RTDA 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Terpampanglah Revan dan Bayu sedang berdiri di dekat ruang tempat di adakan nya acara perpisahan tersebut, dengan aura ketampanan yang semakin terlihat, apalagi di tambah dengan jas yang saat ini sedang ia kenakan sangat cocok sekali di tubuhnya.

Ya ampun makin adem banget kamu kak di liatnya, batin Fira.

Fira langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Astaghfirullohaladzim Fira, sadar Fira sadar," gumamnya yang masih terdengar oleh Rina.

Rina yang melihat sahabatnya seperti itu tidak kehilangan ide jailnya untuk menggoda sahabatnya.

"Hayo loh mikirin apa hayo!" seru Rina di iringi tertawa.

Rina langsung mendapatkan tatapan tajam dari Fira seperti sedang berkata awas kamu!.

*****

Fira sedang  berada di kelas bersama Rina yang masih setia dengan omelannya.

"Lagian kamu nih aneh Fir, ini kan hari terakhir kamu bisa liat kak Revan di sekolah ini kenapa kamu malah ngehindar?"

Setelah Fira melihat Revan dia mencoba menetralkan jantungnya, debaran jantungnya masih saja berdebar kencang, dia tau yang ia rasakan ini adalah dosa, tetapi dia juga tidak mengingin kan hal ini terjadi.

Walau sudah beberapa bulan dia menghindar dari Revan, dan terus berusaha menghilangkan perasaannya terhadap Revan, tetap saja perasaanya tidak berkurang sedikitpun, dan malah semakin menetap di lubuk hatinya.

Fira langsung menarik Rina melawat arah lain untuk menuju ke kelasnya, Rina yang belum siap sama sekali, sedikit terhuyung saat Fira menariknya.

Fira langsung melihat Rina dengan santai dan menaikan satu alisnya.

"Ya terus aku harus ngapain?"

"Ya aturan kamu samperin dong!" seru Rina memutar bola matanya malas.

"Kalo udah di samperin mau di apain?"

"Ucapin selamat lah, apa ngapain gitu."

"Ya jadi percuma dong!"

Rina mengerilutkan dahinya, sungguh dia belum bisa mencermati kata-kata Fira.

"Apanya yang percuma?"

"Ya jadi perjuanganku buat ngilangin rasa ke kak Revan sia-sia dong!"

Rina cengok mendengar kata-kata Fira, mungkin jika Fira bukan sahabatnya sudah di paketkan olehnya.

"Heleh alesan, nyatanya udah berbulan-bulan gini masih tetep aja gak bisa ngilangin!"

Fira hanya menyengir tidak berdosa, bukannya apa-apa hanya saja jika dia menemui Revan dia yakin pasti dia tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun.

*****

Hari-hari telah berlalu, Fira dan Rina sudah menjadi angkatan paling senior di antara adik-adik kelasnya, mereka juga sudah mulai menghadapi banyak ujian untuk kelulusannya, kurang lebih sudah sebelas bulan sejak perpisahan kakak kelasnya itu, Fira sudah tidak pernah melihat Revan lagi, dia juga tidak berusaha mencari tau tentang keberadaan Revan, Fira berfikir mungkin jika Fira tidak mengetahui tentang kabar tentang Revan lagi dia bisa menghilangkan perasaannya, namun nihil.

Saat ini di SMA Angkasa Fira dan Rina sedang berada di perpustakaan untuk mencari materi pelajaran tambahan.

"Eh Fir kalo udah lulus dari sini rencananya kamu mau ngelanjutin kuliah dimana?"

Fira langsung sadar dari lamunannya.

"Entahlah Rin, aku juga belum kepikiran mau lanjutin kuliah atau gak."

"Lah kenapa, kalo masalah biaya kuliah gak mungkin keluarga kamu gak sanggup."

"Bukan masalah itu Rin, aku nya aja yang belum kepikiran buat kuliah."

"Heeee... dasar kebiasaan!"

Kebiasaan error  maksudnya.

"Kalo gak kamu kuliah di kampus yang sama kayak kak Revan aja Fir."

Fira langsung menatap malas ke arah Rina.

"Ih gak lah apa-apaan sih kamu Rin!" Fira mendengus kesal.

Sungguh dia tidak mau terjebak dalam keadaan yang sama lagi, sedangkan perasaannya saja masih sama terhadap Revan.

"Eh tapi emang nya kamu tau kak Revan kuliah di kampus mana?"

Kok nyesek ya, batin seseorang.

Baren sedang melihat-lihat buku pelajaran untuk sedikit tambahan belajar, ya walau pun dia tidak terlalu menyukai hal iti tetapi dia berusaha menyadari kalau dia tidak lama lagi juga harus mengadapi ujian kelulusan dan mau tidak mau dia harus belajar juga.

Saat Baren sedang mencari-cari buku dia mendengar ada orang lain di balik rak buku di sampinnya, entah muncul kemauan dari mana, dia mencoba melihat orang itu dari sela-sela buku.

Baren melihat Fira dan Rina sedang mencari buku juga, setelah beberapa menit dia mulai mendengarkan Fira dan Rina bercakap-cakap tetapi tidak terlalu ia perhatikan dan dia kembali memilih-milih buku.

Sampai ketika dia mendengar Rina berkata tentang Revan.

"Kalo gak kamu kuliah di kampus yang sama kayak kak Revan aja Fir."

"Ih gak lah apa-apaan sih kamu Rin!" Fira mendengus kesal.

"Eh tapi emang nya kamu tau kak Revan kuliah di kampus mana?"

Seketika hati Baren tergores kembali mendengan pertanyaan Fira tersebut, dia baru menyadari ternyata gadis yang ia cinta ternyata masih saja memiliki perasaan yang sama terhadap orang yang sama walau mereka sudah lama tidak berjumpa.

Walau Fira tidak menjelaskan tentang perasaannya terhadap Revan, tetapi Baren sangat paham bahwa Fira masih mencintai lelaki itu.

Setelah itu Baren keluar dari perpustakaan, karena entah rasa dari mana setiap Fira berbicara tentang lelaki lain Baren merasakan seperti ada yang menusuk di hatinya.

Baren keluar melalui arah lain, dia berusaha supaya Rina dan Fira tidak tau kalau dia sudah mendengar percakapan mereka.

Rina memutar bola matanya malas, lagi dan lagi, sahabatnya ini selalu ingin menghilangkan perasaannya terhadap Revan, tetapi giliran di pancing tentang Revan sedikit sudah menanggapi.

"Ck! kamu nih Fir, ya jelas gak tau lah!" Rina langsung menertawakan wajah Fira yang awalnya penuh harap langsung berubah menjadi masam.

Fira mencebik sebal.

Sungguh walau dia ingin menghilangkan perasaan terhadap Revan. Tetapi tanpa dia sadari juga jauh di lubuk hatinya  dirinya masih  sangat mengharapkan kehadiran Revan kembali tetapi Fira sengaja tidak mau menyadarinya.

"Gak guna banget sih Rin candaan kamu," Fira menekuk wajahnya menghadap ke arah lantai.

"Loh-loh maafin aku Fir, aku kan cuma bercanda," Rina sedikit merasa tidak enak.

Fira langsung mendongak menatap Rina dengan tatapan yang sulit di artikan, setelah itu mulai muncul senyum samar-samar.

Lah, hayo kenapa ya Fira?

Rina mulai merasa ada sesuatu yang aneh, di sudah mulai menatap Fira dengan waspada.

"Kamu kenapa Rin, kok kamu liat aku horor banget, kayak abis liat hantu?"

"Hmm!" Fira mengembangkan senyum misteriusnya.

"Bener kata kamu Fir," ucap Rina tiba-tiba setelah terdiam cukup lama.

Fira langsung mengerutkan dahinya karena bingung mendengar penuturan dari Rina.

Rina langsung mengambil buku yang tadi sempat di lihatnya.

Setelah itu dia mensejajarkan buku tersebut dengan wajah Fira.

"Kamu bener fir."

"Maksud kamu?"

"Aku beneran abis liat hantu, nih coba liat deh mirip kan," Rina memperlihatkan gambar cover buku itu pada Fira.

Fira langsung terbelalak melihat cover buku itu, hantu? what? Aku di samain sama hantu gitu?, batin Fira.

Fira langsung memandang Rina dan cover buku bergantian.

"Rina! Awas ya kamu!" ujar Fira penuh penekanan.

Rina yang melihat expresi Fira langsung meletakkan buku tadi ketempatnya semula, dan hanya menunjukkan cengiran tak berdosanya, setelah itu dia berjalan cepat ke luar dari perpustakaan.

Saat di pintu perpustakaan Rina langsung bermonolog, "good bay Fira,emuach!" seru Rina sambil melayangkan kiss di udara.

Fira melongo melihat sahabatnya lansung keluar dan meninggalkan Fira.

Fira langsung buru-buru berlari mengejar Rina.

Yang awalnya niat mereka mencari buku untuk di pelajari malah malah terganti dengan acara debat kembali.

"Rina tunggu aku, jangan kabur kamu!" Seru Fira saat baru saja keluar dari perpustakaan.

*****

Saat di perjalanan pulang dari sekolah, Baren yang sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang melihat ada seseorang Pria paruh baya yang sepertinya sedang mengecek ban mobilnya, Baren yang melihat hal itu pun langsung memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, setelah itu dia menghampiri Pria paruh baya tersebut yang  kebetulan ada di sebrang jalan tempat mobilnya berhenti.

"Maaf pak, apakah mobil bapak sedang aja masalah?"

"Oh iya nak, sepertinya ban mobil saya bocor nak, dan saya sedang tidak membawa serep ban," jawab pria paruh baya tersebut belum menengok ke arah Baren.

Baren tertegun, dia seperti mengenal suara dan postur tubuh orang tersebut, setelah itu  pria paruh baya tersebut melihat ke arah Baren.

Mere berdua sama-sama terkejut.

"Loh om Irsyad!" ucap Baren spontan.

"Iya ini Om, kamu Baren anaknya Bagas kan?"

Baren tersenyum,"iya om aku Baren," jawab Baren seraya mengangguk.

"Oh iya, Om udah hubungin bengkel belum Om?"

"Udah Ren, tapi no bengkel yang om kenal lagi gak bisa kesini dalam waktu cepat, soalnya mereka juga lagi ada tugas di tempat lain, dan katanya mungkin bisa kesini kisaran satu jam lagi."

Baren mengangguk-anggukan kepala pertanda paham.

"Kalo gak Baren hubungin bengkel kenalan Baren aja Om, mobil om di tinggal di sini aja dulu, biar nanti aku aja yang anterin Om sampe rumah"

"Yasudah Om setuju kalau begitu."

Baren menelpon no benkel yang dia kenal yang lumaya dekat dari temoatnya sekarang.

Sekitar dua puluh menit akhirnya montir pun datang dan mereka pun melaju pulang menuju rumah om Irsyad.

*****

Sesampainya di rumah  Irsyad Baren di ajak mampir ke rumah om irsyad, karena Baren tidak enak menolak ajakan om irsyad jadi dia memutuskan untuk mampir, lagian selama ini dia hanya bertemu sesekali dengan om irsyad saat sedang bersama papanya.

Irsyad pun menekan bel rumahnya.

Pintu rumah pun mulai di buka menampilkan sosok perempuan yang menjadi cinta halalnya abi Irsyad siapa lagi kalau bukan umi Layla.

"Assalamualaikum," salam Abi irsyad.

"Waalaikumussalam abi," jawab umi sambil mencium punggung telapak tangan suami tercintanya.

"Abi pulang sama siapa ini, memangnya mobil abi kemana?"

Oh iya umi Layla memang belum mengenal Baren, umi Layla mengenal ayah ibu Baren tetapi dia memang belum pernah bertemu Baren, dia hanya tau kalau sahabat suaminya, Bagas ayahnya Baren dan Mita istrinya Bagas yang tidak lain adalah ibu dari Baren miliki seorang anak laki-laki yang seumuran dengan Fira.

"Oh ini Mi, dia ini anaknya Bagas."

"Assalamualaikum tan, aku Baren," salam Baren sambil mencium punggung tangan umi.

"Waalaikumussalam, oh ini anaknya Bagas Bi, ganteng ya," ucap umi sambil terkekeh.

Baren tersipu mendengar candaan umi Layla.

"Hey sudah Umi bercandanya, sekarang ayuk kita semua masuk ke dalam rumah dulu!" ajak Abi Irsyad.

Mereka semua mengangguk tanda setuju.

Saat masuk ke dalam Rumah Umi memanggil Fira yang sepertinya sedang berada di kamarnya.

Tok tok tok

"Fira nak apa kamu di dalam?"

"Iya mi," jawab Fira sambil mebuka pintu kamarnya.

"Ada apa Mi?"

"Itu loh ada anak dari sahabat Abi, yuk kenalan dulu yuk," ajak umi Layla.

"Ya sudah iya Mi," Fira merasa tidak masalah juga kan, toh cuma berkenalan.

Fira mengikuti umi Layla yang berjalan di depannya.

Sesampainya di ruang tamu Fira melihat abinya sedang benbincang dengan seorang laki-laki yang sepertinya seumuran dengan dirinya, Fira belum tau siapa laki-laki itu karena dia baru melihat dari belakang.

"Eh Fira, sini nak kenalin ini anak dari sahabat Abi," ajak Abi Irsyad.

Loh Fira, apa jangan-jangan om irsyad ini ayah Fira yang gue kenal ya, ah mungkin cuma kebetulan sama nama aja kali ya, batin Baren.

Saat Fira menghampiri ke tempat abinya dan duduk di sofa samping abinya.

Saat pandangan Baren dan Fira saling bertemu mereka berdua terkejud.

"Baren."

"Fira."

Ucap mereka bersamaan.

Umi dan abi saling bertatapan.

"Loh kalian udah kenal?" tanya umi.

"Iya Umi, Baren ini kan temen sekelas Fira," jawab Fira.

Abi dan Umi mengangguk paham.

"Tapi kok kamu gak bilang dari dulu nak, kalau kamu sekelas dengan Baren?" tanya abi Irsyad.

Fira langsung tercengang mendengar pertanyaan Abinya.

"Ih Abi, kan baru tau kalo Baren ini anak sahabat Abi," ujar Fira sambil mengerucutkan bibirnya.

Tanpa di sadari ada seseorang yang tertawa kecil melihat tingkah manja Fira kepada abinya.

"Oh iya abi lupa, berarti gak lama lagi kalian sudah mau lulus ya?"

Baren dan Fira hanya mengangguk mengiyakan.

Fira merasa haus jadi dia langsung mengambil minum yang memang sudah di sediakan tadi oleh asisten rumah tangganya.

"Bagaimana kalo kalian berdua abi jodoh kan saja ya?"

Fira yang sedang minum langsung tersedak mendengar perkataan abi irsyad.

Uhuk...uhuk....

"Eh Fira, hati-hati nak minumnya!" tegur umi Layla khawatir.

Semua mata langsung tertuju pada Fira.

Sebenernya gue kaget banget sama omongan om Irsyad tadi, dan gue tau Fira juga pasti terkejut banget, karena Fira juga emang masih suka sama kak Revan, batin Baren.

"A...abi jangan ngomong gitu ih, kan lagian aku sama Baren masih sekolah belum lulus, lagian masa depan kita juga masih panjang Bi," elak Fira panjang lebar.

Yang sebenarnya itu semua hanya alasan semata, karena Fira juga pada intinya mencintai orang lain.

"Emang nya kalo di jodohin itu bisa ganggu masa depan kamu gitu!" jawab abi penuh penekanan.

Fira langsung menunduk tidak berani membuka mulut lagi.

Seketika suasana menjadi hening.

"Jadi bagaimana Fira apa kamu tidak keberatan di jodohkan dengan Baren?" tanya abi Irsyad.

Hayo gimana ya kelanjutannya, apa ya kira-kira yang akan di lakukan Fira?

Tunggu kelanjutannya ya!

Lampung, 15 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro