Berobat (Halu with Gyro Seiyuu)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Role:
-Ogajin : Iblis yang tiba-tiba muncul terus gangguin
-Shin-chan: Kucing garong punyanya Ogajin
-Mano-chin: Tukang jual obat china genit
-Akiya: Mas Crush 😏
-Kou-chan: Dokter ganteng //ahahahaha

Story

Di jalan pulang setelah dari sekolah, di hari yang panas karena terik matahari yang sangat menyengat aku menunggu bus pulang di sebuah halte. Dengan meminum es plastik yang kubeli tadi di warung sekolah untuk meredakan rasa haus di tenggorokan aku memainkan sebuah game di ponselku, hitung-hitung mengurangi rasa bosan. Sedang asik bermain tiba-tiba saja ada tangan yang menutup mataku, membuatku kaget dan langsung meraba tangan tersebut.

"Aaaa siapa nih?"

"Ayo tebak siapa?" katanya.

Mendengar suara yang sudah tak asing di telinga, aku langsung menjawab, "Hiroto Akiya, anak kelas 12, hobinya main basket."

Tangan itu dilepas olehnya, dia langsung duduk di sebelahku sambil tersenyum, "Kok tahu?"

"Tahu lah, orang dari suaranya udah kelihatan kok."

"Kedengaran kali." katanya sambil tertawa kecil.

"Suka-suka ku lah." jawabku, tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri.

"Eh kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi kesambet ya?" tanyanya lagi sambil menempelkan telapak tangannya di dahiku.

"Enggak kok, apaan sih .... bikin mleyot aja."

"Apa?!"

"Enggak kok udah ah mau pulang aja."

Aku segera berdiri dan meninggalkannya begitu saja di halte bis, "Lah mau jalan kaki?"

"Iya."

"Rumahmu kan jauh."

"Nggak kok, cuma 1 kilometer mah mana jauh."

Akiya malah ikut berdiri dan menarik tanganku untuk duduk di sampingnya lagi, "Udah tungguin aja, bentar lagi juga sampe kok bis-nya."

Jantungku mulai berdebar lantaran dia bersikap seperti itu, aduh emang deh mas crush satu ini bikin anak orang mleyot aja. Lama menunggu membuat kami berdua hanya menghabiskan waktu untuk mengobrol kegiatan sekolah kami saja dan membahas beberapa hal yang menarik. Tapi tiba-tiba saja sebuah angin bertiup dengan kencang, hembusannya hampir saja membuat kami terjungkal saking kencangnya.

"HUAHAHAHAHA ....."

"Ketawanya nggak usah gede-gede, ntar keselek."

"Berisik aja lu, kan biar kayak orang-orang jahat gitu di tv."

"Y."

Kami berdua yang berhasil mempertahankan tubuh agar tak terjungkal itu langsung melihat mereka berdua, ya sesosok iblis berambut putih dengan orang setengah kucing atau harimau gitu. Seketika iblis itu menunjuk ke arah kami berdua, "Hei! Kalian harus mati!"

"Mati? Mati kenapa?" tanya Akiya.

"Karena kalian telah mengangguku! Ini adalah hukumannya, Shin-chan, gigit gadis itu!"

"Siap Ogajin!"

Shinichi yang siluman kucing garong itu melompat dan menggigit kakiku tiba-tiba, tentu saja aku kaget dan berusaha untuk melawannya. Beruntungnya Akiya langsung menarik bajunya dan melempar tubuhnya ke aspal. Kakiku langsung luka, namun aku menahannya.

"HAHAHAHA, luka itu akan membunuh kamu! Ayo kita pergi Shin-chan."

"Baik tuan."

WOOOOSH

Mereka pergi begitu saja, Akiya yang melihatku terluka langsung memapahku dan membawa ke rumah sakit terdekat. Di sana aku langsung dirawat oleh seorang dokter yang kebetulan adalah teman Akiya, Kousuke, tapi sering dipanggil Kou-chan. Dokter itu membersihkan lukaku dengan alkohol dan membalutnya dengan perban. Sempat ia bertanya, "Kok bisa luka begini?"

"Iya, tadi digigit sama kucing."

"Kucing? Tapi masa parah banget sampe begini. Kayak digigit orang aja."

"Soalnya digigit sama siluman kucing."

"Apa?"

"Eh enggak." elak Akiya.

"Duh gimana sih kamu, kalo nggak bisa jagain biar aku aja yang jagain dia." kata Kou-chan.

"Aku jagain dia kok. Malah aku yang bantuin dia." balas Akiya.

"Udah-udah nggak usah berantem. Btw dok, ini udah bisa langsung dipake jalan kan ya?" kataku

"Bisa sih .... cuma harus sering-sering diobatin."

"Pasti obatnya mahal."

"Suudzon aja lu, obat ku tuh murah ya."

"Yaudah, mana obatnya?"

"Abis."

"Abis?! Astagfirullah alladzim."

"Qerja lembur bagai quda, sampai lufaq orang tua ....." (Lah malah nyanyi)

"Eh yang bener? Masa abis sih?" tanya Aki.

"Bener kok. Tapi tenang aja, kalian bisa beli obatnya di temen ku, nih kukasih alamatnya, terus nanti bilang aja beli obat ini." katanya sambil nulis resep obat di kertas dan memberikannya pada Akiya. Akiya pun bingung karena tulisan Kou-chan gak jelas kayak ceker bebek gitu, "Bisa nulis gak sih, masa sekolah tinggi-tinggi tulisannya amburadul gini."

"Berisik aja kamu, udah sana cepet beli obatnya." sambil ngedorong-dorong buat keluar ruangan.

"Iya-iya. Ayo (Y/n)."

***

Aku masih menahan sakit di kakiku yang habis digigit sama Shin-chan itu sambil nyengar-nyengir, Akiya yang nggak tega cuma bisa nanyain aja keadaanku, ya buat mastiin aja kalo aku ini baik-baik aja. Sampai di depan sebuah toko obat, kami berdua pun langsung manggil penjaga tokonya.

"Permisi, beli!" panggilan pertama tapi belum ada juga orang yang keluar.

"Misi, mas beli!" panggilan kedua, masih sama aja.

"Mana sih ini orangnya?" tanya Akiya sambil ngeliat-liat ke arah belakang.

"Lagi di belakang kali. Mas beli!" kali ini aku yang memanggilnya. Tapi tetap saja tak ada yang keluar. Aku mencari cara supaya si penjaga toko ini keluar, kemudian kulihat sebuah spanduk yang bertuliskan, "Katakan yang punya toko ini ganteng, maka saya akan keluar." ya mau tidak mau aku pun iseng mencobanya dengan suara yang keras.

"YANG PUNYA TOKO INI GANTENG!"

Akiya yang kaget refleks nutup kuping sambil ngucap, "Astagfirullah, kamu ngapain sih?"

"Itu ngikutin tulisan yang ada disitu." tunjukku ke tulisan itu.

Benar saja tak lama si pemilik toko itu datang, dengan baju adat Cina yang berwarna merah itu. Sambil tersenyum dia bertanya, "Makasih udah bilang ganteng, mau beli apa?"

"Mau beli ganja ada gak?" tanya Akiya.

"Haiya lu olang gak liat apa ini toko obat? Mana ada ganja disini, haiyaaaaa ...." omelnya.

"Lagian udah tau mau beli obat, pake tanya mau beli apa. Nih." Akiya ngasih itu surat sambil sedikit sewot. Mano-chin aka penjaga toko itu cuma oh doang terus ngambil obat yang tertera di sana.

"Ini obatnya."

"Jadi berapa?" tanyaku.

"Buat kamu ku kasih glatis aja lo."

"Dih."

"Apa gak seneng lu?"

Akiya langsung ngambil beberapa lembar duit dan ngasih itu ke Mano-chin.

"(Y/n), ayo pulang." ajaknya.

"Gak sopan lu, olang lagi ngoblol juga sama nih cewek."

"Cewek ini pacar gue. Inget itu!"

"Lah sejak kapan kita pacaran Akiya?"

"Sejak awal bertemu denganmu."

(Fiks aku tepar //gak canda)

"Halah ngombal." ucap Mano-chin.

***

Di rumahku, aku berterima kasih kepada Akiya yang telah membelikanku obat itu walaupun mahal. Ia hanya tersenyum saja dan menawarkan diri untuk mengobatiku, tapi kutolak karena aku bisa mengobatinya sendiri. Akiya hanya mengangguk saja dan pamit untuk pulang, tapi sebelumnya ia mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya kepadaku, aku menerimanya dan segera ingin membukanya, tapi ia berkata bukanya setelah ia pulang. Aku menurut dan menunggunya untuk pulang ke rumahnya.

Setelah dirasa ia berjalan cukup jauh, aku masuk ke dalam rumah. Kubuka surat itu dan membaca, ternyata isinya, "Nanti ganti ya duit obatnya. Emang aku beliin itu cuma-cuma buat kamu apa?"

"Syaland kau Akiya, kalo gitu biar aku aja sendiri yang beli walaupun harus nego sama tuh tukang obat. AAAAAARRRRGGHH." teriakku diakhir. Sementara itu si Akiya cuma cekikikan aja di jalan, "Maaf ya (Y/n)-chan."

End


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro