RTDA 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Yaudah kamu sekarang udah baik-baik aja apa belom? kalo belom mendingan kamu di rumah aja dulu, karena kakak gak mau kamu kenapa-kenapa nanti." Arsya berkata sedamai mungkin.

"Fira, udah baikan kok, Kak."

"Udah, Kakak tau kamu belom baik-baik aja, lebih baik kamu di rumah aja dulu, sama Bunda dan kak Syifa 'istri Arsya', Kakak gak maksa kamu, ini cuma perintah dan kakak gak mau ada penolakan," Arsya berbicara dengan entengnya seperti tidak ada beban sama sekali.

Setelah itu Arsya langsung meninggalkan Fira yang masih mematung di tempatnya.

Damn! Fira langsung tercengang mendengar penuturan kakaknya, sungguh tingkah ajaibnya masih berlaku ternyata, bahkan melebihi Fira.

"Kalo emang nyuruh tetep di rumah, ngapai juga repot-repot nanya!" Fira menggerutu sendiri, sangat geram rasanya dengan kakaknya sendiri.

"Dasar! minta di giles," sungutnya kesal dan langsung beranjak masuk ke dalam rumah.

***

Di kantor Arsya sedang duduk di kursi kerjanya, dia belum mengerjakan tugasnya, dia belum memeriksa dokumen-dokumen yang di berikan sekretarisnya tadi, dia masih kepikiran masalah adiknya.

"Kok, gue kayak ngerasa gak asing ya sama nama Revan," Arsya bergumam dengan dirinya sendiri.

"Tapi siapa?" gumamnya lagi.

Arsya nampak mengingat-ingat sejenak, dia mulai menyandarkan kepalanya pada sandaran di kursinya, dan mulai memejamkan mata.

Setelah beberapa menit berlalu ia mulai tersenyum dan membuka kedua kelopak matanya.

"Ternyata dia," Arsya bergumam sambil menyunggingkan senyum.

***

Di rumah sakit

Reno saat ini berada di ruangan Zahra, dan dokter beberapa saat yang lalu juga sudah memberi izin Zahra diperbolehkan pulang hari ini, jadi Zahra meminta kepada Reno untuk segera membawanya pulang, walau sempat ada perdebatan kecil akhirnya Reno mengalah, dan sekarang Reno sedang mengemasi barang-barang untuk bersiap pulang ke rumahnya.

Untuk Revan, sekitar setengah jam yang lalu ia sudah pamit untuk pergi dahulu karena beralasan ada beberapa urusan penting.

***

Arsya menelpon seseorang menggunakan gawai pribadinya, dari arah pembicaraannya di terlihat sedang membicarakan hal yang serius.

"Jika kamu memang serius dengan adik saya, lanjutkan hal yang sudah kamu rencanakan sejak lama."

"Maksudnya hal apa ya, Kak?"

"Lakukan atau tidak ada kesempatan lagi!" tegas Arsya.

Hening beberapa saat terjadi, hingga akhirnya orang yang di hubungin Arsya pun menanggapi.

"Ok Kak, malam ini saya akan kesana."

"Bagus! Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

***

Malam hari telah tiba, Fira sedang bersiap-siap untuk tidur, selepas sholat isya' tadi Fira langsung berniat untuk tidur lebih awal, entahlah dia merasa hari ini walau di berada di rumah, tetapi dia malah merasa suntuk dan lelah.

Baru saja ia duduk di tepi ranjangnya, belum sempat merebahkan badannya, suara umi Layla terdengar memanggilnya dari balik pintu.

Ia pun langsung berdiri dan membuka pintu kamarnya.

"Iya Mi, ada apa?" Fira bertanya dengan suara sedikit lebih lirih, mungkin efek mengantuk.

Bukannya menjawab, umi Lalya malah memandang putrinya dengan tatapan sendu.

"Umi gak nyangka, ternyata anak Umi sudah menjadi gadis dewasa ya, dan sebentar lagi sudah dipinang orang," umi Layla bersuara sembari mengelus puncak kepala putrinya.

Rasa kantuk Fira sudah hilang entah kemana dan sudah digantikan dengan rasa terkejut.

"Maksud Umi apa sih, dipinang orang, maksudnya?"

"Udah sekarang kamu cepetan ganti baju kamu, pakai baju gamis, nanti susul Umi ke ruang tamu, di sana penjelasannya."

Belum sempat Fira menanggapi, umi Layla malah sudah lebih dahulu pergi ke lantai bawah.

Fira yang masih bingung memikirkan perkataan umi pun tidak mau ambil pusing, dia langsung berjalan mengambil gamis berwarna peach dan jilbab dengan warna senada dengan gamis yang ia kenakan

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Fira menggunakan bedak tipis dan sedikit polesan lip balm pada bibir supaya tidak terlihat kering.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit, Fira pun langsung turun menuju ruang tamu.

Saat sudah sampai di ambang ruang tamu, Fira sungguh terkejut dengan orang-orang yang berada di sana, dan mulai terngiang kembali ucapan uminya tadi, dipinang? seketika Fira dilanda kegugupan dan terkejut secara bersamaan.

Tatapan Fira terhenti pada salah satu di antara mereka, mereka belum menyadari Fira sudah berada di sana, umi yang baru menyadari Fira berada di sana pun langsung memanggil Fira, seketika semua mata tertuju kepadanya, termasuk orang yang diperhatikan Fira tadi, Fira langsung menundukkan kepala dan segera berjalan menuju ke tempat mereka.

***

Di sini lah Revan sekarang, sedang duduk di kursi kerjanya, dia sedang berkutat dengan beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani.

Setelah selesai beberapa saat yang lalu ia langsung beranjak menuju salah saru pintu yang ada di ruangan itu, ya pintu yang mengarahkannya pada ruangan kamar yang sengaja ia bangun untuk dirinya, selama ini memang Revan jarang pulang ke rumah orang tuanya, ya Revan memang masih tinggal dengan orang tuanya, sebenarnya ia sudah memiliki rumah pribadi, hanya saja dia belum ingin menempatinya karena ingin menempatinya dengan istrinya kelak.

Di saat Revan sedang sibuk-sibuknya di kantor biasanya Revan memang tidak akan pulang dan memilih tidur di ruang kamar yang berada di ruang kerjanya.

Tetapi saat ini alasan Revan berada di sini bukan karena benar-benar sangat sibuk, hanya saja ia memang sengaja menyibukkan diri, ia ingin melepaskan pikirannya dari masalah-masalah yang sedang ia alami.

Dia juga tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan saat ini, dia merasa lega dengan perkataan Zahra tadi pagi, setidaknya dia masih punya kesempatan untuk memperjuangkan cintanya kepada Fira, tetapi dia sendiri merasakan keresahan tersendiri, dia merasa hatinya sedikit terasa sesak dengan pernyataan Zahra tadi pagi, muncul rasa tidak ingin kehilangan kepada gadis kecil itu.

***

Di sini lah sekarang Fira berada, duduk di antara kedua orang tuanya, berhadapan dengan orang serta keluaga yang sudah sangat ia kenal, di depannya sudah ada sosok laki-laki yang sudah sering ia jumpai, Baren dengan kedua orang tuanya, di sebelah kanannya sudah ada Bagas 'ayah Baren' dan di sisi sebelah kirinya sudah ada Mita 'Ibu Baren', dan di sana juga sudah ada Arsya dan Syifa yang berada di kursi tidak jauh dari mereka.

"Baik lah, karena hari juga yang semakin malam, saya kemari karena ingin menyampaikan suatu tujuan, yang akan di utarakan oleh anak saya," Bagas berucap dengan tenang.

"Maaf sebelumnya Mi, Abi, Fira, kak Arsya dan keluarganya, kalau kedatangan Baren kali ini sedikit mengejutkan, tetapi Baren kali ini kesini karena memiliki tujuan berbeda seperti biasanya, Baren ingin meminta izin untuk meminang Fira menjadi istri Baren, maaf kan Baren jika Baren sedikit lancang karena meminta izin seperti ini, apakah Abi mengizinkan?"

Abi Irsyad terkekeh sehenak, setelah itu tampang tegasnya kembali lagi.

"Tidak perlu meminta maaf nak Baren, Abi justru bangga kepada kamu karena sudah berani datang kemari dan menunjukkan niat baikmu, Abi sama sekali tidak keberan jika kamu melamar anak Abi, tapi untuk keputusan di terima atau tidaknya, Abi serahkan semuanya kepada Fira."

Fira yang sedikit gugup pun langsung mengalihkan pandangan nya dari lantai beranjak memandang ke arah Abi yang berada di sebelahnya.

Sebenarnya ia bingung ingin menjawab apa tetapi dia juga berfikir mungkin inilah yang terbaik,ya terkadang dia juga sudah sholat istiqharah, dan tidak bisa di elak bahwa Baren lahyang selalu datang ke dalam mimpinya, dia selalu mengelak dan dia selalu keberatan dengan hal itu, karena tidak bisa di pungkiri dia masih mencintai Revan, tetapi dengan melihat kedatangan Baren kali ini dan dengan maksud baiknya, Fira berpikir sejenak, mungkin ini keputusan yang terbaik.

"Ekhem!" Fira berdehem setelah itu di menarik napas dan menghembuskannya kembali.

"Bismillahirrohmanirohim, semiga keputusan yang Fira ambil ini tidak salah, Fira menerima lamaran Baren, dan Fira akan berusaha menjadi istri Baren sebagai mana mestinya, walau Fira harus mengatakan jujur, perasaan cinta Fira kepada Baren memang belum ada, tetapi Fira akan berusaha menumbuhkan perasaan itu jika Fira sudah menjadi istri Baren nanti."

"Alhamdulilah," semua orang bersauta bersama.

Sedikit rasa sesak ada pada hati Barrn, walau buka penolakan yang ia dapat, tetapi menerima kenyataan Fira tidak mencintainya membuat hatinya sedikit tercabik, tak apa lah pikir Baren, jika Fira belum mencintainya, dia akan berusaha dan terus berdoa seiring berjalannya pernikahannya nanti.

"Ya sudah, karena pernikahan adalah suatu hal yang baik, bagaimana jika waktu pernikahannya kita tentukan sekarang," usul Mita.

"Wah, iya tuh setuju banget umi," sahut umi Layla.

"Bagaiman jika saabtu depan," usul abi Irsyad.

"Hah!" sorak semua orang refleks.

Pasalnya jika di hitung dari hari ini, sabtu depan itu tidak sampai sepuluh hari dari ini.

Assalamualaikum, gimana nih part kali ini, hem krispy ya, masih kurang menarik ya, maaf.🙏

Maafin aku juga ya, karena udah lama banget telat nulis, sebenernya ide-idenya udah ada dari lama, tapi karena aku lagi terjebak dalam zona nyaman jadi malah belum bisa ngedapetin mood yang pas untuk ngelanjutin lagi, karena aku juga belum bisa nulis cerita tapi mood belum sesuai, karena kalau belum sesuai dengan mood, bukannya berhasil nulis dengan benar, malah berhasil ngeberantakin tulisan.

Maaf ya, oh iya, jika ada yang punya saran untuk lebih baiknya bagaimana intuk cerita ini, aku terima saran kok, dan kalau untuk kesalahan penulisan tanda dan kata, memang aku sengaja belum revisi, dan rencanya akan ku revisi jika cerita ini sudah tamat, entah akan ubah keputusan atau tidak.

Jangan lupa terus ikutin cerita ini ya, dan jangan lupa vote bagi yang suka dengan cerita ini.😁😋

sriasari8

Lampung, 20 agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro