15. Kehilangan Cony

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arwan mendekati Putri yang lagi duduk di kurisnya sambil membereskan buku-bukunya di meja.

“Put, jadikan sekarang ke perpus?” tanya Arwan berdiri di samping meja Putri.

Putri bangkit dari kursinya dan menjawab, “Jadi,” Putri menghela napasnya sebentar, “kamu pergi duluan saja, nanti aku menyusul. Aku mau ke toilet dulu,” pintanya.

Ke toilet hanya alasan Putri saja. Ia tidak mau berbarengan dengan Arwan karena tidak mau menjadi pusat perhatian pengemar cowok tampan itu. Jika Klara melihat urusan menjadi panjang, ia tidak ingin di rundung lagi.

“Ok. Gue tunggu di perpus ya!” Arwan meninggalkan Putri dan pergi keluar dari kelasnya.

Putri mengembus napasnya kasar. Ia hempaskan bokongnya ke kursi. Ia duduk sebentar lalu bangkit dari kurisnya pergi ke toilet. Di sana ia hanya membasuh wajahnya, kemudian menyusul Arwan di perpustakaan.

Putri sudah tiba di depan perpustakaan. Sebelum masuk ia melirik ke kiri-kanan lalu mengendap-endap masuk. Di dalam tidak terlalu ramai, matanya sibuk mencari Arwan. Di sebelah kiri tampak punggung cowok tampan itu sedang berdiri memilih buku di rak.

Putri mengendap-endap lagi pergi ke rak lain supaya Arwan tidak melihatnya. Ia masih kepikiran dengan ancaman Klara. Walaupun ia mencari buku di rak lain, tetap saja Arwan melihatnya. Arwan menghampiri Putri dan menyapa dengan suara kecil.

“Lu baru nyampe?” tanya Arwan dengan suara pelan.

“Iya,” lirih Putri. “Aku cari buku di rak lain ya. Nanti kita kumpulkan saja bukunya di meja dekat situ,” pintanya menunjukkan meja yang di maksud.

Arwan mengangguk sebagai jawaban bahwa iya setuju. Mereka mencari buku di rak yang berbeda. Perpustakaan disini walaupun sudah menggunakan klasifikasi fudamental, tetap saja kebanyakan dari murid-murid di sini setelah membaca menaruh buku sembarangan, sesuka hati mereka.

***

Bel berbunyi pertanda saatnya pulang. Putri keluar dari kelasnya, dan berjalan dengan santai di sepanjang koridor. Di belakangnya ada Varo yang tidak sengaja mengikutinya karena tujuan mereka sama yaitu gerbang sekolah.

Saat berjalan tiba-tiba saja gantungan tas Putri yang berbentuk boneka Cony terlepas dari ritsleting tasnya. Putri tidak menyadari dan terus berjalan.

Cony adalah salah satu karakter di Aplikasi Line. Bentuknya seperti kelinci berwarna putih yang memiliki mata hitam kecil, ekor pendek dan telinga pendek.

Varo yang sedang berjalan tidak sengaja menendang halus gantungan tas itu. Ia melihat ke lantai lalu membungkuk, dan mengambil benda itu. Ia berdiri lalu memandang punggung gadis berambut keriting nan panjang tergerai yang semakin menjauh dari pandangannya. Ia hapal betul pemilik rambut seperti itu, hanya satu di sekolah ini yaitu gadis yang di klaim-nya sebagai si Cupu paling nyebelin sejagat raya.

Varo melemparkan gantungan itu ke tong sampah yang tak jauh dari posisinya. Sayangnya lemparannya meleset, tidak masuk ke dalam tong itu, malah mendarat ke lantai di sampingnya. Varo masa bodoh dan melanjutkan langkahnya. Baru tiga langkah, entah apa yang merasukinya, ia putar balik,mengambil gantungan itu kembali lalu di masukan ke suku celananya.

***

Saat sudah sampai di rumah, Putri langsung menuju kamarnya dan duduk di tepi di ranjang. Ia lepaskan tas ransel dari punggungnya dan hendak mengeluarkan isi di dalamnya. Ia tersontak kaget karena melihat gantungan tas boneka Cony miliknya tidak ada di tempatnya. Ia mencari ke seluruh sudut kamarnya dalam keadaan panik. Gantungan itu adalah salah satu benda paling berharga pemberian dari sahabatnya, Meli. Ia tidak mau kehilangan benda itu.

Putri keluar dari kamarnya lalu mencoba bertanya kepada Bi Ayu dan juga Andi. Mereka tidak melihat benda yang di carinya. Ia dilanda kegelisahan karena belum menemukan gantungan kunci itu.

***

Putri bangun lebih awal dari biasanya. Ia bergegas pergi ke sekolah dan meneliti setiap jalan dari rumahnya sampai sekolah, berharap akan menemukan gantungan itu.

Tiba di sekolah, ia masih menunduk seperti tadi di sepanjang koridor. Matanya sibuk mencari benda itu, perhentian terakhir adalah kelasnya. Wajahnya terlihat murung. Ia masuk ke kelas dan di lihatnya baru dua orang yang datang. Mereka adalah Indra dan Dinda.

Putri menghampiri Indra yang duduk sambil main ponsel. “Hai, Ndra! Kamu lihat gantungan tas bentuknya boneka kelinci warna putih dari plastik nggak?” tanyanya dengan penuh harapan seseorang di depannya tau.

“Nggak tuh,” jawab Indra yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya tanpa melihat lawan bicaranya.

Putri pergi dari hadapan Indra dengan wajah kecewa. Kemudian, ia menghampiri Dinda yang sedang menyapu.

“Hai Din! Kamu ada ngeliat gantungan tas berbentuk boneka kelinci warnanya putih dari plastik nggak? Atau ada tersapu gitu?” tanya Putri yang masih berharap.

Dinda menghentikan aktivitas menyapunya, masih memegang sapu lalu menatap Putri. “Nggak ada tuh Put. Aku juga nggak lihat,” jawabnya.

Setelah Putri pergi dari hadapannya, Dinda melanjutkan menyapu.

Putri melangkahkan kaki ke mejanya dan meletakkan tas di atas meja lalu mendaratkan bokongnya ke kursi. Kemudian, ia letakkan kepalanya ke meja sambil melamun.

Di mana jatuhnya sih tu Cony?
Itu hadiah satu-satunya pemberian Meli.
Tuhan tolong pertemukan aku dengan Cony.

***

Arwan datang dan langsung menghampiri Putri yang tertidur di mejanya. Ia membangunkan gadis berambut keriting itu. Orang yang dibangunin meliriknya.

“Put, aku udah punya buku materi kita. Besok kan minggu, kita buat tugasnya besok ya?” pinta Arwan yang duduk di hadapan Putri.

“Ok. Kita kerjain tugasnya di mana?” tanya Putri.

“Bagaimana kalau di kafe? Bagi nomor lu dong! Nanti tempatnya di mana, gue chat lokasinya.” Arwan menyodorkan ponselnya di letakkan di meja Putri.

Putri mengambil ponsel Arwan lalu mengetikkan nomor ponselnya, kemudian di sodorkanya ke Arwan. Arwan mengambil ponselnya dari tangan Putri lalu ia simpan.

Tbc...

👓

Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih udah mampir
😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro