10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang kulihat pertama adalah wajah datarmu, yang ke dua senyummu, dan yang ke tiga adalah kesedihanmu

===

Jam pertama sudah dimulai Sugawara, Nishinoya, dan juga (Name) telah berpisah ke kelasnya masing-masing. Hari ini entah kenapa terasa begitu lambat untuk mereka.

Iris (Name) sedang memperhatikan pelajaran yang ada di papan tulis, setelah ia tidak masuk beberapa hari ia harus maraton menyelesaikan materi-materi yang sudah ia lewati. Kadang juga ia isi waktu dengan mencatat materi atau merangkum materi yang ada di dalam buku perpustakaan. Sejak beberapa hari ini langit mulai jarang menurunkan hujan, banyak yang bilang ini keberuntungan ataupun tidak.

-«○»-

Sekarang sudah waktunya pelajaran olahraga bagi (Name) dan juga Sugawara, memang kelas 9-1 dan juga 9-3 bersamaan, (Name) kini tengah duduk dengan pakaian olahraga yang terekat di tubuhnya. Ia sebenarnya tidak berolahraga, tapi ketika sang guru olahraga tersebut mengatakan bahwa pelajaran olahraga akan diambil nilai maka (Name) langsung berganti pakaiannya. Demi nilai. Kau memang keras kepala kalau soal nilai.

Praktik pertama lari jarak dekat, (Name) melaksanakannya dengan mulus walaupun akhirnya napasnya tidak teratur, praktik yang di haruskan saat ini adalah lari jarak dekat dan lari jarak jauh, kau menunggu giliranmu itu di pinggir lapangan sambil mengatur napasmu. Lari jarak pendek saja kau sudah begini dan juga kau adalah yang paling lambat dari temanmu.

Iris Sugawara mencari keberadaan sang surai (H/c) dan gotcha! Ia menemukannya telah duduk di pinggir lapangan sambil memperhatikan yang lain. Sugawara berjalan mendekat ke arahmu. Ia menyentuh pundakmu, kau tersentak saat tangannya yang lebih besar darimu menyentuh pundakmu.

"Halo (Last Name)-san." sapa Sugawara. Kau mengangguk dan mengelap sisa keringat di wajahmu. Tanganmu mengambil botol berisi air minum yang berada di sampingmu dan meneguknya sampai habis. Sugawara hanya memperhatikan kegiatanmu tersebut. Wajahmu pucat, serta deru napasmu yang tidak beraturan tersebut membuat Sugawara merasa khawatir. Oh astaga, apa kau tidak menyadari kalau wajahmu itu pucat? Dan apa kau sudah lupa kalau kau baru saja masuk sekolah?

"(Last Name)-san, apa kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat ... ." ucap Sugawara kepada (Name), (Name) tersenyum kecil berusaha meyakinkan Sugawara bahwa ia baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja, Sugawara-san."

"Baiklah." kata Sugawara dengan ragu, ia masih khawatir dengan keadaan (Name), kalau ada apa-apa dengannya bagaimana? (Name) segera bangkit saat nomor absennya disebut, ia menepuk celananya berusaha membersihkan debu dan menuju ke lapangan.

Sugawara menatap punggung mungil (Name), ia mengikuti (Name) dari belakang dan menonton dari pinggir lapangan. Ia berharap tidak ada yang terjadi pada (Name). Ya ia berharap.

Suara peluit lantang mulai terdengar semua berlari dengan cepat, kecuali (Name), ia sudah kehabisan setengah tenaganya untuk lari jarak pendek. Sudah seperempat jalan dari garis awal, napasmu sudah terasa sesak, kau memperlambat langkahmu dan akhirnya berhenti. Kau menatap ke arah depan, melihat punggung temanmu yang mulai menjauh dari pandangamu kepalamu pusing, semakin lama semakin berat dan semuanya gelap pada saat itu.

--; Kalau kau mengkhawatirkannya, kenapa tidak menghentikannya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro