Puasa Bareng (Ren ver)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Subuh jam 3, aku bangun dari tidurku yang nyenyak untuk sahur. Kulihat layar handphoneku sebentar dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan muka. Setelahnya aku menghangatkan makanan yang belum sempat kumakan waktu berbuka, aku duduk di meja makan sembari menonton televisi.

Sambil makan aku melihat dari arah jendela, seorang lelaki berambut biru yang entah sedang apa diluar. Aku hanya melihatnya tanpa menyapanya sama sekali, setelah selesai sahur aku memilih untuk bermain handphone sambil menunggu adzan subuh. Paginya aku harus berangkat menuju tempat kerjaku, jam 6 pagi aku sudah berangkat karena aku tak mau terjebak macet dijalan. Sesampainya di sana aku langsung mengerjakan beberapa pekerjaan yang diberikan oleh managerku.

Tepat tengah hari setelah aku selesai sholat dzuhur aku melihatnya lagi sedang bersama teman-temannya, sepertinya mereka baru pulang dari kampus. Aku yang hari ini hanya bekerja setengah hari memutuskan untuk langsung pulang namun langit hari ini tampak sangat mendung dan sepertinya akan hujan. Aku merogoh-rogoh tas ku untuk mencari payung kecilku tapi sepertinya aku lupa untuk membawanya.

"Ah lupa bawa payung lagi, gimana pulangnya dong?"

Hujan sudah mulai turun dengan derasnya diikuti oleh suara petir dan angin yang kencang membuat jalanan banjir dan lalu lintas macet. Aku memutuskan untuk berteduh dulu di depan toko buku sambil mengusap-usap lenganku yang basah karena berlari tadi, aku melihat laki-laki berambut biru itu ikut berlari ke arah toko buku ini untuk berteduh juga. Dia membalas tatapanku sambil tersenyum dengan manisnya, aku hanya membalasnya dengan senyuman juga.

Suasana terasa sangat hening, hanya suara hujan yang terdengar merdu. Dia bersenandung sambil melihat sekeliling, aku yang sadar kalau aku sudah telat pulang memutuskan untuk berlari agar aku lebih cepat sampai. Saat aku ingin berlari dengan menutupi kepalaku dengan tas dia mencegahku, "Anu... pakailah." katanya sambil menyerahkan sebuah payung kecil padaku.

"Ah tidak perlu, aku bisa pulang sambil lari."

"Tidak apa-apa, pakai saja."

Matanya penuh harap bahwa aku akan menerima payungnya, mau tak mau aku menerimanya, "Terima kasih." kataku.

"Sama-sama."

Tak lama kemudian sebuah mobil van berwarna putih datang dan dari dalam tampak seorang laki-laki bertopi memanggil namanya, "Ren, ayo pulang!". Dia yang dipanggil namanya itu pun langsung menuju ke arah mobil sambil berpamitan padaku, "Aku pergi dulu, sampai jumpa."

"Ya sampai jumpa juga."

Mobil itu bergerak dengan cepat hingga meninggalkan aku sendirian di toko buku itu, aku segera memakai payung itu dan berjalan pulang ke rumah sambil memikirkan laki-laki itu. Orang asing yang tiba-tiba memberikan payung pada gadis yang bahkan tidak dia kenal, baik sekali walaupun tadi sikapnya agak gugup. Hujan hari ini sangat deras hingga waktu maghrib tiba, aku sudah menyiapkan beberapa makanan untuk berbuka puasa di meja makan. Saat ingin berbuka pintu rumahku diketuk oleh seseorang, aku langsung membukanya dan ternyata laki-laki berambut biru itu yang mengetuk.

"Maaf mengganggumu... tapi ini. Ada makanan sedikit dariku." katanya sambil menyerahkan sebuah kotak makan kepadaku.

"Terima kasih, ah ini payungmu." kataku sambil memberikan payung kepadanya.

Dia menggeleng sambil tersenyum, "Pakai saja, lagipula aku punya dua."

"Tapi ini punyamu bukan?"

"Ah... un.."

Aku diam sejenak melihat sifatnya yang gugup dan malu-malu itu, lalu aku bertanya padanya, "Namamu siapa?"

"Namaku Nanahoshi Ren."

"Aku (Y/n)(L/n). Senang bertemu denganmu Ren kun."

"Senang bertemu denganmu juga, (Y/n) san."

"(Y/n) chan juga boleh."

"Kalau begitu aku pamit dulu ya. Nanti aku dicariin sama yang lain."

"Baiklah, sampai nanti Ren kun."

"Iya (Y/n) chan. Sampai nanti juga."

Dia pulang, tapi aku masih penasaran dengannya. Keesokannya langit masih sama menampakkan awan gelapnya yang bergelombang menutupi sinar matahari dan rintik-rintik air pun mulai membasahi bumi, aku yang baru pulang dari tempat kerjaku melihatnya lagi, kali ini ia sedang berbelanja sendirian namun karena tiba-tiba turun hujan dia jadi meneduh sebentar. Aku menghampirinya sambil memberikan payung kepadanya, "Ren kun, pakailah."

Dia menengok ke arahku sambil menatapku, "(Y/n) chan?"

Aku tersenyum, "Kamu belum pulang?"

"Aku mau pulang, tapi aku lupa bawa payung jadi neduh dulu disini."

"Hmm bagaimana kalau pulang bareng?"

"Boleh?"

"Tentu saja, lagipula ini kan payung punyamu kan. Aku harusnya ngembaliin hari ini."

"Tidak harus hari ini juga tak apa."

"Hee? Barang yang dipinjam itu harus dikembalikan secepatnya Ren kun."

"Baiklah.."

"Kalau begitu ayo."

Aku mengajaknya untuk pulang bersama karena rumahnya dan rumahku satu arah, kami berbincang-bincang selama di perjalanan sambil bercanda. Sampai di depan rumahku, aku mengembalikan payungnya, "Terima kasih Ren Kun atas payungnya."

"Sama-sama (Y/n) chan. Anu... apa nanti aku boleh buka puasa bareng kamu?" katanya sambil malu-malu.

Aku terkejut lalu kujawab saja, "Tentu saja boleh. Mau ajak teman-temanmu juga boleh."

"Benarkah?"

Aku mengangguk sambil tersenyum, "Tentu saja."

"(Y/n) chan, terima kasih banyak." katanya sambil menunjukkan wajah bahagianya.

Sore harinya aku menyiapkan makanan untuk berbuka, Ren dan yang lainnya sudah datang dan menunggu di depan rumahku. Aku menyambutnya dengan senang hati, "Silahkan masuk Ren kun."

"Terima kasih (Y/n) chan."

Adzan maghrib mulai berkumandang menandakan waktu berbuka sudah tiba, aku dan yang lainnya berdoa lalu mulai makan. "Ren kun, terima kasih ya sudah mau berbuka puasa bersama."

Dia menggeleng, "Justru aku yang berterima kasih. (Y/n) chan sangat baik."

"Haha, tidak juga kok."

"(Y/n) chan, kalau mau... bisa kita buka puasa bareng lagi?"

Aku menggangguk dengan senang, "Boleh Ren kun, mau buka puasa sampai lebaran juga aku mau."

Dia membalas dengan senyuman yang menawan sambil berkata pelan, "Terima kasih, bidadari surgaku."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro