24. Arwan Kecewa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Varo dan Putri berada di taman sekolah, mereka duduk di rerumputan di bawah pohon.

“Kamu kan yang nyebarin berita itu?” tanya Putri dengan bentakan.

Varo mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan gadis di sampingnya.

“Lu ngomong apaan sih? Datang-datang emosian aja,” keluh Varo menatap Putri tidak suka.

Putri merogoh saku roknya, mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto kepada Varo.

Varo kaget melihat Foto di ponsel Putri. “Serius, ini bukan gue,” jelas Varo sembari menatap ponsel Putri, “ bukan gue yang posting ini,” lanjutnya menatap wajah Putri dengan serius sembari mengerak-gerakkan kedua telapak tangannya.

“Terus siapa Var? Cuma kamu yang tau kebenaran ini,” ucap Putri seketika air matanya jatuh dan tak tertahankan. “Hik.... hik.... hik....” suara tangisan Putri dan ia menyembunyikan wajahnya dengan meringkuk.

Melihat Putri menangis membuat Varo tidak tega. Ia menepuk bahu gadis itu halus.

“Jangan nangis dong! Beneran itu bukan ulah gue. Lagian gak mungkin gue sejahat itu. Udah dong berhenti nangisnya! ‘Ntar orang yang liat, bisa salah paham,” bujuk Varo dengan raut wajah panik dan binggung mau berbuat apa agar gadis di sampingnya ini berhenti menangis.

Tangisan Putri malah menjadi-jadi. Dengan ini setidaknya emosinya bisa tercurahkan bahwa saat ini ia sangat sedih.

Mendengar isakan Putri semakin keras, membuat Varo tambah bingung. Ia mengacak-acak rambutnya karena bingung harus ngapain.

Tidak lama, Putri berhenti menangis. Ia melepaskan tangan dari lututnya, menaikan wajahnya, menatap lurus ke depan sambil menyeka air mata, kemudian menatap Varo dengan mata yang memerah dan sembab.

“Beneran bukan kamu?” tanya Putri dengan suara parau dan raut wajah sedih.

“Sumpah demi Tuhan, bukan gue. Gue janji bakal buktiin ke lu, bahwa bukan gue pelakunya. Gue akan bawa orang yang merusak semuanya ke hadapan lu,” ucap Varo meyakinkan Putri.

“Aku pegang ucapan kamu. Kalau gitu aku mau balik ke kelas dulu,” pamit Putri berlalu meninggalkan Varo yang masih duduk di bawah pohon.

Kenapa gue bikin janji ke si cupu sih?
Ni mulut nggak mikir dulu apa?

Varo menepuk bibirnya. Ia pun beranjak dari duduknya, meninggalkan taman tersebut.

***

Di tengah perjalanan menuju kelas, tiba-tiba perut Putri berbunyi, lalu ia memegang perut yang kelaparan karena belum di isi. Kemudian, ia melihat arloji dengan tali berwarna Merah muda. Sebentar lagi bel masuk pelajaran akan berbunyi. Jika ia mampir dulu ke kantin, pasti akan memakan waktu lama. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tidak makan, dan menunggu jam istirahat kedua.

Di kelasnya sudah ada Tasya yang sedang duduk di kursi Putri sambil memainkan ponsel. Putri menghampiri temannya itu, dan duduk di kursi Tasya.

“Sya!” panggil Putri.

Tasya pun menoleh dan berhenti bermain ponsel, lalu di masukkanya kedalam saku roknya.

“Iya Put.” Tasya mengambil roti dan susu yang terletak di atas meja, lalu menyodorkannya kepada Putri. “Ini pesenan lu,” ucapnya.

Putri mengambil makanan itu dari tangan Tasya dengan tatapan bingung. Kemudian, Tasya merogoh saku bajunya, mengeluarkan gulungan uang, lalu di berikannya kepada Putri.

“Ini apa?” tanya Putri bingung karena Taysa memberikannya makanan dan juga uang.

Tasya memasukkan uang tersebut ke saku baju Putri.

“Lu lupa ya? Tadi kan lu nitip roti ama susu ke gue. Lu kasih gue uang dua puluh ribu dan itu di saku lu uang kembaliannya,” jelas Taysa.

“Maaf aku lupa, he.... he....” Putri nyengir.

Putri tidak ingat bahwa tadi ia nitip makanan. Ini karena ia terlalu memikirkan postingan itu sehingga fokusnya terganggu.

Putri kembali duduk di kursinya. Ia mengunyah rotinya sebelum bel berbunyi. Baru separuh rotinya habis, tiba-tiba saja Arwan menghamiprinya. Menatap Putri tajam sehingga gadis itu berhenti mengunyah dan menatap cowok itu dengan penuh tanda tanya.

“Gue kecewa sama lu. Gue kira lu tu anaknya baik, tapi rupanya hanya topeng. Nyesel gue dah pernah suka sama cewek kayak lu. Penipu!” ucap Arwan sangat kecewa dan juga marah.

Mata Putri mulai berkaca-kaca. Ia mencoba agar tidak terlihat lemah di hadapan cowok tampan itu. Ia hanya menatap Arwan tanpa sepatah kata pun. Saat ini mereka saling adu tatap. Seketika, Klara dan kedua temannya datang memanas-manaskan suasana.

“Arwan sayang. Sekarang kamu sadar kan kalo si cupu ini bukan gadis yang baik. Dia gak pantas sama kamu. Yang pantas hanya aku, Klarinta Deolinda Sanjaya. Gadis cantik yang Tuhan ciptakan untuk berada di sisimu,” ucap Klara dengan percaya diri, namun Arwan tidak mendengarkannya.

Arwan risih selalu di dekati gadis seperti Klara. Ia pergi karena muak dengan ocehan Klara dan juga saat ini hatinya sakit. Sesungguhnya di lubuk hati terdalam, ia masih mencintai Putri. Namun, sebuah fakta mengharuskannya untuk melupakan perasaan itu.

Klara mengikuti cowok tampan itu bersama kedua temannya, berlalu meninggalkan Putri yang wajahnya sudah memerah menahan kesedihannya. Setelah ke empatnya sudah tidak tampak lagi, barulah tangisannya pecah. Ia membuka kacamatanya dan menyembunyikan wajahnya dengan menunduk ke bawah meja. Kacamatanya masih ia pengang dengan tangan kirinya.

Tasya yang melihat temannya menangis, langsung mendekati Putri dan mengelus-elus punggung gadis itu.

“Jangan sedih Put! Nggak usah di masukin ke hati kata-kata Arwan.”

“Gimana aku nggak sedih, Sya. Semua orang memandangku penipu,” ucap Putri yang masih menunduk dengan suara paraunya.

“Gue nggak sama kayak mereka. Gue percaya kok sama lu. Udah, jangan nangis! Bentar lagi Buk Ines masuk.”

Putri pun mencoba berhenti menangis. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangannya dengan keadaan masih menunduk, lalu menatap temannya itu dengan sendu. Putri melihat rotinya yang tersisa separuh tergeletak di atas meja, lalu diambilnya dan dimakannya.

Tasya kembali ke tempat duduknya, dan ia duduk menyamping, menghadap ke Putri. Ia mengajak temannya itu mengobrol sebelum guru datang.

Tbc...

👓

Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih udah mampir
😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro