[4/4]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pemuda itu sudah berfikir, jika ia tidak mengungkapkannya sekarang, maka gadis itu akan semakin jauh darinya.

Perasaan juga bisa berubah.

Dua sudut bibir itu tertarik membentuk senyuman hangat, apa salahnya mencoba bukan? Walaupun ini berisiko.

"Ohayou Takao." (Name) tersenyum, Takao reflek tersenyum balik kepadanya.

"Sepertinya kau bersemangat ya? Ada apa?" tanya (Name), Takao hari ini terlihat sangat bersemangat dan juga senang, ia tadi melihat Takao membonceng Midorima dengan laju gerobak yang cepat, sampai-sampai lucky item Midorima hampir terjatuh--akhirnya Takao terkena omelan oleh Midorima.

Mereka bahkan dijadikan tontonan oleh murid lain--Midorima mengomeli Takao di tengah parkiran sepeda dan juga gerobak (khusus Midorima dan Takao), ini memang hal yang lumrah dari mereka berdua.

Namun, (Name) tetap saja tertarik dan ikut menontonnya, ia tidak bisa meninggalkan Takao begitu saja di tangan saudaranya. Setelah berakhir, (Name) dan Takao meninggalkan Midorima yang sedang ada urusan ke perpustakaan untuk mengambil buku pinjaman.

Tangan Takao dengan nakal menggandeng tangan gadis itu, (Name) terkejut, ia menoleh ke arah pemuda berdurasi hitam dan mendapatinya sedang tersenyum. Ah, entahlah rasanya, (Name) ingin sekali lari dari sini.

Ia malu, sungguh.

Untung saja jalan yang diambil Takao adalah memutar, sehingga tidak ada murid yang melihat mereka, karena semua menginginkan yang tercepat 'kan? Tapi, ada maksud lain dari Takao mengambil jalan memutar, yang tidak diketahui (Name).

'Tentu saja untuk bersama dengannya lebih lama.'

Rona merah menjalar di kedua pipi gadis itu, irisnya menatap ke bawah. Berusaha menyembunyikan warna merah itu, walaupun sudah berhasil karena surainya yang terkena gravitasi juga menutupi wajah cantiknya.

"T-Takao tanganmu."

"E-eh! Maafkan aku (Name)-chan, aku tidak sengaja."

Takao tertawa hambar mencairkan suasan. Canggung. Tidak ada yang membuka percakapan hanya sekedar derap langkah kaki mereka.

"(Name),"

"H-hah? Ada apa?"

Gadis itu dengan cepat mendongakkan kepala, menatap Takao. Pemuda itu tengah menunduk, yang membuat (Name) semakin kebingungan. 'Ada apa dengan Takao?'.

Bibirnya membentuk sebuah senyuman. Namun, tidak terlihat karena tertutup oleh tangannya. Entahlah ini ide bagus atau tidak. Takao kembali berfikir sampai-sampai ia tenggelam dalam dunianya sendiri dan mengabaikan (Name).

"Takao?"

"Takao? Ada apa?"

Tangan (Name) menyentuh pundak Takao, Takao berjingkat--terkejut.

"O-oh iya?"

"Ha? Kau ini bagaimana Takao?!"

(Name) mengerucutkan bibir sebal, Takao malah tertawa karena itu. Ekspresi yang ditunjukkan gadis itu sangatlah lucu. Gadis itu akhirnya menghela napas sabar, dan memilih menendang batu yang ada di dekatnya sebagai pelampiasan.

Takao menyeka air mata dikedua sudut matanya. "(Name)... kalau aku berkata yang tidak-tidak, apa kau akan percaya padaku?"

"Itu tergantung."

"Aku menyukaimu."

"Hee, begitu kau menyukaiku." (Name) menganggukkan kepalanya berkali-kali--seolah mengerti apa yang diucapkan Takao. Padahal tidak.
Tunggu dulu, Takao berkata apa tadi?

"K-kau menyukaiku?!" (Name) menatap kaget Takao.

"Bagaimana? Apa kau menerimaku?" Takao menatap kedua bola mata (e/c), pemuda itu bersungguh-sungguh mengatakannya.

"Entahlah, aku butuh waktu untuk berfikir," ujar (Name).

Takao mengulas senyum, ia mengangguk. "Baiklah, akan kutunggu."

----

Langit sudah berubah menjadi oranye. Terpantul cahaya matahari dari netranya, menatap langit--menenangkan dirinya. Mungkin ini yang terbaik. Perasaannya tidak bisa ia bohongi.

Jantungnya berdetak 'tak karuan. Dirinya nyaris tidak terkontrol pada saat Takao mengungkapkannya. Untunglah (Name) bisa mengendalikannya.

Tangannya bergerak menyentuh jersey bewarna oranye kebanggaan shutoku. Takao melirik dengan ekor matanya--iris hitam legam terjerat di dalam (e/c)nya yang indah.

"Ada apa?"

.

.

.

"Yang tadi, aku menerimanya."

[ e n d ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro