisa Gila gue punya pacar cowok aneh dan gila kek lo." Ketus Cathleen balas berteriak ke arah cowok itu.

"Cieee yang udah ngehaluin gue jadi pacarnya," Goda cowok itu lagi.

"Eww." Jijik Cathleen.

"Pacar lo ini namanya Nathan. Nathan Putra Pratama. Gue ori Indonesia bukan KW."

"Nggak ada yang nanya!"

"Gue tahu blasteran kek lo sukanya yang ori."

"Banyak bacot nih cowok." Cathleen turun dari motornya dengan helm di tangannya. Ia tersenyum sarkas menghampiri  Nathan.

"Eh, mau ngapain lo? Lo  lupa ini pengadilan." Cowok itu yang ternyata bernama Nathan menunduk ketika helm yang di bawah Cathleen terangkat di udara siap menghantam kepalanya.

"Bodoh!" Ketus Cathleen lalu helm itu menghantam kepala Nathan dengan keras.

"Aww..." ngeluh Nathan memegang kepalanya kesakitan. 

"Gue biasanya ramah sama cowok karena semua cowok bagi gue itu adalah teman tapi tidak dengan lo. Lo cowok gila, aneh, dan menyebalkan yang nggak sudih gue jadikan teman."

"Kalau nggak bisa di jadikan teman berarti jadi pacar dong. Wah, Gue bisa di jadikan samsak sama lo kalau kek gini. Kalau nanti mukulnya jangan kasar-kasar yak sayang."

"Gue bukan pacar lo!" Tekan Cathleen. "Kembalikan akun game gue atau lo bakalan dapet yang lebih dari ini."

"Yang lebih dari ini maksud lo berpelukan atau berciuaman...atau...."

"Ugh" satu tinju melayang di perut Nathan membuat cowok itu memegang perutnya menahan sakit.

"Ingat! nama gue Cathleen. Cewek yang pernah ngalahin lo dalam  main game. Gue akan terus cari lo dan buat hidup lo berantakan sampai akun game gue kembali" sarkas Cathleen.

"Itu hanya hari keberuntungan lo," Nathan  tersenyum mengejek. 

"Kembaliin akun gue dan kita lihat apakah kemenangan gue hanya sebuah keberuntungan," Ketus Cathleen.

"Okay. Gue kembaliin akun lo kalau lo mau jadi pacar gue. Gue butuh cewek kek lo untuk nyenengin hari gue yang suram."

"Ugh" Cathleen menendang perut Nathan lagi membuat cowok itu langsung nyungsep di bawah tanah.

"Kembaliin akun game gue, jerk!"

"Jeruk?"

Cathleen menjambak rambutnya frustasi. Cowok di depannya ini adalah cowok gila yang seharusnya di masukan ke dalam rumah sakit jiwa.

"Nathan?" Panggil salah seseorang dari arah depan mobil.

Cathleen langsung mengenakan helmnya.
"Ingat hidup lo nggak akan tenang jika lo belum mengembalikan akun game gue." Ancam Cathleen lalu menghampiri motornya.

Gadis itu menyalakan motornya, memainkan gas motornya lalu melaju pergi.

"Gue suka cewek kek gini," Nathan tersenyum manis. "Dia langkah."

"Bro, lo ngapain disitu?" Tanya teman Nathan  yang baru saja berhasil melamar ceweknya tadi ketika melihat Nathan nyungsep di bawah tanah.

"Baru aja di siksa ama calon bini," jawab Nathan santai.

"Lo kalah ama cewek mulu, Nat." Ejek cewek yang merangkul cowok di sampingnya mesra.

"Udah takdir gue, mungkin.  By the Way,  selamat ya Ray, Khansa."

"Makasih." Balas keduanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro