BAB 2: Keputusan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cathleen memarkirkan motornya di depan sebuah Cafe bertema klasik namun elegan dan cocok untuk tempat tongkrongan para kaum muda. Ia lalu masuk ke dalam cafe tersebut dan menaiki tangga hingga menuju rooftop yang dimiliki Cafe tersebut. Ada banyak teman-temannya yang sedang duduk disitu. Disini adalah tempat yang mereka sebut dengan basecamp, tempat dimana mereka bisa berkumpul selain di sekolah. Tempat ini adalah rumah kedua bagi Cathleen dan teman-temannya, apa pun masalah hidup mereka tempat ini adalah rumah yang tepat untuk melarikan diri.

"Lama!" protes Ega lalu melakukan tos tinju dengan Cathleen.

"Aku perempuan, jadi wajar jika butuh banyak waktu untuk bersiap-siap sebelum kesini," jawab Cathleen setelah selesai melakukan tos tinju dengan semua temanya yang lain dan duduk tepat di samping Ega.

Semua orang yang berada di rooftop menahan tawanya mendengar Cathleen menyebut dirinya sebagai seorang perempuan. Sebab, mereka tidak pernah menganggap Cathleen sebagai seorang perempuan. Bagi mereka Cathleen adalah manusia dengan kelamin ganda dimana bentuk tubuh dan jenis kelaminnya adalah seorang perempuan tapi sikap dan perbuatannya adalah seorang laki-laki. Itulah kenapa selama mereka berteman tidak ada diantara mereka yang terjebak cinta lokasi atau jatuh cinta kepada Cathleen. Mungkinkah?

"Apanya yang lucu? Aku 'kan memang perempuan," protes Cathleen menunjukkan raut wajah cemberut.

"Perempuan jadi-jadian maksud kamu?" Goda Aldo terkekeh ringan.

"Dasar si Dodo! Kenapa jujur banget," tambah Darco menepuk bahu Aldo yang kebetulan ada di sampingnya.

Semua orang tertawa menggelegar melihat raut wajah Cathleen yang memerah karena menahan emosi. Bagi mereka menggoda Cathleen adalah hal yang paling menyenangkan karena gadis itu mudah terpancing emosi.

"Sudah?" Tanya Cathleen masih dengan raut kesalnya.

Darco mengangguk masih dengan senyum di bibirnya menahan tawa.

"Mulai sekarang aku mau kalian tidak boleh prioritasin aku lagi. Jangan tunggu aku ganti rok di toilet lagi. Jangan antar aku sampai rumah lagi. Kalau aku susah jangan bantuin aku lagi...."

"Kamu marah gara-gara bercandaan kita tadi?" Tanya Ega setengah percaya dengan ucapan Cathleen.

"Jangan di potong dulu!" Kesal Cathleen. Ega terdiam di tempatnya melihat tatapan tajam yang di berikan Cathleen kepadanya.

"...aku mau kalian pentingkan kebahagiaan kalian dari pada kebahagiaan aku. Aku mau kalian prioritaskan pacar kalian dari pada aku." Lanjut Cathleen dengan raut wajah yang terlihat serius dari biasanya. Wajahnya memerah, bukan karena emosi tapi karena air mata yang tengah ia tumpuk di pelupuk matanya.

Julio yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya mengahlikan pandangannya dari layar laptop dan menatap Cathleen datar. Namun, dibalik raut datar tersebut ada tanda tanya besar dari sorotan matanya ke arah Cathleen.

"Maaf saudara Cathleen, permintaan anda di tolak." santai Ega lalu meneguk kopinya hingga tandas dan memasukkan ke dalam mulut kentang goreng.

"Kalau sama Cathleen jangan cuman pakai saudara, bro. Harus pake saudara-saudari sekaligus biar sah, kita 'kan tidak tahu jenis kelamin dia apa," Goda Darco tidak menanggapi ucapan serius Cathlee begitu pun dengan teman-teman yang lain yang ikut tertawa mendengar ucapan Darco.

"Ga, Co! Aku tidak sedang bercanda. Apa yang aku bicarakan tadi itu serius. Aku mau kalian pentingin kebahagiaan kalian dari pada aku. Aku mau kalian pentingkan pacar kalian dari pada aku. Sudah cukup aku egois selama ini dengan memiliki kalian seutuhnya," kesal Cathleen. Ia menatap tajam Darco dan Ega satu per satu.

Aldo tersenyum sarkas dan menyorot Cathleen tajam.
"Menurut kamu kebahagiaan kita adalah bersama pacar-pacar kita, begitu?"

Cathleen mengangguk yakin.

"Kamu salah, Leen. Kebahagiaan kita adalah ketika kamu selalu merasa aman. Kamu selalu tertawa bahagia. Kamu selalu ada di samping kita semua," ucap Aldo dengan raut wajah serius berbeda dari biasanya.

"Itu tidak benar. Amu mau kalian punya seseorang yang spesial di luar sana. Aku mau kalian bisa jalani masa remaja kalian dengan berpacaran, bukan tiap hari hanya berkumpul seperti ini dan jagain aku. Kalian bukan bodyguard aku," serius Cathleen. Kali ini nada suara Cathleen sedikit meninggi menunjukkan bahwa Ia tidak ingin dibantah lagi.

"Siapa bilang kita tidak punya orang spesial? Siapa bilang kita tidak punya pacar?" Tanya Ega serius.

"Memangnya ada? Seandainya kalian punya pacar pasti langsung putus dan itu...." Cathleen terdiam sebentar "...gara-gara aku," suara Cathleen memelan dengan raut wajah yang di tekuk.

"Kita tidak punya pacar karena kita tidak mau kejadian dulu terulang lagi. Kita punya pacar dan langsung putus karena pacar kita tidak mau menerima keberadaan kamu. Mereka selalu cemburu sama kamu. Kita hanya mau pacaran sama perempuan yang mau menerima keberadaan kamu. Kita melakukan ini karena kita tidak mau kejadian kak Alana dikeroyok terulang lagi kepada kamu!" tegas Aldo.

Air mata Cathleen jatuh. Terlalu sakit mengenang Alana-Kakak kandungnya yang di keroyok hingga tewas oleh sahabatnya sendiri, hanya karena memperebutkan seorang laki-laki. Seorang laki-laki yang menjadi Ketua dari perkumpulan ini. Perkumpulan yang sudah menghilang dua tahun lalu bersamaan dengan menghilangnya leader mereka.
Kejadian meninggalnya Alana membuat Cathleen enggan berteman dengan perempuan. Bagi Cathleen, perempuan lebih berbahaya di bandingkan laki-laki. Itulah kenapa perempuan itu punya banyak teman laki-laki.

Julio berdiri dari tempatnya menghampiri Cathleen yang mulai menangis.
"Do, seharusnya kamu tidak membahas itu," tegur Julio menarik Cathleen kepelukanya.

Cathleen jarang sekali menangis. Jika dia menangis berarti ada suatu hal yang sangat menyakiti hatinya. Dan hal itu adalah ketika dia mengingat kepergian kakaknya. Alana. Atau dia...dia yang setatusnya telah menghilang atau sudah meninggal, entalah.

"Aku hanya mau kalian semua bahagia. Aku bisa jaga diri aku sendiri. Aku berbeda dari  kak Alana. Kak Alana lemah sedangkan aku tidak. Aku bahkan bisa menghajar sepuluh laki-laki seorang diri, apa lagi para perempuan yang sudah pasti lemah." ucap Cathleen ditengah tangisnya. Jika keputusannya sudah dibuat maka harus di jalankan. Cathleen adalah tipikal cewek keras kepala tingkat tinggi.

Maka dari itu, untuk menurunkan keras kepala Cathleen mereka terpaksa harus tidak kalah keras kepalanya dari Cathleen.

"Kebahagiaan kita itu kamu. Kebahagiaan kita itu ketika kamu merasa aman, ketika kamu tertawa, ketika kamu selalu ada di samping kita." Julio mengelus rambut Cathleen lembut.

Cathleen membalas pelukan julio erat lalu menangis di dadah bidang julio.
"Ma-makasih."

Ega mendekat mengelus rambut Cathleen lembut.
"Jangan minta kita buat jauh dari kamu atau tidak menjaga kamu, karena kita tidak akan pernah bisa."

Cathleen melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah Ega.
"Ah, so sweet."

"Taik!" kesal Ega karena Cathleen malah menanggapi ucapannya dengan becanda.

Cathleen tertawa menunjukan barisan giginya yang rapi melihat reaksi Ega.
"Kamu memang sweet kok, Ga. Love you," Goda Cathleen.

"Sorry yak, aku masih laki-laki normal," geli Ega.

"Nah kan bagus kita tetap seperti biasa. Jangan terlalu memperdulikan perempuan di luar sana," Darco mengacak-acak rambut Cathleen.

"Nyebelin banget sih!" Kesal Cathleen merapikan rambutnya kembali.

"Tetap saja, aku tetap mau kalian prioritaskan pacar kalian. Kalian bisa bawah mereka kesini, biar mereka kenal sama aku dan tidak salah paham lagi," tegas Cathleen.

"Yah, tetap kalah juga kita," mengeluh Aldo.

Cathleen tertawa mengejek lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Aldo dan membuat gerakan menembak.
"Soal keras kepala aku masih pemenangnya."

"Oiya. Yo, gimana sama akun aku?" Tanya Cathleen.

"Kayaknya yang meretas akun kamu bukan hacker biasa. Aku tidak bisa. Maaf ya Al, aku tidak bisa mengembalikan akun kamu," raut wajah Julio terlihat sendu. Itu adalah akun bersejarah dan dia tidak bisa mendapatnya kembali.

"Kamu kenapa lihat ke atas. Kakak aku belum mati. Jangan ngaco ya!" omel Cathleen.

Julio menatap datar Cathleen lalu kembali ke tempatnya. Cewek itu masih saja tidak menerima kenyataan tentang kematian Alardo Caldwell Aristamma-kakak kandung Cathleen.

"Leen, ada surat untuk kamu" Cyrano datang membawah amplop putih di tangannya lalu memberikannya kepada Cathleen.

"Kamu...." bingung Cathleen mengenakan seragam pegawai di Cafe ini.

"Aku kerja disini. Aku butuh uang untuk bayar sekolah aku," potong Cyrano sebelum Cathleen bertanya.

"Oh, nanti aku tenpakan kamu dibagian kasir saja," ucap Cathleen.

"Maksudnya?" Bingung Cyrano.

"Cafe ini punya kakak aku dan sekarang aku yang ambil alih. Biar kamu tidak terlalu kecapaian aku pindahin kamu ke bagian kasir saja," Cathleen tersenyum manis.

"Terima kasih, Leen. Aku kembali kerja dulu," pamit Cyrano lalu pergi.

"Uwu, baik sekali teman aku. Kalau seperti ini si Hamster bisa jatuh cinta sama kamu,"Aldo merangkul Cathleen erat.

"Kamu mau bunuh aku, Do?  Tidak bisa bernapas nih!" Kesal Cathleen melepas rangkulan Aldo.

Telah terjadi tabrakan di daerah pondok indah jakarta Selatan.
Sebuah motor yang diduga mengalami rem blong menabrak pembatas jembatan hingga terlempar ke dalam sungai......

Semua orang menyaksikan berita tersebut. Ega menaikan volume tv tersebut.

"Itu kan motor yang kemarin ngikutin gue dan ngancem gue. Iya, nomor platnya sama," ucap Cathleen mengingat kejadian kemarin.

"Ha? Yang benar lo?" Khawatir Ega.
"Lo nggak apa-apa 'kan?" Ega memutar tubuh Cathleen memeriksa.

"Kalau gue nggak baik-baik saja nggak mungkin gue ada disini, Ga."

"Syukurlah," Ega merangkul Cathleen posesif.

Korban di ketahui bernama Ben Farrabi. Sampai saat ini jasad korban belum ditemui. Tim sar mulai melakukan penyisiran di tepi sungai.....

"Ben Farrabi? Ben Farrabi?" Ega mengulang nama itu. "Namanya kayak tidak asing."

"Ben Farrabi adalah ketua gang Blacksnake," jawab Julio dengan tampang dinginnya. Tentu saja. Dia memang selalu dingin kepada siapa pun kecuali Cathleen.

"Laki-laki itu pernah mengancam aku beberapa hari yang lalu," ucap Cathleen mengingat lagi kejadian saat dia pulang dari melihat sunset.

"Kenapa si Ben ancam kamu?" Tanya Aldo.

"Aku saja bingung," jawab Darco santai.

"Aku tanya Cathleen, Bego!" Kesal Aldo.

Darco tertawa tanpa dosa melihat raut kesal Aldo.

"Aku juga tidak tahu. Kita saja tidak pernah cari masalah sama gang mereka tiba-tiba saja dia berusaha untuk cegat aku," jawab Cathleen bingung.

"Dia mungkin emosi karena adiknya aku putusin," tebak Arga.

"Ha! Kenapa kamu putusin si kyara?" Kaget Cathleen. Setiap pacar dari teman-temanya, Cathleen selalu tahu karena dia selalu menanyai tentang hubungan teman-temannya dengan pacar-pacarnya. Itulah kenapa dia tahu nama dari pacar Arga.

"Aku putusin dia karena dia tidak bisa menerima persahabatan kita. Terus dia juga menjelek-jelekkan kamu. Ya sudah aku putusin saja. Perempuan seperti itu pantas buat diperjuangkan," jawab Arga santai.

"Nah, pintar kamu. Aki suka gaya kamu," Darco memberi dua jempol ke arah Arga.

"Dasar belok!" Cathleen menatap Arga sinis lalu melangkah pergi. Dia kesal dengan teman-temannya. Jika mereka begini terus, mereka tidak akan punya pasangan hidup. Dia tahu teman-temannya sangat menyayanginya, tapi rasa sayang mereka terlalu berlebihan. Sudah beberapa banyak hati cewek yang mereka patahkan hanya untuk dirinya.

"Leen! Cathleen!" Panggil Arga.

"Dia cuman marah saja. Besok pasti akan baikan lagi," santai julio.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro