Superheroes

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disini karakterku menggunakan bahasa isyarat. Tapi aku tulisnya dialog biasa. Anggap aja dia ngobrol pake shuwa. ;D

Fyi,
Title: Superheroes.
Singer/Band: The Script.
Album: No Sound Without Silence.
Released: 2014.
Genre: Pop.

____________________________________
Ayah dan Ibu. Apa yang ada di pikiran kalian jika kalian mendengar kedua nama itu? Sayang? Cinta? Sebal? Atau bahkan membenci mereka?

Ya. Kita semua sama, kalau begitu. Tak terkecuali Natalia.

Natalia adalah seorang gadis yang kurang beruntung. Ia mengalami lumpuh permanen dan dia tunawicara. Ia memutuskan untuk berhenti sekolah karena teman-temannya selalu saja membullynya. Pernah sekali ia trauma datang ke sekolah karena teman sekelasnya menyiraminya dengan air got tanpa alasan yang jelas.

Natalia itu tipe orang yang pendiam dan tidak suka membicarakan hari-harinya disekolah kepada kedua orang tuanya. Ia menganggap, sudah cukup karena membebani pikiran kedua orang tuanya karena ia menyandang disabilitas.

Ia selalu menangis dalam kesendiriannya. Mengutuk takdirnya yang teramat sangat kejam padanya. Sering ia mempunyai pemikiran, bagaimana kalau ia mati saja? Tentu, ia takkan merepotkan dan membuat malu kedua orang tua, bukan?

Ia selalu menyingkirkan jauh-jauh pemikiran seperti itu jika sedang kumat. Maksudku, hey. Ia bisa apa? Bicara saja tidak bisa. Ditambah lagi ia mengalami lumpuh permanen karena terinfeksi poliovirus yang menyebabkannya menderita Polio atau poliomyelitis sejak kecil.

Keinginannya untuk mengakhiri hidup memang besar. Namun keinginannya untuk sembuh dan memberi kejutan pada kedua orang tuanya lebih besar lagi.

Bicara tentang kedua orang tuanya.. Natalia sangat mencintai keduanya. Mereka selalu ada di saat orang lain tidak. Quotes yang terlalu umum, bukan? Ya. Memang. Tapi quotes itu juga-lah yang merupakan sumber kekuatan Natalia untuk terus bertahan hidup. Untuk terus berharap pada Tuhan kalau ia bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Walaupun ia lupa bagaimana rasanya menjadi orang sehat..

____________________________________
All the lies she has seen..
(Semua dusta yang telah dia lihat.)

All the meaner side of me..
(Semua sisi kelam diriku..)
____________________________________

Pagi yang cerah menyambut dimulainya hari baru bagi semua orang. Mereka bangun, membersihkan diri. Sebagian ada yang sarapan dan sebagian lagi tidak. Mereka pergi bersekolah atau ke kantor. Rutinitas yang setiap hari kita lakukan, memang.

Natalia-pun memulai hal yang sama. Ia bangun. Bersyukur kepada Tuhan karena ia masih diberi kesempatan hidup dan membersihkan diri lalu memulai harinya.

Pagi itu.. Ia menggerakkan kursi rodanya ke arah pintu samping karena ingin menghirup udara segar dan mengganti oksigen di aliran darahnya. Samar-samar ia mendengar suara perempuan menangis. Tidak. Itu bukan hantu. Itu suara ibunya.

Ia mengarahkan kursi rodanya ke sumber suara dan mendapati ibunya sedang menangis sesugukkan.

Ibu kenapa? Hanya itulah yang bisa ia tanyakan kepada dirinya sekarang. Ia memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama. Apa alasan yang bisa membuatnya menangis seperti itu.

"Saya pribadi tahu kalau ini sangat berat di katakan. Namun saya harus. Maafkan saya apabila saya terlalu banyak membawa kabar buruk. Tapi.. Ini yang terburuk."

Natalia menelan ludah dan bersiap-siap untuk mendengarkan apa yang akan dokter katakan.

"Umur ananda Natalia sudah tak panjang lagi. Ia masih bisa hidup berkisar 3 sampai 4 bulan lagi."

Deg!

Layaknya kilat yang menyambar di siang hari. Seperti paku yang berkali-kali di pukul oleh palu..

Hati Natalia pada saat itu hancur. Semua pandangannya menjadi gelap. Pupus semua harapannya agar dapat sembuh dan membahagiakan kedua orang tuanya.

Tak lama ia kembali ke dunia nyata dan mengarahkan kursi rodanya ke arah kamarnya. Ia berusaha sebisa mungkin untuk berdiri.

Tak lama ia terjatuh. Lumayan keras sehingga kedua orang tuanya dan sang dokter berlari menghampirinya.

"Natalia? Apa kau tak apa-apa? Apa yang kau lakukan, nak?" Tanya sang ibu panik takkala melihat anaknya tersungkur di lantai.

"Aku gak apa-apa, bu.." Ucapnya sambil menunjukkan senyuman. "Ibu sendiri, kenapa menangis?"

Bukannya menjawab, sang ibu malah tambah menangis. Beberapa saat kemudian, beliau tersenyum dan memeluk Natalia. "Kata dokter kau akan segera sembuh, nak. Ibu hanya bahagia."

Natalia terdiam. Tak lama ia tersenyum. "Begitu, ya." Namun jauh di dalam hatinya. Ia tahu kalau Ibunya berbohong. Ibunya hanya tidak mau kalau kondisinya sampai ngedrop. Karena itu dapat memperparah kondisinya saat ini. Setelah mengatakan itu, beliau segera ke luar kamar Natalia diikuti oleh dokter dan sang ayah.

Natalia menatap lantai kamarnya. Lagi-lagi ia membebani pikiran mereka. Ia sudah lelah dengan pemyakit ini. Ia sudah lelah dengan semua ini. Namun ia masih belum menyerah.

Ia tahu ia masih bisa sembuh karena ia masih memiliki Tuhan. Masih ada Tuhan, tempatnya bersandar dan mencurahkan isi hatinya.

Masih ada kesempatan. Meskipun itu berarti ia harus bermimpi selamanya.

____________________________________
When you've been fighting for it all your life,
(Ketika kamu telah memperjuangkannya seumur hidupmu,)

You've been struggling to make things right..
(Kamu telah berjuang untuk luruskan semuanya..)
___________________________________

Natalia's POV

Aku memang lelah dengan semua ini. Lelah dengan penyakit yang merenggut kebahagiaanku ini.

Tuhan.. Apa yang harus aku lakukan selain menyemangati diri untuk terus bertahan, terus berharap sembuh dan bercerita kepadamu?

Tolonglah cabut nyawaku jika itu jawaban terbaikmu atas ceritaku selama ini. Atau berilah aku mukjizatmu agar bisa sembuh dari penyakit ini.

17 tahun yang lalu.. Aku menyesali takdirku karena aku terlahir di dunia ini. Jika saja waktu itu aku meninggal ketika dilahirkan. Aku pasti tidak akan mengalami semua ini.

Lagipula, kenapa aku bisa terinfeksi Polio yang menyebabkanku lumpuh secara permanen? Apakah Tuhan membenciku? Tidak. Aku tahu Tuhan itu sangat baik kepada semua ciptaannya. Mungkin saja aku tidak seberuntung teman-temanku.

Mungkin saja Tuhan sudah menyiapkan tempat yang spesial untukku di surga-nya nanti. Mungkin saja.

Pagi itu. Aku menyesali keputusanku untuk menghirup udara segar dari halaman samping. Kalau saja aku tidak mendengar suara ibu menangis.. Kalau saja aku tidak menghampirinya. Kalau saja aku tidak mendengar pembicaraan dokter.. Kalau saja aku tuli..

Dokter bilang umurku tinggal 3-4 bulan lagi? Memangnya dia siapa? Dia bukan Tuhan. Kenapa dia seenaknya menyebutkan sisa umurku? Kematian kan hanya Tuhan yang saja tahu.

Aku selalu percaya kalau Tuhan selalu mendengarkan ceritaku. Aku percaya kalau Tuhan akan membantuku sembuh walaupun aku harus menunggu 3-4 tahun lagi. Aku percaya Tuhan tidak pernah tidur.

______________________________________
That's how a superhero learns to fly.
(Seperti itulah seorang pahlawan super belajar terbang.)

Every day, every hour--
(Setiap hari, setiap jam--)
____________________________________

Sudah satu bulan sejak ia mendengar kabar kalau umurnya tidak lama lagi. Iapun mulai bangkit dari keterpurukan. Berusaha berfikir positif dan lakukan hal-hal yang dapat berguna.

Meskipun kakinya lumpuh dan tak bisa berbicara, ia setidaknya tangannya masih bisa ia gerakkan. Di usianya yang masih terbilang muda itu, Natalia mendaftarkan dirinya sebagai guru di sekolah slb.

Natalia mengajarkan pelajaran yang paling penting bagi penyandang disabilitas. Support.

Hari demi hari ia lewati dengan damai. Ia merasa senang. Dengan menjadi seorang penyemangat di sekolahnya, ia merasa kalau ia lebih berguna bagi orang lain ketimbang hanya duduk meratapi nasib di rumah.

Walaupun ia tahu, semakin hari waktunya semakin sedikit, ia tetap menikmati hari-harinya menjadi seorang pengajar.

Meskipun ia tahu betapa gelap dan dinginnya kematian, ia terus berfikir positif. Kalau ia menggunakan sisa harinya dengan menjadi orang yang berguna bagi orang lain, maka ketika kematiannya datang ia takkan menyesalinya, bukan?

Seperti itulah cara ia untuk terlepas dari belenggu kesedihan yang selama ini menemaninya. Itulah caranya ia bisa mengepakkan sayapnya dan terbang perlahan.

Hari ini adalah hari Senin. Hari dimana semua pelajar di negeri ini menjalani upacara rutin.

Meski teriknya matahari menyinarinya, meski panasnya yang menusuk kulit, Natalia tetap mengikuti upacara dengan hikmat.

Setelah upacara selesai, Natalia segera memasuki ruang kelas dan menyiapkan pelajaran. Memulai harinya dengan penuh senyum dan menunggu murid-muridnya memasuki kelas.

"Pagi, anak-anak." Sapa Natalia dengan menggunakan shuwa kepada anak muridnya. "Apa, kabar, kalian?"

Muridnya menjawab dengan senyuman. "Sekarang, saya ingin memberikan beberapa motivasi untuk kalian." Ucapnya memulai percakapan. "Teruntuk kalian yang sudah memperjuangkan hidup kalian. Untuk kalian yang selalu mencoba menjadi yang terbaik meskipun itu terbatas, jangan menyerah.

Terus berjuang sampai akhir. Bila kau merasa sudah cukup, istirahat. Lakukan lagi setelah kau merasa baikan. Jangan jadikan omongan negatif orang-orang sebagai alasan kalian meratapi nasib.

Tapi jadikan omongan negatif mereka sebagai acuan untuk menjadi yanh lebih baik dari mereka. Siapa bilang kita tidak bisa seperti mereka? Tentu kita bisa. Asalkan ada kemauan dan niat.

Jadi, teruntuk kalian yang selalu berjuang, jangan menyerah. Gapai mimpi kalian, harapan-harapan kalian setinggi mungkin. Buat mereka yang selalu mencela kalian itu menarik omongan mereka.

Kita bisa. Kita bisa menjadi seperti orang-orang. Semangat. Jangan menyerah. Terus berdoa kepada Tuhan dan lakukan yang terbaik." Natalia berhenti menggerakkan tangannya dan tersenyum. "Hanya itu yang dapat saya sampaikan hari ini. Terima kasih." Lalu ia mengarahkan kursi rodanya keluar kelas dan pergi menuju kelas sebelahnya.

_______________________________________
Turn the pain into power.
(Mengubah rasa sakit jadi kekuatan.)
______________________________________

Semakin lama ia merasakan kalau waktunya untuk pergi semakin cepat. Ia takkan menyia-nyiakan waktunya untuk bersedih dan meratapi nasib saja. Ia terus melakukan rutinitas yang selama ini menjadi alasannya tersenyum--mengajar.

Entah kenapa, hari ini ia merasa tidak enak badan. Namun ia mengabaikan rasa sakit itu dan tetap mengajar. Ia lewati hari ini dengan penuh pikiran positif. Walaupun terkadang ada siswa yang benar-benar menguji kesabarannya.

Ia mengambil kertas dan menuliskan apa yang ada di benaknya.

________________________________________
All the hurt, all the lies..
(Semua luka, semua dusta..)

All the tears that they cry.
(Semua air mata yang mereka tumpahkan.)
_______________________________________

Hari demi hari, kondisinya makin memburuk. Ia bahkan sudah tidak bisa menggerakkan tangannya hanya untuk berbicara.

Ayah dan Ibu. Sudah berapa lama mereka menangis untuknya? Natalia tak tahu kapan pastinya. Namun ia semakin membenci keadaannya karena membuat kedua orang tuanya semakin khawatir.

Sang ibu menangis namun masih sempat memberikan senyuman terbaiknya. Tak ingin anaknya khawatir. "Tenang saja, nak. Kau akan baik-baik saja. Ibu percaya. Kau anak yang kuat."

"Ya. Ayah juga berfikiran seperti itu. Mungkin kau hanya kelelahan saja, nak. Kau juga butuh istirahat." Ucap ayah kepada Natalia.

Natalia tersenyum dan mengangguk. Ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya bersedih lagi.

Malamnya, Natalia merebahkan tubuhnya di kasur. Matanya sangat berat. Sangat berat sampai ia tak sanggup mengintip apa yang terjadi.

Napasnya-pun semakin lama semakin berat. Semakin berat, sampai pada akhirnya ia sudah tidak bisa merasakan detak jantungnya lagi.


Tak lama setelah kepergian Natalia, sang ibu menemukan sepucuk Surat yang ia simpan baik-baik di lacinya.

Sang ibu membawa Surat itu ke suaminya dan membacanya bersama-sama.

Ayah, Ibu. Jika kalian membaca ini, berarti waktuku sudah habis.

Maafkan Nata yang selama ini hanya bisa menyusahkan kalian dan membuat kalian malu karena memiliki anak disabilitas sepertiku.

Nata hanya ingin membuat kalian tahu. Kalau Nata sangat bersyukur dilahirkan di keluarga ini. Kalian adalah pahlawan Nata yang tak tergantikan kapanpun. Kalian adalah cahaya dan semangat Nata untuk bertahan hidup.

Namun, maafkan Nata karena Nata sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini. Akhirnya, Nata bisa beristirahat dengan tenang. Nata harap, Ayah dan Ibu bahagia. Jangan lupakan Nata ya.

Ohya. Kalian selalu ada dalam doa Nata dan mimpi Nata. Ohya, kemarin Nata bermimpi kalau Nata sembuh! Lumpuh permanen Nata sembuh total! Bukankah itu hebat? Ohya. Kemarin Nata juga memimpikan kalian.

Akhir kata, Nata sangat menyayangi kalian dan berharap kalian bisa bahagia disana. Nata pamit pergi dulu ya, ayah. Ibu. I love you.

________________________________________
When you've fighting for it all your life,
(Ketika kamu telah memperjuangkannya seumur hidupmu,)

You've been struggling to make things right..
(Kamu telah berjuang untuk luruskan semuanya..)

That’s how a superhero learns to fly.
(Seperti itulah seorang pahlawan super belajar terbang.)
______________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro