Bab 5 Lady Ley Nana

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arleyanna Frins Ryan


Suasana kelas itu membosankan sekarang, setidaknya untuk Ley, guru yang sedang mengajar di depan menjelaskan bab yang sudah dipelajarinya sejak awal semester, dia hanya ingin ujian sekarang.

"Leyana, bagaimana jika kamu mengerjakan soal di depan kelas ?"

"Baik Bu Guru," gadis berambut pirang dengan bola mata emas bersinar tersebut segera berdiri untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Setelah sepuluh detik mengerjakan soal di depan kelas, gadis itu menoleh kepada gurunya.

"Saya sudah mengerjakannya, apakah ini benar Bu ?"

Guru itu menatap senang ke arah papan tulis.

"Seperti biasa pekerjaanmu sempurna, kamu boleh duduk kembali,"

"Dasar cari perhatian, bilang saja mau pamer,"

"Mentang-mentang anak orang kaya..."

"Dasar cewek pirang aneh,"

Ya, biarkan saja, Ley sudah terbiasa mendengar caci-maki dari teman-teman sekelasnya, mulai dari warna rambutnya yang unik, dipuji guru, sampai berteman dengan pewaris tunggal Joynan Hale Corporation.

Omong-omong, orang tua Ley juga kaya  untuk dibandingkan dengan pemilik perusahaan tersebut, lebih kaya di malah.

Ya, orang tua Ley menjadi kategori Lima orang terkaya di dunia, sedangkan Joynan Hale peringkat keduapuluh, tapi siapa peduli, Ley hanya ingin hidup dengan tenang yang rasanya sulit sekali didapatkan. Siapa lagi dalangnya kalau bukan tiga gadis menyebalkan itu.

Raisa Rachellia Marthin


Deskripsi :

Cantik, putih, selalu dapat yang diinginkan. Anak Keluarga Marthin, salah satu keturunan bangsawan yang terkenal.

Jiaohua Wenhe

Deskripsi :

Gadis polos berhati busuk, putri keluarga kaya, mengincar pewaris tunggal Joynan Hale Corporation, itulah kenapa dia membenci Ley.

Diana Valencia

Deskripsi :

Sebenarnya agak dekat dengan Ley, tapi terpengaruh oleh Wenhe dan berbalik membenci Ley.

Raisa, Wenhe, dan Valencia, tiga gadis menyebalkan yang selalu mencari masalah dengan Ley di setiap kesempatan.

Jam istirahat...

"Leyna, gue boleh duduk sama Lo ?" kata seorang cowok berambut hitam yang  membawa nampan makanan.

Aristian Yingjun


Deskripsi :

Namanya Yingjun, salah satu cowok idaman di sekolah. Kaya, putih, ramah, siapa yang gak mau coba ?

"Namaku bukan Leyna, tapi Arleyanna, jangan memanggilku Leyna,"

"Tapi temanmu memanggilmu Ley Nana, Leyna malah lebih bagus,"

"Ley Nana, namaku Arleyanna, berapa kali harus...."

"Ley Nana....."

Bertambah satu lagi orang yang datang dengan panggilan aneh untuknya.

Leonard Karell

Deskripsi :

Ketua kelas, beda kelas dengan Ley. Selalu mencari cara untuk dekat dengan Ley.

"Ley Na..."

"Namaku Arleyanna, bukan Leyna atau Ley Nana," gadis itu sekali lagi menegaskan namanya.

"Ayolah, kita kan teman, panggil Ley Nana juga tidak masalah kan ?" cowok itu bicara santai sambil duduk di kursi depan Ley.

"Sejak kapan aku menganggapmu teman ?" gadis itu mengambil sesendok puding karamel dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Leyana,"

Gadis itu tersenyum ceria dan melihat ke arah orang yang baru saja memanggilnya.

"Reihan !"

"Aku terlambat ya ?" kaya cowok itu ketika melihat Yingjun dan Karell yang sudah duduk di meja kantin.

"Baru mulai,"

"Baiklah," cowok itu mengambil kursi di samping Karell, membuat wajah cowok itu sedikit masam.

"Kau baik-baik saja ? Ketua kelas ?" kata cowok itu kepada orang di sampingnya.

"Aku baik-baik saja,"

Baik-baik saja sampai kau datang....

Cowok itu memasang wajah cemberut melihat cowok berambut perak di sampingnya, beneran deh, kenapa dia bisa sedekat itu dengan Leyana ?"

• Reihan Joynan Hale

Deskripsi :

Pewaris tunggal Joynan Hale Corporation, cowok yang disukai Wenhe. Terlihat licik lihat saja dia nanti seperti apa.

"Oh ya Leyana, besok ulang tahunmu kan ? Apa kau akan mengundangku ?" kata cowok berambut perak itu sambil berbasa-basi, menyenangkan bisa melihat Leyana sedekat ini.

"Apa kau mau datang ? Wenhe besok juga berulang tahun, jadi...."

"Aku akan datang kalau kau yang mengundangku," katanya memotong ucapan Leyana, Wenhe bukan siapa-siapanya, kenapa dia harus datang ?

"Sepertinya Wenhe menyukaimu, jadi kenapa tidak ?" gadis itu masih bicara dengan riang.

Tapi aku kan suka kau Leyana....

Cowok itu menjadi manyun, kenapa ? Dia juga tidak pernah mengutarakan perasaannya kepada Leyana, kenapa dia harus kecewa ?

"Ley, apa kau tidak ingin mengundangku ?" tiba-tiba Karell angkat bicara.

"Eh ? Tentu saja aku mengundangmu, undangannya akan diantar, jangan khawatir,"

"Terima kasih, kukira kau benar-benar tidak menganggapku teman," kata cowok itu bercanda.

"Mana mungkin, kalian kan teman baikku, meski acara kecil-kecilan kalian pasti adalah orang yang kuundang,"

Jadi cuma teman ?

Yingjun bergumam dalam hati menanggapi kata-kata Leyana barusan.

"Leyana, wajahmu kotor," cowok berambut perak itu mengulurkan tangan untuk membersihkan sudut bibir Leyana.

Plak !

"Eh ?" ketiga cowok itu memandang ke arah gadis bersurai hitam yang kini berada di depan mereka.

"Wenhe, kau ini apa-apaan ?" kata Reihan yang paling terkejut karena Wenhe memukul tangannya, bukan, dia menampar Leyana !

"Ley, kau tidak apa-apa ?" tanya Yingjun yang duduk tepat di sampingnya.

"Hm," gadis itu melihat tangannya yang ada sedikit darah, keterlaluan Wenhe menampar hingga sudut bibirnya robek.

"Wenhe, kau tahu itu melanggar aturan !" kata Karell yang juga ketua OSIS di sekolahnya.

"Leyana, bersihkan wajahmu," Reihan menyodorkan sapu tangan melihat wajah Leyana yang berdarah .

"Terima..."

Plak !

Gadis itu menepis tangan Reihan yang menyodorkan sapu tangan untuk Leyana.

"Wenhe ! Apa yang kamu lakukan sih ?" cowok berambut perak itu tidak bisa menahan diri sekarang, biasanya hanya menjelek-jelekkan, sekarang dia bahkan menampar Leyana ? Bukan sebagai siapa-siapa pun itu sudah keterlaluan, apalagi Leyana adalah orang yang penting baginya.

"Aku hanya mengajarinya sopan santun sebagai anak perempuan, tidak boleh menggoda anak laki-laki di depan orang banyak begini," dan benar saja, sudah banyak orang di kantin yang melihat ke arah mereka.

"Wenhe, kamu bisa dituntut dengan alasan pembullyan kepada teman sebaya," Yingjun menatap kesal pada gadis itu, kenapa bisa ada gadis seperti dia ? Mempermalukan pergaulan kelas atas saja.

"Yingjun, apa masalahmu ? Aku kan cuma mengajari temanmu, harusnya kau senang," gadis bersurai hitam itu kini memasang tampang menyebalkan.

"Wenhe, kalau paman tahu kamu bisa...."

"Kak Karell, kenapa kamu selalu membela gadis ini ? Aku kan sepupumu, harusnya kamu membelaku kan ?" gadis itu menatap tajam ke arah Karell yang sudah bosan dengan sikap sepupunya itu, sangat jauh dengan Leyana.

"Wenhe, lebih baik kamu pergi, Leyana tidak akan mempermasalahkan...."

"Reihan, harusnya kamu membelaku, aku kan calon tunanganmu, kenapa kamu malah mendekati si pirang aneh ini ?" gadis itu kini menatap gusar ke arah Reihan, apa yang kurang dari dirinya sampai Reihan tidak mau meliriknya meski  hanya formalitas ?

"Siapa yang kamu bilang si pirang aneh ?"

"Siapa lagi kalau bukan.... Bu Renata ?" gadis itu terkejut sekaligus tercengang melihat salah sat gurunya ada di kantin sekolah.

"Ada apa ini ? Kenapa Leyana berdarah ?" wanita itu menatap tidak suka kepada Wenhe, dia tahu betul bagaimana kelakuan gadis itu selama ini.

• Renata Castella

Deskripsi :

Guru bela diri dan pengurus kursus kimia, fisika, biologi, matematika, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan sosial, untuk anak yang mengikuti olimpiade. Masih banyak kemampuan lainnya. Lihat saja perkembangannya.

"Bu guru, Leyana tadi..."

"Karell, bawa Leyana ke UKS, dia harus segera diobati,"

"Baik Bu, ayo Ley, hati-hati,"

Yang sakit kan bibirku...

Gadis itu memasang wajah datar, kenapa semua orang berlebihan memperlakukannya ? Luka seperti ini bisa sembuh dalam sekejap.

"Ley, kamu bisa berjalan ? Mau kubantu ?" cowok itu berdiri di samping Leyana sekarang.

"Tidak perlu Yingjun, aku bisa jalan sendiri, terima kasih," benar kan katanya ? Mereka berlebihan !

"Hati-hati Ley,"

"Reihan, kamu di sini saja, kakiku bisa dipakai berjalan,"

"Maksudku hati-hati pada Karell," cowok itu manyun melihat ke arah Karell, kenapa dia selalu diminta menemani Leyana saat situasi seperti ini ?

"Kamu berlebihan,"

Aku kan serius Leyana....

Cowok itu memandang punggung Leyana dan Karell yang menuju ruang UKS, menyebalkan sekali rasanya, padahal dia adalah sahabat Ley.

Apa aku akan merusak pertemanan kami jika mengutarakan perasaanku padanya ? Aku juga tidak mau bertunangan dengan Wenhe......

"Reihan..."

"Lepaskan aku Wenhe," cowok itu menepis tangan Wenhe yang memegang lengan jasnya, jahat memang, tapi dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, bagaimana kalau ketahuan dia menyukai Leyana ? Dia tidak mau kehilangan teman baik sekaligus sahabatnya itu.

Reihan... Kau benar-benar mengacuhkanku demi gadis pirang itu... Lihat saja apa yang akan terjadi padanya.

Gadis itu hendak berbalik pergi, tapi Renata sudah memegang tangannya terlebih dulu.

"Bu Renata ?"

"Tolong ikut saya ke ruang bimbingan konseling,"

"Tapi...."

"Saya hanya ingin bicara denganmu Wenhe,"

"Baik Bu Guru," gadis itu hanya menurut dan mengikuti gurunya ke ruang konseling, sangat menyebalkan.

Sementara itu Reihan terlihat gusar, dia ingin menyusul Leyana dan Karell ke UKS.

"Kau mau kemana ?" tiba-tiba tangannya ditarik.

"Lepaskan aku Yingjun, aku ingin ke UKS,"

"Karell tidak akan berbuat macam-macam padanya," sorot mata dingin itu menatap tajam ke arah Reihan.

"Ck, bagaimana kau bisa memastikannya !"

"Jangan marah padaku, bukan begitu caranya menyukai orang, Reihan Joynan Hale,"

Mata cowok itu melebar, terkejut dengan perkataan Yingjun barusan.

"Kalau kau tidak peduli ya sudah, aku tetap akan pergi," cowok berambut perak itu pergi tanpa menghiraukan perkataan cowok bersurai hitam di depannya itu.

"Ck, dasar keras kepala," mau tidak mau Yingjun harus ikut ke UKS, tidak ingin  kalau... Erghh... Orang itu mengacau di sana, ya kan ?

"Kenapa sekarang kau ikut ?" kata Reihan malas pada cowok bersurai hitam di sampingnya tersebut.

"Bisa repot kalau kau marah-marah tanpa alasan," cowok itu menjawab dengan cuek, malas sekali sebenarnya bicara dengan orang ini, dia menyebalkan.

"Cih, kata-katamu masih sama tajamnya sepeti dulu, tidak punya perasaan,"

"Hm," kedua cowok itu terus berdebat sepanjang jalan menuju UKS.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro