7. Judulnya Hari Ini Nyinyiiirrr....

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada pepatah yang bilang, komentar itu lebih gampang dari pada ngerjain.

Yha... bener kok. Ngomen emang lebih gampang dari ngelakuin. Apalagi nyinyir, itu mah lebih gampang lagiiii....

Warning: PADA BAGIAN INI AKAN BERISI KERANDOMAN SAYA, JADI JANGAN HERAN KALAU TOPIKNYA BISA LOMPAT-LOMPAT.

Saya juga nggak berniat buat ngurutin topiknya sih. Isi bagian ini mungkin lebih kepada saya yang ngedumel. Yha, walaupun di beberapa part cerita (kalau kalian baca cerita saya), saya udah ngedumel mulu di beberapa bagian cerita lalu.

Sebelumnya, saya mau bilang sih kalau mungkin untuk beberapa minggu ini saya akan istirahat dulu. Wkwkwk... udah jarang update, terus bilang istirahat update cerita, maafkeun kalau saya bikin kalian kzl. Beberapa hari terakhir ini cuacanya bikin badan kurang nyaman sih. Kalau malem dingin banget, kalau siang lumayan bikin gerah. Jam tidur saya udah lumayan, mau mbalik normal lagi. Tapi nggak tahu kenapa, hari ini saya nggliyeng. Nggliyengnya nggak bikin saya kehilangan keseimbangan sih, tetapi pusingnya lumayan bikin saya musti rebahan, mana beberapa hari lalu juga maag saya kambuh. Jadi... saya mutusin buat rehat lagi. 😬😬

Tapi kalau kalian komen ya, saya tetep mbalesi. Dan saya pengen nyicil baca-baca lagi. Entah udah berapa bulan saya baca satu buku aja nggak selesai-selesai, nggemesin deh 🤣

Nah... saya pengen berbagi dikit kekesalan saya sama kalian. Sebelum itu, silakan dengerin lagunya Everglow di atas. Lagunya bikin semangat kok, sekalian semangat kalau mau gaplokin orang 😎

Tapi tolong, gaplokin aja adonan donat. Itu lebih berfaedah dari pada kalian gaplokin orang. Gaplokin orang bikin masalah tambah besar, kalau gaplokin adonan donat bisa bikin kenyang, donatnya tambah enak, terus kalau mau, bisa salurin kelebihan tenaga. Siapa tahu bisa buka catering kecil-kecilan dengan buka usaha donat goreng.

Jadi..., yang baca dua part terakhir note saya di cerita The Conquered Throne, pasti menyadari kalau kekesalan saya ini bermula dari berita dan tontonan di youtube. Mulai dari berita salah satu channel yang saya subscribe, lalu kematian seekor gajah, dan sekarang saya ditampar lagi sama kenyataan mengenai fake channel rescue binatang. (Alhamdulillah, saya nggak subscribe channel tersebut).

Duit bukan segalanya, tapi segalanya butuh Duit. Duit memang bukan kebahagiaan, tetapi tanpa uang, kita akan sangat menyedihkan.

Saya menyadari kalimat tersebut dengan sangat baik. Saya pernah di posisi jatuh secara finansial dan itu benar-benar menyedihkan, seperti nggak punya power. Mau angkat kepala juga nggak sanggup dan isinya hanya serba minder, karena merasa nggak bisa apa-apa. Belum lagi pandangan merendahkan dari orang lain, diremehkan, bahkan dipandang sebelah mata. Saya pernah merasakan itu sampai di titik, saya ini ngerasa saya nggak berharga. Berat badan turun, nggak bisa tidur selama berhari-hari, dan rasanya hanya ingin menangis dan mengurung diri di kamar.

Lalu kaitan youtube sama duit yang saya maksud ini apa?

Ya apalagi kalau bukan mengenai iklan dan duit yang ngalir masuk ke rekening konten kreatornya. Dan yang mau saya kritisi di sini adalah para kreator yang melakukan segala macam cara demi mendapatkan viewer dan subscriber, hingga menghalalkan apa pun termasuk melakukan tindak kekerasan pada binatang atau makhluk lainnya.

Saya terkejut ketika mendapati beberapa penjelasan dari salah satu youtuber, mengenai channel-channel rescue palsu, yang mana mereka mengadopsi beberapa kucing, lalu menyakiti mereka atau bahkan membuat mereka kelaparan, kemudian membuat sebuah konten penyelamatan, seakan-akan mereka adalah penyelamat nyawa binatang tersebut. Seekor kucing yang sehat dibikin kelaparan atau terluka, supaya mereka bisa bikin konten penyelamatan kucing tersebut. Setelah sehat, dibikin sakit lagi. Lalu seekor anjing disayat kemudian ditolong, padahal ya sayatannya dari mereka sendiri.

Kenyataan itu benar-benar bikin saya nggrantes. Perasaan saya seperti disayat-sayat.

Saya bilang begitu karena saya pernah memelihara beberapa kucing dan anak-anak si Mimi (nama kucing saya), sudah kena tangan saya mulai dari mereka bayi. Saya lihat bagaimana anak-anak itu tumbuh, mulai dari nyusu mboke sampai petakilan di ventilasi rumah.

Maka dari itu, ketika mengetahui kenyataan ada binatang yang disiksa, gajah yang dikasih makan nanas berisi petasan, saya cuma mikir, 'Ada apa dengan orang-orang itu?'

Dan di sini, kita bisa bicara lebih panjang mengenai 'persaingan bertahan hidup' antara manusia dan binatang.

Binatang itu punya perasaan. Mereka mengerti sama emosi kita juga. Kalau kita baik sama mereka, mereka juga secara naluri bisa baik sama kita. (Walau ada beberapa binatang yang selalu waspada sama manusia). Coba aja lihat mata mereka dan rasakan, biasanya ada semacam emosi di mata mereka. Saya biasa begitu kalau ketemu sama kucing-kucing liar di jalan, saya tatap aja sih matanya, walau ada beberapa yang ngira saya nantang mereka 🤣

Binatang memang nggak punya akal, tanaman/pohon juga nggak memiliki akal atau pun kemampuan untuk bergerak. Tapi mereka makhluk hidup, kan?

Saya bukan pecinta binatang.

Nggak.

Saya cuma peduli pada makhluk-makhluk itu. Makhluk-makhluk yang diciptakan Tuhan sebagai teman (bahasa lebih halus jika tidak ingin disebut pelengkap?) bagi manusia. Dan selain mereka, ada makhluk-makhluk lain yang tinggal di dimensi lain dari kita. Sebut saja malaikat, karena kalau bilang dedemit sudah biasa.

Bicara soal demit, saya jadi teringat cuplikan daster tante kunti yang dibuka paksa sampai tante kuntinya setengah telanjang saat di-shooting. Mbuh itu beneran, mbuh itu settingan. Tapi seumur hidup saya, baru kali itu saya ngerasa iba sama dedemit. Dan nggak bisa dipungkiri, saya jadi ngedumel lagi.

'Nggak manusia, nggak demit. Makhluk yang jenisnya perempuan kayaknya jadi makhluk kelas dua banget.'

Saya iba karena tante kunti mendapat pelecehan seperti itu dan saya mikir, jadi perempuan kok kayaknya nggak enak banget ya. Udah nggak dihargain, dipandang sebelah mata, dilecehin, termasuk kaum lemah juga.

Well... tapi saya nggak nampik, banyak perempuan kuat di sekitar saya. Ibu-ibu single mother dengan segala perjuangannya membesarkan anak-anak mereka, mbak-mbak cerdas yang dengan piawai menata kata-katanya di depan umum, ibu-ibu rumah tangga yang berjuang ngatur rumah tangga demi anak dan suaminya. Yah... masih banyak lagi.

Dan saya nggak nyesel dilahirin jadi perempuan. Karena jadi perempuan juga banyak kemudahan yang diberikan Tuhan 😜😜

Tapi, ada berapa banyak perempuan yang dilecehkan di dunia ini? Ada berapa anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang belum bisa melindungi diri dan terjebak jeratan orang-orang jahat yang menjerumuskan mereka pada kegelapan?

Kalau hukum rimba bekerja, maka yang ada hanyalah anarki dan kekerasan. Yang kuat menang, yang lemah tambah ditindas. Apa mau dunia ini berjalan seperti itu? Enggak, kan. Aturan bekerja untuk menyelaraskan dua hal yang bertentangan. Saya nggak mau debat soal lemahnya hukum dan segala kekurangannya di masa ini. Kalau kita tahu segala bentuk kekurangannya maupun kelemahannya di era ini, mari sama-sama berjuang untuk menambal dan menguatkan kekurangan serta kelemahan itu.

Saya lebih suka kedamaian dan paling suka lagi dengan ketenangan. Makanya, ketika kedamaian dan ketenangan saya diacak-acak, saya nggak bisa nggak marah. Apalagi ketika melihat tontonan atau tayangan yang mengusik ketenangan perasaan saya. Saya bisa sangat emosional.

'Yhaa kalau gitu jangan ditonton dong.'

Emang nggak saya tonton, kok. Saya sebisa mungkin menghindari tontonan-tontonan yang bisa nyiksa perasaan saya. Saya tahu diri untuk nggak masokis ke diri saya sendiri dan cenderung lebih suka manfaatin youtube untuk cari resep masakan, dengerin musik sampai bosen, nontonin orang ngoding atau ngajarin soal psikologi atau seksologi, atau lihatin rekaman binatang liar serta dengerin kicauan burung.

Yha... maka dari itu, saya ngerasa saya ini naif, ketinggalan berita, atau terlalu lugu, pas tahu ada fake channel yang cuma nargetin subscriber dan view penonton demi pundi-pundi duit lancar, walau dengan menyiksa binatang dan bertindak seakan-akan seperti malaikat.

O ya satu lagi, saya sempat mendapati channel yang isinya penangkapan binatang, mulai dari ular, buaya, lele, dengan masukin mentos, soda dan baking soda. Speechless saya...

Mbok ya kalau mau berburu, ya berburu saja dengan berani. Tolong... tolong banget..., kalau memang mau berburu binatang atau menyembelih mereka, lakukan itu dengan cepat. Dengan senjata yang sudah diasah tajam, bukannya dengan benda-benda yang bikin mereka kepanasan dan terbakar, bikin mereka kesakitan. Saya lihat itu rasanya sakit sendiri, sampai akhirnya saya report channel tersebut karena nggak sanggup lihat.

Mana channel-channel tersebut juga beranak-pinak, punya back up channel-channel lain, sehingga kalau satu tutup, satunya masih buka.

Jadi, bener sih kalau ada nasehat yang menyuruh kita berhati-hati dengan apa yang kita lihat, kita dengar, maupun kita baca. Karena semua itu bisa dimanipulasi.

Namun, bukan berarti kita harus takut dan paranoid terhadap apa pun. Berhati-hati beda dengan ketakutan. Berhati-hati berarti kita memilah dan menyeleksi apa yang kita lihat, dengar, maupun baca. Sementara ketakutan berarti menolak apa pun itu, bahkan yang baik sekalipun.

Saya tetap percaya, ada channel-channel baik di youtube sana. Sama seperti saya percaya masih banyak orang baik di muka bumi ini. Karena kalau nggak ada lagi orang baik, dunia kiamat dong. 

Di antara kalian mungkin sudah ada yang tahu dan aware dengan channel-channel palsu itu. Nah, yang belum tahu, setidaknya sekarang tahu kan dengan tulisan saya ini.

Udah, segini aja ngedumelnya. Kepala saya pusing lagi.

Selamat malam dan selamat beristirahat....

(19 Juni 2020)


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro