- nol

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kriett

Semua orang yang tadinya sedang berdebat menoleh ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang.

(Name), pelaku yang membuka pintu itu memasuki ruangan. Orang-orang yang tadinya sedang berdebat memberikan perhatian mereka kepadanya.

"Tapi tadi itu luar biasa. Yang tadi sudah pasti gol terbaik hari ini," ucap Bachira secara tiba-tiba muncul dengan posisi telanjang.

"Kau telanjang!!"

"Kalau sering melakukan itu, maka kita pasti menang. Iyakan, Isagi?" tanya Bachira kepada Isagi yang sedang sweat drop karena kelakuan rekannya.

"Bachira..."

"Are? (Name)-chan ngapain disana?" tanya Bachira berjalan mendekati (Name) yang daritadi terdiam didepan pintu.

"Meguru, tolong jangan telanjang seperti itu..." balas (Name) berjalan ke arah Bachira sembari membawa sebuah handuk.

"Tapi kita tak bisa menggunakan gol itu terus terusan, tim lawan bisa saja menemukan cara untuk menghentikannya dan kita tak punya cara lain untuk mencetak gol," jelas (Name) sembari mengikat handuk tersebut dipinggang Bachira.

"Minimal kita punya dua cara untuk mencetak gol, itu akan membuat lawan bingung kita akan menggunakan yang mana." Seisi ruangan terlihat menyimak penjelasan darinya. Tentu saja, karena mereka tak ingin karir mereka berhenti sampai disini.

"Tapi kita disini dipaksa untuk egois, aku tak yakin kita akan bertahan disini karena kerja sama tim." Sesudah mengikat handuk tersebut (Name) mendudukkan dirinya dan Bachira duduk dibawahnya, memintanya untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

"Aku tidak berpikir bahwa semua yang orang itu katakan benar," ucap Chigiri mengambil sebotol air untuk diminum.

"Habisnya Ego membicarakan bagaimana cara "memenangkan" Piala Dunia, pakai sebut-sebut nama Cristiano Ronaldo, Messi, dan Cantona. Tapi mereka itu belum pernah memenangkan Piala Dunia."

Penjelasan Chigiri ada benarnya juga. Mereka sama sekali belum memenangkan Piala Dunia, tapi kenapa Ego menyebut nama mereka?

Chigiri mendudukkan dirinya di samping (Name) yang sedang mengeringkan rambut Bachira.

"Tapi yah, perkataannya yang "Ini adalah pertarungan untuk membentuk sepak bola dari nol" mungkin adalah sebuah petunjuk."

"Ano sa, minna." Mereka menoleh ke arah Isagi yang berdiri dari tempat duduknya yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

"Aku masih belum tahu bagaimana cara membuat kita menang, tapi aku mungkin tahu maksudnya sepak bola dari nol."

(Name) menghentikan kegiatannya dan mulai fokus pada penjelasan Isagi, entah kenapa tubuhnya secara otomatis melakukan hal ini.

Padahal tadi ia ingin keluar dari sini, ia sempat ingin berbicara kepada Ego tapi ia memiliki firasat dari tim ini, entah apa itu. Ia tak dapat menebaknya.

"Dalam pertandingan hari ini, awalnya semua orang berpikiran untuk mencetak gol dan itu membuat semua orang saling berebut. Mungkin itulah maksudnya nol."

"Yah, itu mah bukan sepak bola sama sekali."

"Iya."

"Hal yang menghancurkan nol itu adalah golnya Barou, aku tidak tahu kenapa golnya Itoshi tidak menghancurkan nol tersebut."

"Aku tahu alasannya kenapa." Mereka semua lagi lagi menoleh ke arah (Name).

"Gol ku adalah gol yang ku rebut dari Barou-san, saat aku mencetak gol aku sempat merasakan jika tim kita mulai kompak. Tetapi saat Barou mencetak gol, itu membuat satu menjadi nol," jelas (Name).

"Ada benarnya juga..."

"Aku sempat tenang karena gol itu, tadi saat Barou mencetak gol dengan cepatnya rasanya seperti..."

"Tapi akibat gol itu, jalur untuk mencetak gol jadi terbuka dan memimpin mereka bermain sebagai tim. Barou menggunakan bakatnya untuk mengunah nol sepak bola kacau itu menjadi satu." Isagi melanjutkan penjelasan.

"Jika menggunakan prinsip itu, maka sebuah tim bisa berevolusi menjadi 10 atau bahkan 100. Jadi yang dibutuhkan adalah kekuatan untuk membuat satu itu."

"Hanya orang dengan bakat luar biasa yang mampu mewujudkan itu." Isagi mengakhiri penjelasannya.

(Name) menundukkan kepalanya, memikirkan sesuatu sampai ia tak sadar ia telah menjambak rambut Bachira seperti punya dendam.

"I-itta! (Name)-chan!!!"

"Ah, maaf." (Name) melepaskan tangannya dari rambut Bachira.

'Bakat luar biasa, ya...'

"Seorang striker yang mampu mengubah nol menjadi satu dan posisi lainnya menjadikannya 10 atau bahkan 100, yah?"

"Jadi Ego membuat peraturan hanya top skor yang mampu bertahan agar kita menyadari itu?" tanya Naruhaya.

"Sepertinya. Karena peraturan itu, ego kita terungkap dan kita dipaksa untuk bermain sendiri tanpa memikirkan posisi maupun taktik dan ego kita harus saling berbenturan sebelum benar-benar bisa menjadi sebuah tim."

"Sepak bola, sebuah tim. Mereka tercipta dari seorang stiker hebat pasti itulah pesan Ego pada kita."

"Iya, bagus. Pemikiranmu benar." Ego tiba-tiba saja muncul dari layar lebar yang dipasang di ruangan itu setelah mendengar pemikiran Isagi.

"Dengarkan aku para bakat yang belum terasah, pertandingan kedua di Gedung lima baru saja selesai. Tim V mengalahlan tim Y, 8-0."

"8-0?!"

"Hebat..."

Kali ini Ego menjelaskan cara mengubah nol itu menjadi satu, pertama-tama ia akan membicarakan tanah air mereka, Jepang.

Orang jepang senang mempunyai peran yang diberikan pada mereka, agar mereka bisa menyelesaikan tugasnya karena itulah Jepang unggul dalam olahraga baseball.

"Setiap perannya jelas dalam olahraga ini, dan itu cocok dengan orang Jepang karena itulah negara kita kuat. Tapi tidak dengan sepak bola."

"Itu punya lapangan terbuka di mana serangan dan bertahan saling silih berganti dan itu bisa menjadi sangat keras. Dalam olahraga ini, kau tidak bisa menang hanya dengan melakukan tugas yang diberikan padamu, karena itulah kau butuh kemampuan sendiri. Kemampuan milikmu sendiri."

"Dalam sepak bola Jepang, posisi yang bisa kita banggakan adalah gelandang mereka bekerja untuk tim. Mereka mengubah satu yang diciptakan stiker menjadi 100. Tanpa pemain seperti itu, sepak bola Jepang tidak akan menjadi seperti sekarang, karena itu revolusi tidak akan terjadi," jelas Ego sembari menyeringai.

"Dengarkan aku para bakat yang belum terasah. Sadarilah. Dalam sepak bola, mencetak sebuah gol artinya menghancurkan struktur tim lawan. Artinya seorang striker menjadi penghancur. Mencetak gol adalah revolusi di dalam lapangan yang menghanfurkan formasi lawan."

"Dengarkan aku para bakat yang belum terasah. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam peran yang diberikan padamu! Demi mengubah nol menjadi satu."

'Peran yang diberikan...' (Name) menatap lurus kearah layar besar itu. Peran, peran yang diberikannya adalah menjadi batu loncatan, memangnya itu pemberian? Tidak itu adalah keinginannya sendiri.

Ia terlihat seperti remaja labil sekarang.

"Kemenangan hanya ada jika kalian bisa melampaui itu." Itulah kata terakhir Ego sebelum layar tersebut menjadi hitam.

OMAKE

"Ne, (Name)-chan. Tadi kamu kemana?" tanya Bachira kepada (Name).

"Oh iya tadi Itoshi sempat menghilang ya."

"Tadi aku kebelet, maaf ya."

"Pantas saja tadi aku melihat kakimu bergetar, ternyata kebelet toh."

"Ya... Hahaha..."

-

Funfact:

(Name) tidak dekat dengan rekannya bukan karena persaingan yang sengit, melainkan traumanya yang terlalu mempercayai rekannya saat bermain bola, terkadang ia merasa seperti tidak berguna di tim.

Tetapi jika diluar hal itu ia akan mempercayai rekannya, contohnya saat di klub drama. Ia akrab dengan teman-temannya disana dan mempunyai sahabat bernama Julian (dia bakalan muncul kok awkaowkaowkaowk).

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro